Namaku Lakas, klan vampir dari darah murni, aku adalah seorang bangsawan dari raja vampir terkuat.
Adanya pemilihan pangeran pewaris tahta kerajaan vampir, menjadikanku salah satu kandidat utama sebagai penerus klan vampir darah murni.
Namun, aku harus menemukan cinta sejatiku dibawah cahaya bulan agar aku dapat mewarisi tahta kekaisaran vampir selanjutnya sebagai syarat utama yang telah ditetapkan oleh kaisar vampir untuk menggantikannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 Jejak Tertinggal
Lakas masih berada diruangan toko daging disalah satu kawasan perdagangan terlaris dikota Bintan, dia sedang mengamati area toko yang berantakan dengan genangan darah disekeliling ruangan.
Aroma darah yang amis merebak kuat diseluruh ruangan, membuat desir didalam tubuh Lakas.
Cepat-cepat Lakas mengalihkan pikirannya dari arah bau darah yang ada.
"Aku mencium aroma lain diruangan toko ini", ucap Lakas.
Lakas melangkahkan kakinya diatas lantai yang dipenuhi oleh genangan darah hewan.
"Aku akan mencoba mencari tahu darimana datangnya aroma lain itu diruangan toko ini", kata Lakas.
Lakas berkonsentrasi penuh sembari mengarahkan telapak tangannya ke depan, muncul sinar terang yang terpancar dari tangannya saat terarah lurus.
Raut wajah sang pangeran vampir berubah lain, terlihat sangat serius ketika memandang ke arah ruangan toko dimana dia berdiri sekarang ini.
"Ada bau vampir disini, kalau begitu aku harus segera menghilangkannya sebelum orang-orang mengetahuinya", ucap Lakas.
Lakas memfokuskan pandangannya ke arah ruangan toko yang dipenuhi bau daging yang bercampur satu dengan aroma darah.
Udara dari luar berhembus masuk kedalam ruangan toko.
Tiba-tiba Lakas melihat sesuatu yang mencurigakan tertinggal diatas meja toko daging.
"Jejak kaki ???" tanyanya keheranan.
Lakas segera mendekat ke arah meja panjang ditengah-tengah ruangan toko.
"Tapi vampir jenis Asra tidak meninggalkan jejak kaki, kenapa Rachelle memiliki jejak kaki disini ?" kata Lakas.
Lakas menaruh curiga pada jejak kaki yang tertinggal diatas meja toko, segera Lakas melenyapkan jejak kaki itu dengan sekali gerakan tangan.
"Rupanya Rachelle telah sampai disini, ini pasti ulah Yosua meminta vampir klan Asra bangkit dari kuburannya", kata Lakas.
Lakas menyapu bersih jejak Rachelle yang tertinggal diruangan toko ini.
Tidak tercium lagi aroma bau vampir disekitar ruangan toko, hanya ada bau daging tertinggal kuat.
"Apa yang diinginkan oleh Yosua sehingga dia memanggil klan vampir Asra ?" tanya Lakas tertegun diam.
Lakas mengedarkan pandangannya kesekitar ruangan toko yang sepi lalu dia melihat ke arah kamera pengawas.
"Tidak ada waktu untuk mencari tahu tapi aku bisa melihat semua kejadian sebelumnya melalui kamera pengintai yang tersedia disini", kata Lakas.
Lakas mengarahkan telapak tangannya ke arah kamera pengawas toko lalu menyerap energi yang ada didalam kamera tersebut.
Seluruh gambar yang tersimpan didalam memori kamera tertransfer langsung masuk ke dalam pikiran Lakas.
Isi kepala Lakas dipenuhi oleh gambaran-gambaran bergerak suatu peristiwa yang terjadi ditoko ini.
Banyak ribuan gambar bergerak didalam isi kepala Lakas. Dan dia dengan mudahnya dapat mencari gambaran peristiwa kemarin malam, saat Rachelle datang ke toko.
