Joanna memiliki kehidupan yang bahagia. Keluarga yang menyayangi dan mendukungnya. Pekerjaan yang mapan dengan gaji tinggi. Dan calon suami yang mencintainya.
Sayangnya, kehidupan Jo hancur hanya dalam tempo singkat. Usaha keluarganya hancur. Menyebabkan kematian ayah dan ibunya. Dipecat dan bahkan tidak dapat diterima bekerja dimanapun. Dan calon suaminya menikah dengan putri konglomerat.
Dan semua itu karena satu orang. Konglomerat yang terlalu menyayangi adiknya sampai tega menghancurkan kehidupan orang lain.
Jo tidak akan pernah memaafkan perbuatan musuh terburuknya. Tidak akan
yang belum 20 tahun, jangan baca ya🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28
"Kelihatannya Nona itu sudah membuat Tuan Anthony jatuh hati"
"Kau salah. Tuan Anthony sudah ditaklukkan oleh Nona itu"
"Aku tidak pernah melihat wajah Tuan Anthony bersemu merah seperti itu"
"Iya"
"Apa Nona itu akan menjadi Nyonya rumah ini?"
Seorang pelayan mengajak teman-temannya merapat lalu mengatakan sebuah kenyataan yang terlewat.
"Apa kalian lupa dengan kejadian saat Nona itu begitu ketakutan dengan Tuan Anthony? Aku pikir hubungan mereka bukanlah sesuatu yang romantis"
Para pelayan mulai mengangguk. Membenarkan pendapat teman mereka.
"Aku pikir Tuan akan melukai Nona itu di depan kita semua. Aku sudah bersiap membuang muka tapi untunglah tidak ada yang terjadi"
"Padahal aku pikir Nona ini berbeda. Dia begitu ... Sopan dengan kita. Juga tidak pernah memandang rendah kita"
"Iya. Nona Harding juga tidak pernah sengaja memerintahkan kita melakukan sesuatu yang aneh"
"Apa kau ingat model yang dibawa Tuan beberapa tahun lalu? Dia memintaku memijatnya setiap malam. Dengan alasan Tuan membuatnya kelelahan"
"Dan pembawa berita setahun sebelumnya? Dia menyuruhku untuk mengisi bak mandi dengan air hangat setiap kali kemari"
"Jangan lupa rekan kerja Tuan lima bulan lalu. Yang mengumpulkan kita semua. Lalu mengganti semua tugas semua pelayan seperti kita adalah bawahannya"
"Ada juga pelayan bar yang hanya semalam menemani Tuan tapi berlaku seperti Nyonya rumah"
"Banyak sekali wanita yang datang dan pergi. Kapan Tuan kita akan menetapkan hubungan pada satu wanita saja?"
"Apa kalian tidak punya pekerjaan?" tanya pengurus rumah menghentikan pembicaraan rumor.
"Kami hanya ingin Tuan Anthony segera menikah. Dia sudah berusia cukup untuk memiliki satu atau dua anak. Nona Katherine saja sudah hamil sekarang"
"Jangan mencampuri urusan Tuan Anthony" kata pengurus rumah memperingatkan para pelayan.
"Baik"
Wahhh.
Ternyata Jo bukan satu-satunya wanita yang datang ke rumah ini. Kalau dihitung pasti wanita yang datang sebelumnya ada banyak sekali. Pesona kekayaan dan kekuasaan pria itu memang tidak dapat dipungkiri.
Tapi memangnya kenapa? Toh pria brengsek itu memang terkenal seperti itu. Kenapa Jo merasa tidak nyaman mendengarnya? Bukankah ini hal yang bagus. Jo hanya akan diingat sebagai salah satu wanita yang pernah menghangatkan ranjang pria itu. Tidak lebih dan tidak kurang.
"Nona, apa yang Anda lakukan disini?" tanya pengurus rumah memergokinya berdiri di depan dapur.
"Aku ... Mau mengambil air" jawabnya lalu menunjukkan teko air yang kosong.
"Anda hanya perlu memanggil pelayan. Tidak perlu ke tempat seperti ini"
Iya betul. Harusnya dia melakukan itu. Hanya saja, dia tidak pernah bisa terbiasa dengan gaya hidup yang bukan miliknya.
"Tidak apa-apa"
"Saya akan membawakan air itu ke kamar Anda. Silahkan kembali Nona"
Tutur kata pengurus rumah sangatlah sopan padanya. Membuat Joanna merasa tidak tenang. Dia takut terbiasa menerima perlakuan yang baik dan merindukannya saat tidak lagi ada di rumah ini.
Jo kembali ke kamarnya dan menemukan seorang pria bertelanjang dada dengan celana tidur berbahan satin sedang duduk di ranjang. Tapi dengan pose yang aneh. Pria itu berbaring menyamping lalu menyentuh otot dada dan perutnya dengan sangat pelan dan berkata ...
