Jatuh cinta pas masih umur enam tahun itu mungkin nggak sih?
Bisa aja karena Veroya Vogt benar-benar mengalami jatuh cinta pas usianya enam tahun. Sayangnya, cinta Ve sama sekali nggak berbalas.
Dua puluh tahun kemudian, ketika ada kesempatan untuk bisa membuat Ve mendapatkan pria yang jadi cinta pertamanya, apa Ve akan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya?
Gimana perjuangan Ve, untuk mendapatkan cinta dari King Griffin A. Cassano?
" Bagaimana dengan membentuk aliansi pernikahan dengan ku? Bukankah tujuan mu akan tercapai? "
" Kau mabuk, ya? "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon little ky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gemetar
Ballroom di kapal pesiar milik Cassano sudah dipenuhi tamu undangan yang menghadiri pesta pernikahan dari pewaris Cassano, Griffin dan istrinya Veroya. Semua meja sudah penuh oleh tamu undangan. Meja khusus anggota keluarga juga sudah penuh, bahkan keluarga Geya dari LA pun hadir dalam pesta ini.
Namun ada yang janggal disini. Seharusnya pesta dimulai sejak satu jam yang lalu, tapi hingga kini dimana matahari sudah semakin naik, tapi pesta tak kunjung mulai. Semua tamu mulai nampak gelisah di tempat duduk mereka. Keluarga pengantin pun juga mulai tak tenang.
" Ekhem.. Maaf, nyonya.. " seorang pria yang didapuk sebagai MC menghampiri Ceena di meja khusus keluarga pengantin.
" Ya? " atensi Ceena langsung mengarah pada pria yang kini berdiri di dekat kursinya.
" Apa acaranya di tunda saja? Ini sudah sangat... terlambat. " pria ini nampak sungkan. Tapi dia pun sudah lelah menanti sejak satu jam yang lalu.
" Oh.. Maaf ya.. Sepertinya pengantin kita lupa waktu. " Ceena tersenyum kaku.
" Mulai saja acaranya!! Tak usah menunggu pengantinnya. Mereka mungkin sedang... ehm, kau pasti tahu kan.. Kegiatan sepasang suami istri.. " sambar Hanabi mencoba menahan malu.
" Apa benar tak apa, nyonya? " MC itu terlihat ragu.
" Tak apa.. Tamu undangan juga sudah terlihat tidak nyaman.. Lebih baik mulai saja pestanya. " ujar Ceena karena sudah kepalang pasrah menghadapi putra dan menantunya.
Acara ini putranya sendiri yang merencanakan sedemikian rupa, tapi putranya ini justru lalai. Entah yang terjadi di atas sana, tepatnya di kamar VVIP yang menjadi kamar pengantin. Tebakan Ceena sih sedang ada gempa dadakan di atas sana. Hanya saja kenapa sampai lupa waktu sih.
' Kau sebenarnya menurun dari siapa sih, Grifff... Papa mu aja nggak segitunya. ' batin Ceena geleng kepala.
" Apa perlu aku naik ke atas, ma? " Fayre menawarkan diri untuk memanggil si pemilik acara.
Ceena menggeleng pelan, " Sudah biarkan saja.. Kalau diganggu nanti mama batal punya cucu. " Fayre pun mengangguk.
Fayre sendiri tak habis pikir kalau Griffin sampai terlena sejauh ini. Dulunya saja Griffin selalu menghindari Veroya. Setelah menikah malah dikekepin terus itu istrinya. Memang pengaruh sebuah pernikahan bisa sampai begitu nya ya. Apa perlu Fayre memaksa daddy nya untuk menikahkan dirinya dengan pria itu. Ide gila itu tiba-tiba terlintas di benaknya.
*
*
Di kamar VVIP, kamar dimana pengantin baru berada, tengah terjadi pertempuran dashyat antara dua penghuninya. Hawa di ruangan sangat panas dan membara. Suara desahan dan erangan membuat suasana semakin panas saja.
Veroya sungguh tidak lagi mampu menopang tubuhnya sendiri. Griffin, suami impiannya ini menggila sejak semalam. Siapa yang sangka, Veroya dihajar habis-habisan sejak semalam.
Mereka berdua hanya berhenti sekitar empat jam saja untuk tidur, lalu pagi tadi, Griffin kembali mengerjai istrinya sampai saat ini. Semua tempat sudah dijelajahi oleh keduanya.
Ranjang, balkon, sofa, jacuzzi, di bawah shower sampai di lantai pun sudah mereka coba. Berbagai gaya juga sudah mereka coba, dari Veroya yang memimpin, hingga Griffin mengambil alih. Tubuh Veroya terasa tak bertulang karena dibolak balik oleh Griffin sejak semalam.
" Eugh.. Kingghhhh... Aku.. Lelahhhh.. " keluh Veroya menyelingi desahannya.
" Sedikit lagi.. " Griffin langsung mempercepat gerakannya hingga tubuh Veroya terhuyung bagai tersapu ombak.
" Kau sungguh... nik... maatthhhh, darlll... " racau Griffin merasa keenakan.
Veroya menggigit bibirnya kuat saat dirasa sebentar lagi gelombang kenikmatan akan kembali menerjang nya. Tak terhitung berapa kali Veroya meraih puncaknya.
" Kinggghhh... Aku mau.... aargggghh... " Veroya tak mampu melanjutkan ucapannya. Desakan milik Griffin di pintu rahimnya membuat otak Veroya ngeblank.