Tubuh Lakas tersentak kuat ketika dia melihat gambaran Rachelle yang menyelinap masuk ditoko semalam.
Wajahnya yang pucat pasi dengan gigi taring khas vampir berseliweran dibenak pikiran Lakas, dan sangat jelas sekali kalau wanita bergaun putih itu adalah Rachelle, vampir dari klan Asra.
"Rachelle...", gumam Lakas sembari terpejam rapat.
Lakas seperti melihat kejadian kemarin malam disaat Rachelle datang ke toko, dan vampir betina itu sedang mencuri daging segar serta sebaskom darah milik hewan yang tersimpan didalam lemari pendingin ditoko ini.
"Siapa yang memanggilnya ?" ucap Lakas yang masih berkonsentrasi melihat kejadian semalam dalam pikirannya.
Kekuatan Lakas selain dia menguasai segala elemen yang ada, dia juga mampu membaca pikiran sebab dia salah satu vampir paling kuat diantara klan vampir lainnya.
"Aku melihat bayangan seseorang datang ke makam kuno milik keluarga Asra, tapi dia tidak membangkitkan seluruh klan Asra, kenapa...", kata Lakas.
Lakas tersentak kaget saat melihat penampakan wajah Dobrev diarea makam kuno.
"Dobrev..., bukankah dia utusan Yosua yang paling terpercaya, apakah dia yang telah membangkitkan Rachelle dari dalam peti matinya...", kata Lakas.
Lakas membuka mata dengan cepatnya, muncul gambaran seperti tayangan yang bergerak didepan penglihatannya.
Seluruh peristiwa tentang Rachelle bergerak jelas dan berseliweran kembali.
Tiba-tiba terdengar suara angin berhembus memasuki ruangan toko ini lalu membuyarkan semua gambaran tayangan tentang Rachelle dikedua mata milik Lakas.
Telah berdiri Nobel disisi Lakas sembari menyapa pelan.
"Bagaimana keadaan disini ?" ucapnya.
Lakas menolehkan kepalanya ke arah Nobel.
"Kenapa kau ada disini ?" balasnya bertanya pada Nobel.
"Aku ingin melihat keadaanmu disini karena tugas memberikan serum telah rampung aku kerjakan bersama Cornelia", sahut Nobel.
"Dimana dia sekarang ?" tanya Lakas sembari mengerutkan keningnya saat dia tidak melihat kehadiran Cornelia bersama Nobel.
"Dia masih disekolah, karena ada jam pelajaran aritmatika maka dia tidak ikut denganku kesini", sahut Nobel.
"Apa ? Jam pelajaran aritmatika ?" kata Lakas lalu memutar tubuhnya hingga menghadap lurus ke arah Nobel.
"Ya, dia bilang begitu padaku", sahut Nobel sungguh-sungguh.
"Tidakkah kau tahu siapa guru aritmatika itu ? Dan kenapa kamu meninggalkannya sendiran tanpa pengawasan ?" kata Lakas.
Lakas menatap tajam ke arah Nobel, tampak sekali dia sangat cemas terhadap keadaan Cornelia.
"Hai, tenanglah ! Kenapa kau sangat panik sekali ? Dia akan baik-baik saja disekolahnya, tidak ada yang perlu kamu cemaskan !" kata Nobel yang tidak mengerti apa-apa.
Lakas mendengus kesal seraya memejamkan kedua matanya.
"Guru aritmatika itu adalah slave vampir yang diutus oleh Yosua pada malam festival bulan purnama, untuk memburu darah milik gadis-gadis disekolah itu", kata Lakas.
"Slave vampir yang kau ceritakan itu, jadi dia orangnya yang menyebarkan virus vampir kesemua siswi disekolah", sahut Nobel.
"Yah...", jawab Lakas datar.
"Demi Neptunus yang berputar diatas gundukan langit ! Aku tidak tahu apa-apa kalau situasi disekolah Cornelia sangat berbahaya !" ucap Nobel tersentak kaget.
