Hai ketemu dengan karya mommy terbaru lagi.
happy reading.
Yolanda Fox, wanita bersuami Mikel Smit sudah lima tahun bahtera rumah tangganya harus tergoncang dengan kehadiran orang ketiga yang di nikahi oleh suaminya tanpa sepengetahuannya.
"Kenalkan dia adalah Nikita istriku yang kedua," dengan santai Mikel berucap.
"KAU! TEGA!" marah, kesal, kecewa, hancur hatinya menjadi satu saat di paksa hadir ke rumah orang tua suaminya. di kira mau di cemooh atau di omong mandul seperti biasanya.
"Tunggu, Ola! Jangan buat seolah aku salah besar! Ini suamuanya karena kamu! Kamu tidak bisa hamil!" bentaknya.
Yolanda dengan menyeka air matanya dan menghempaskan tangan suaminya yang menenahannya lalu keluar dari rumah itu tanpa pamit lagi.
"Kamu tega!!!!!!!!" teriaknya di dalam mobil yang masih di halaman itu.
"Aku tidak terima!!!! aku harus membalas ini!!!!" amarah yang membuncah dalam dirinya.
Bagaimana kisah kelanjutan Yolanda? Apakah mampu memisahkan madunya? atau dia memilih pergi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13: Pencarian Mikel Namun Kemarahan Nikita
Mikel duduk di kursi belakang mobilnya, menghela napas panjang saat ia melintasi jalanan menuju rumah lamanya. Sudah berbulan bulan ia tidak tenang. Segala upaya untuk menemukan Ola seakan menemui jalan buntu. Tak ada kabar dari rumah lamanya, kantornya, bahkan sahabatnya. Semuanya terasa sunyi.
"Bagaimana bisa dia menghilang begitu saja?" ucap Mikel yang bergumam pada dirinya sendiri, tangan kirinya mencengkeram setir mobil dengan erat. Setiap kali ia memikirkan Ola, rasa bersalah yang mendalam merasuki hatinya. Apa yang telah ia lakukan?
Saat tiba di depan rumah lamanya, Mikel menatap pintu yang dulunya merupakan simbol rumah tangga mereka. Tempat di mana mereka membangun mimpi yang kini hancur berkeping keping.
“Yolanda… di mana kau sekarang?” tanyanya pelan, seakan berharap angin bisa membawakan jawaban. Berjam jam dia disana menunggu hampir setiap hari berharap suatu saat Ola akan kembali.
Setelah gagal di rumah lamanya, Mikel mencoba mendatangi satu satunya orang yang mungkin bisa membantu Helda, sahabat Ola. Mereka bertemu di kafe yang dulu sering mereka kunjungi bertiga. Mikel menunggu di meja dengan tangan yang bergetar, kegelisahan meliputi seluruh tubuhnya. Ketika Helda tiba, wajahnya yang tenang tak bisa menyembunyikan sikap tegas.
“Mikel, apa yang kau inginkan sekarang?” tanya Helda dingin sambil duduk di hadapannya. Suaranya terdengar datar, tapi penuh perasaan tertahan.
“Aku... aku butuh tahu di mana Yolanda. Aku tidak bisa tenang tanpa mengetahui apa yang terjadi padanya,” Mikel menjawab, nadanya memohon.
Helda mendengus pelan, jelas tidak terkesan dengan kata-kata Mikel.
"Kau serius? Setelah semua yang kamu lakukan, baru sekarang kamu ingin tahu bagaimana keadaan Yolanda?" kesal Helda dibuatnya.
Mikel menundukkan kepala, tidak bisa membalas.
“Aku tahu, aku membuat banyak kesalahan, Helda. Tapi aku butuh bicara dengannya. Aku harus menjelaskan...” memohon Mikel.
“Menjelaskan apa?” potong Helda tajam. “Kamu meninggalkan Ola. Kamu membuatnya merasa tidak berharga, kamu memilih Nikita. Apa yang bisa kamu jelaskan sekarang?” cecar banyak pertanyaan mematikan Helda.
Mikel menggeleng lemah, suaranya terdengar putus asa. “Aku... aku tidak pernah bermaksud seperti ini, Helda. Aku mencintai Michelle, aku mencintai Nikita, tapi...” terputus ucapan Mikel yang sudah di serobot Helda.
“Tapi kau juga mencintai Ola, kan?” ucap Helda melontarkan pertanyaan itu dengan nada penuh sindiran.
“Dan sekarang kamu ingin semuanya kembali seperti semula? Kamu ingin menjadikan Ola cadangan saat kau bosan dengan Nikita? Kamu egois, Mikel!” semakin kesal Helda.
“Aku tidak bisa melupakannya,” Mikel berbisik, nyaris tak terdengar. “Ola... dia adalah bagian dari hidupku yang belum selesai.” pelan Mikel.
“Bagian dari hidupmu?” Helda menggeleng tak percaya.
“Kamu merusak hidupnya, Mikel. Dan sekarang, kau ingin meresap kembali dalam hidupnya seolah semua ini tidak terjadi? Kamu tidak berhak tahu di mana dia sekarang. Sungguh ada manusia sepertimu yang egoisnya tingkat dewa!!!” bentak Helda.
Mikel menatap Helda dengan tatapan memohon, tetapi Helda itu tak tergerak.