" Ya.. disituhhh... Terus... Lebih kencang, Kingghhh.. " jerit Veroya yang tak lagi bisa menahan sesuatu yang ingin menerjang keluar dari tubuhnya.
" Arrgghh... Harder please.. "
Griffin melakukan seperti apa yang istrinya ini inginkan. Gerakannya semakin cepat dan tak terkontrol. Merasakan denyutan di bawah sana membuat Griffin menggila. Dia ingin meraih puncaknya bersama dengan Veroya.
" Aaargggghh.. Bersama, darlll.. " pekik Griffin langsung menghantam pintu rahim Veroya dengan kekuatan penuh.
" Oh.. Aku bisa gila, King... Luar biasa... Terus.. " racau Veroya menjemput puncaknya.
Lolongan kedua insan yang tengah dimabuk gairah ini menggema di dalam kamar mandi. Tubuh Veroya hampir luruh ke lantai kamar mandi yang dingin andai tidak Griffin tahan. Percintaan mereka kali ini sungguh luar biasa. Veroya benar-benar puas sekaligus kewalahan.
Tak hanya Veroya yang merasakan kepuasaan, Griffin pun ikut merasakannya. Milik istrinya benar-benar mampu membuatnya ketagihan dan menggila. Rasanya sangat ketat dan menggigit, sangat memanjakan milik Griffin.
Siapa yang bisa menyangka jika Griffin yang terkenal dengan julukan manusia kutub atau kulkas enam pintu, bisa menjadi pria mesum yang tak pernah puas bercinta ketika bersama dengan Veroya. Tapi kenyataannya memang seperti itu, Griffin ketagihan karena Veroya benar-benar telah menjadi candu untuk dirinya.
Semua yang ada di dalam diri Veroya mampu menarik keluar sisi gila Griffin yang selama ini tak pernah Griffin sadari0. Kalau tahu rasanya seluar biasa ini, Griffin seharusnya segera menikahi Veroya saat keduanya sudah lulus kuliah.
Ah...
Untuk pertama kalinya Griffin menyesali keputusannya.
*
*
" Oh... Ya ampun, King... Sudah jam sepuluh saja.. Padahal kita belum bersiap apa-apa untuk pesta.. " gerutu Veroya sesaat setelah keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk untuk menutupi tubuhnya.
" Tak apa... Pestanya kan masih panjang.. " santai sekali tanggapan Griffin ini. Tak sadarkah dia sudah membuat semua tamu undangan gelisah sejak tadi.
Plakk!!
Veroya menggeplak punggung tangan Griffin yang hampir menarik handuknya. Mata Veroya menatap tajam Griffin. Suaminya ini selalu saja memancing dirinya untuk memulai sesuatu yang enak-enak.
" Kenapa sih, Ve? " protes Griffin saat tidak mendapatkan keinginannya.
" Aku capek ya.. Tidak lihat kalau kaki ku bahkan masih gemetar begini.. Tangan mu itu tak bisa dikondisikan apa, ya. " Veroya memarahi Griffin.
" Aku kan hanya membantu mu membuka handuk, Ve. " elak Griffin.
" Alah, alasan saja.. Kau pikir aku tidak tahu isi kepala mu itu.. Lagian kau itu kenapa jadi mesum sekali sih? " Griffin merotasikan bola matanya. Seperti Veroya tidak mesum saja.
Siapa yang semalam mancing-mancing Griffin, giliran ditanggapi malah mengatakan dirinya mesum. Tak lihat bagaimana dia semalam begitu liar saat memimpin penyatuan mereka.
Veroya pun lekas masuk kembali ke kamar mandi untuk berganti pakaian dengan dress yang akan dia gunakan di pesta. Kalau lebih lama lagi didekat Griffin dengan tampilan yang terbuka, bisa-bisa dirinya akan kembali dihajar oleh suaminya.
Veroya sebenarnya sudah amat sangat malu sekali kalau nanti bertemu dengan keluarga dan para tamu. Keterlambatannya pasti disangkut pautkan dengan adegan iya-iya.
Ya memang iya, sih..
Tapi masa dia pun harus jujur sih?
Kan malu, ya..
Saat Veroya keluar dari kamar mandi, Veroya sekilas mendengar Griffin tengah berbincang dengan seseorang. Saat Veroya mendekat, rupanya Griffin tengah berteleponan dengan seseorang.
Dilihat dari ekspresinya, sepertinya yang tengah dibahas oleh Griffin termasuk hal yang sangat penting. Wajahnya sangat serius dan ada sedikit amarah di pancaran mata Griffin.
" Biarkan saja dia berulah.. Cukup awasi dari jauh. Akan ada waktunya kita membereskan pengganggu itu. " ujar Griffin. Rahangnya terlihat mengeras, Veroya tahu suaminya tengah dilanda emosi.
" Hm... Jangan sampai mereka menyentuh istri ku.. Camkan itu baik-baik!! " perintah Griffin tegas dan langsung mengakhiri panggilan telepon secara sepihak.
Dahi Veroya berkerut dalam, merasa penasaran karena disini dirinya dibawa-bawa dalam pembahasan antara Griffin dan entah siapa di seberang sana. Ingin bertanya pada Griffin, tapi melihat bahwa Griffin masih diliputi emosi, Veroya pun menahan diri untuk bertanya.
" Ada apa ya? " gumamnya penuh tanda tanya.