"Dan kini Cornelia sendirian disana, kau tinggal tanpa pengawasan sedangkan lingkungan sekolahnya dipenuhi oleh para slave, bukankah aku menyuruhmu untuk mengawasinya", sahut Lakas.
Lakas menatap dingin ke arah Nobel yang hanya berdiri termangu tak berdaya.
Merasa salah karena ketidaktahuannya yang sempit dan meninggalkan Cornelia begitu saja disekolah yang dipenuhi oleh para slave vampir jadi-jadian.
"Iiiih !? Bagaimana aku bisa lalai menjaga Cornelia ???" ucap Nobel sembari menggigiti jari kuku-kukunya.
"Seharusnya kau lebih peka terhadap aroma slave disekitarmu, bukankah kau semestinya sadar jika ada korban slave disuatu tempat maka tempat itu pasti ada slavenya", sahut Lakas.
"Mana aku tahu ???" jawab Nobel gugup. "Kenapa kalian juga tidak memberitahukan padaku jika slave itu adalah guru pengajar disekolah Cornelia ???" sambungnya.
Nobel hanya mampu membela dirinya, meski dia tahu bahwa sesungguhnya, dia telah berbuat salah dengan meninggalkan Cornelia sendirian tanpa pengawasan.
"Lantas apa pendapatmu sekarang dengan masalah ini ? Kau punya solusinya ???" tanya Lakas.
Nobel segera menggeleng cepat, menunduk diam tanpa berani menatap ke arah Lakas.
"Seandainya saja Cornelia sampai diculik oleh vampir, bagaimana pertanggung jawabanmu nantinya terhadap Tuhan pencipta Cornelia, katakan padaku", sambung Lakas.
"Kita juga sama-sama diciptakan oleh Tuhan meski dunia kita lain dan kita hanyalah vampir penghisap darah, tetapi kita adalah makhluk Tuhan, iyakan", sahut Nobel.
Nobel melirik hati-hati ke arah Lakas tanpa berani menatapnya.
"Tuhan kita berbeda, kita vampir yang menentang adanya pencipta, sebab itu kita dikutuk menjadi makhluk vampir sang penghisap darah oleh pihak katedral karena kita memang menentang Tuhan", sahut Lakas merengut.
"Tidak, aku tidak menentang Tuhan, itu tidak benar, itu adalah fitnah paling keji yang terjadi pada kita", ucap Nobel yang tidak terima dengan pendapat Lakas.
"Dan bodohnya kau selalu meyakini kita adalah ciptaan Tuhan, Nobel'', sahut Lakas.
"Kenyatannya memang seperti itu, aku tidak salah mengatakannya karena semua itu benar adanya, kita ciptaan Tuhan, sama dengan para manusia", ucap Nobel.
"Sudahlah ! Jangan dipikirkan lagi tentang Tuhan ! Yang sekarang kita pikirkan keselamatan Cornelia !" kata Lakas agak kesal.
"Bagaimana kalau kita serahkan sepenuhnya keselamatan Cornelia pada Tuhan saja saat ini ?" sahut Nobel.
"Membiarkannya disantap habis-habisan oleh slave vampir tanpa kita tahu dimana mereka bersembunyi disekolah itu", kata Lakas.
"Sebab itulah kau selalu membuntuti Cornelia, kau takut pada ancaman para slave padahal kau sendiri adalah vampir, dan Cornelia merupakan donor darah bagimu yang paling penting hingga kau sangat mencemaskannya", ucap Nobel.
"Aku tidak ingin berbagi dengan yang lainnya, itu saja", sahut Lakas.
"Kau jahat sekali, itu artinya kau hanya memanfaatkan Cornelia dan sesungguhnya kau tidak mencintainya, kau hanya merasa bahwa dirimu sangat ketergantungan saja terhadap darah milik Cornelia", kata Nobel menyimpulkan sikap Lakas kepada Cornelia yang sangat perhatian.