"Kalau kamu benar benar peduli, kamu akan membiarkannya pergi. Dengan cepat menandatangi surat cerainya! Jika kamu mencari jawaban, kamu mungkin bisa bicara dengan Axel. Tapi ingat ini, Mikel, mungkin Ola tidak ingin ditemukan olehmu." sebelum Helda meninggalkan Mikel sendiri.
***
Mikel meninggalkan pertemuan dengan Helda dengan hati yang berat. Kata kata Helda terus terngiang di benaknya, memperkuat perasaan bersalah yang selama ini ia abaikan. Namun, setibanya di rumah, masalah baru sudah menunggunya.
Nikita duduk di ruang tamu dengan wajah muram. Dia menunggu Mikel dengan sabar, tetapi amarahnya sudah meluap ke permukaan.
“Kamu ke mana lagi hari ini?” tanya Nikita tanpa basa-basi, suaranya penuh kecurigaan. Mikel menghela napas, mencoba menghindari konfrontasi.
"Aku hanya keluar untuk urusan kantor," jawabnya singkat.
“Kantor?” Nikita berdiri, matanya menyala dengan amarah yang ditahan. “Kamu pikir aku bodoh? Aku tahu kamu sedang mencari Ola! Apa kamu benar benar tidak bisa melupakannya?” selidik Nikita.
Mikel merasa seperti tertampar. Dia tahu bahwa Nikita mungkin tahu, tapi mendengarnya langsung darinya membuat segalanya terasa lebih nyata.
“Aku hanya ingin memastikan dia baik-baik saja.” jujur Mikel akhirnya.
“Baik-baik saja?” ucap Nikita dengan tertawa getir, nadanya sarkastik. “Dia bukan urusanmu lagi, Mikel. Kamu punya aku dan Michelle. Apakah kami tidak cukup bagimu? Dia mandul, mikel!!!” lanjut Nikita.
Mikel memejamkan mata, merasa bingung.
“Ini bukan tentang kamu, Michelle ataupun Ola yang mandul. Aku hanya... harus bertemu dengannya dulu, mengertilah!” ucap Mikel dan Nikita melemparkan tatapan tajam ke arahnya.
"Bertemu? Kamu ingin kembali padanya, bukan? Kamu ingin dua istri sekarang, Mikel? Apa Michelle juga tidak cukup untukmu? Aku bisa menerima menjadi istri kedua sebelum adanya Michelle! Tapi sekarang, tidak!" tertawa kini Nikita yang lucu melihat sikap Mikel.
Mikel berdiri dari sofa, mencoba meredakan suasana.
“Aku tidak pernah mengatakan aku ingin kembali padanya. Tapi aku butuh kejelasan, Nikita.” kesal Mikel.
“Kejelasan apa?” bentak Nikita.
"Kamu sudah menikah denganku, kita punya anak. Apa lagi yang kau inginkan, Mikel? Kau terus menyeret Ola dalam hidup kita, padahal dia sudah pergi!" lanjut Nikita.
“Kamu tidak mengerti, Nikita!” Mikel membalas dengan suara tinggi. “Aku tidak bisa melupakan apa yang terjadi. Aku merasa bersalah. Aku merasa telah menghancurkan hidupnya!” semakin dibuat kesal Mikel.
“Dan kamu pikir dengan mencarinya, itu akan membuat segalanya lebih baik?” ucap Nikita yang membalas berteriak. “Tidak! Kamu hanya menghancurkan hidup kita! Aku tidak akan membiarkan kamu terus seperti ini. Pilih satu, Mikel. Aku atau dia!” emosi Nikita semakin naik.
Mikel terdiam, perasaannya kacau. Di satu sisi, ia tahu Nikita benar. Tetapi di sisi lain, rasa bersalah yang menggerogotinya terhadap Ola semakin membuatnya kehilangan arah.
Setelah pertengkaran itu, Mikel merasa semakin tenggelam dalam frustasi. Dia tidak bisa lagi berpura pura bahagia dengan Nikita, meskipun ia mencintai anak mereka, Michelle. Pikirannya terus berputar pada Ola, dan pencarian yang tak berujung. Dia bahkan mulai merasa seperti dua orang yang berbeda seorang pria yang berusaha menjadi suami dan ayah yang baik, tetapi juga seorang pria yang terus dihantui oleh bayang bayang masa lalunya.
"Apakah aku sudah benar-benar kehilangan Ola?" bisiknya dalam hati saat dia menatap keluar jendela di tengah malam.
Hati Mikel merasa terbelah, antara tanggung jawabnya pada Nikita dan Michelle, serta rasa bersalahnya terhadap Ola yang tidak pernah hilang.
Setiap kali ia mencoba mengalihkan pikirannya, bayangan Ola muncul kembali. Setiap kali Nikita mengajaknya bicara, konflik batinnya semakin menguat. Dan kini, bahkan orang tua mereka sudah terlibat, memperburuk keadaan. Mereka tidak ingin Mikel kembali pada Ola, dan mendukung pernikahannya dengan Nikita. Namun, Mikel tahu, apa yang ia inginkan tidak semudah memilih satu sisi.
...****************...
Jangan lupakan tinggalkan jejak kalian di sini ya.
Keren banget 🔥😍