"Aku ... Siap menjadi budakmu malam ini"
"PRANGGG"
Suara sesuatu yang pecah terdengar di belakang Jo. Dia berbalik dan melihat pengurus rumah melotot ke arah pria itu. Ternyata, bukan hanya Jo yang terkejut dengan penampakan pria itu.
"Maaf, Tuan, Nona. Saya akan ... "
"Pergilah!! Beraninya kau datang kemari?!" teriak pria itu menunjukkan sikapnya seperti biasa. Kokoh, keras, kasar dan susah untuk didekati.
"Maaf. Baik. Maaf"
Pengurus rumah pergi, meninggalkan Jo dalam keadaan masih shock melihat kelakuan pria itu.
"Pergilah!" kata Jo setelah berhasil mengatasi rasa kagetnya.
"Kenapa? Bukankah syarat mu untuk menerima pekerjaan dari Kate adalah aku menjadi budakmu?"
"Aku tidak menginginkannya lagi. Aku tetap akan mengerjakannya. Sekarang, bisakah kau pergi dari kamarku?"
Jo membuka ponselnya dan mulai membaca semua pesan dari Katherine Cooper. Adik pria itu mengirim banyak sekali pesan agar Jo tidak membatalkan pekerjaan. Dan akhirnya Jo membatalkan penolakannya.
"Dia keras kepala sekali" ujar pria yang tiba-tiba berada di belakangnya.
Jo mengirim pesan kalau dia akhirnya bisa menerima pekerjaan dari Katherine Cooper.
"Sudah. Kau puas? Bisakah sekarang kau pergi dari kamarku?"
"Apa yang sudah diputuskan tidak dapat ditarik kembali. Bukankah kau yang berkata seperti itu tadi?"
Pria brengsek itu memang tidak akan pernah mau menerima penolakan. Badan Jo diangkat dengan mudah ke atas meja. Lalu pria itu menurunkan kepalanya diantara kedua kaki Jo. Dan mulai bermain-main disana.
"Ohhh ... Ahhh" desah Jo tidak tahan dengan rangsangan yang diberikan oleh pria itu.
Menyebalkan sekali. Tapi pria itu sangat tahu bagaimana membuatnya tidak bisa menolak.
"Bagaimana? Apa aku boleh menjadi budakmu malam ini?"
"Apapun yang kau inginkan" jawab Jo menyerah. Mereka melakukannya di atas meja lalu berpindah ke ranjang untuk penyelesaian yang menyenangkan.
Pagi hari datang dan Jo membaca balasan pesan yang dia kirim semalam. Adik pria itu ingin bertemu dengannya. Di rumah, saat makan siang.
Merasakan adanya potensial bahaya, Jo pergi ke kamar sebelah. Dan menemukan pria itu sedang bersiap untuk bekerja.
"Apa yang harus kukatakan?" tanya Jo lalu menunjukkan pesan yang dikirimkan oleh Katherine Cooper.
"Kenapa dia melakukan hal ini?"
Jo mengangkat bahunya
"Tidak tahu" ucapnya lalu memasang kancing kemeja pria itu. Juga memasang rompi dan jas pada tubuh penuh otot itu.
"Kau harus datang"
"Aku boleh datang ke rumah adikmu?"
Pria itu menatap Jo. Sepertinya lupa kalau Jo berada dalam kawasan rumah keluarga Cooper. Dan rumah wanita itu hanya berjarak kurang dari satu kilometer dari tempatnya berdiri sekarang.
"Aku akan mengaturnya" kata pria itu lalu meninggalkan Jo.
Ketika bersangkutan dengan adiknya, pria itu tidak akan mempedulikan hal lain. Termasuk Jo. Entah kenapa tapi dia merasa sedikit kecewa.
Jo kembali ke kamarnya dan menghubungi kedua rekannya yang ada di luar negeri. Mengatur kembali pengiriman barang-barang yang dipesan oleh adik pria itu. Lalu terdengar deru mobil menjauh. Pria itu sudah berangkat tanpa berkata apapun pada Jo. Padahal hanya sedikit kata berpamitan akan membuat Jo merasa lebih baik. Mengingat mereka mengalami malam panjang yang menyenangkan kemarin.
Apa?
Kenapa dia berpikir seperti itu?
Kenapa pria itu harus berpamitan padanya?
Dia hanyalah satu dari banyak wanita yang bercinta dengan pria itu. Dengan kemungkinan diusir sewaktu-waktu dari rumah. Lagipula, tujuan Jo kemari bukanlah untuk menjadi Nyonya rumah itu. Dia hanya mengejar uang pria itu. Hanya uang dan dia akan pergi setelah merasa mendapatkan jumlah yang cukup.