Kiyai Aldan menatap tajam Agra dkk dan Adira dkk. Ruangan ini begitu sagat panas dan terasa sesak dengan aura yang dikeluarkan oleh kiyai Aldan.
“Sedang apa kalian di sana?” Tanyanya pelan namun dingin.
“Afwan kiyai, sepertinya kiyai salah paham atas…,” Agra menutup matanya saat kiyai Aldan kembali memotong ucapannya.
“Apa? Saya salah paham apa? Memangnya mata saya ini rabun? Jelas-jelas kalian itu sedang… astagfirullah.” Kiyai Aldan mengusap wajahnya dengan kasar. “Bisa-bisanya kalian ini… kalian bukan muhrim. Bagaimana jika orang lain yang melihat kalian seperti itu tadi ha? “
“Afwan kiyai.” Lirih mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @nyamm_113, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
WAJAH LELAH PARA USTADZ TAMPAN
Omongan yang asal-asalan itu dan berita tentang Adira telah lenyap dengan sendirinya, beberapa hari telah berlalu dan beritanya pun telah lenyap oleh waktu tidak membuat keempat santriwati itu tidak melupakan kenakalan mereka.
Lihat saja, dengan santai mereka mengintip disela-sela tembok pembatas halaman masjid dan halaman luas asrama putra. Benar, mereka sedang menonton santri putra bermain bola disore hari.
“Ma sya Allah, mereka nih memang calon-calon imam idaman mama.” Lirih Aruna. Mereka berjejer berjongkok melihat di sela-sela lubang kecil.
Tidak ada yang melihat mereka karena ini tepat dibelakang masjid dekat dengan kediaman kiyai Aldan hanya pagar kecil saja yang menjadi pembatas antara Ndalem dan masjidnya.
“Benar, calon idaman mama ini. Deh serasa mau dibawah kabur satu.” Timpal Ayyara pula.
“Bukan satu, tapi kalau bisa semuanya kenapa harus satu. Hihih…,” Kekeh Adira saat mendengar penuturan Ayyara disebelahnya.
“Emmm dari tadi Irdan tidak terlihat ya? Bukannya dia hobi main bola?” Tanya Almaira entah pada siapa. Mencari sosoknya yang selama ini diam-diam dikaguminya.
Ketiganya mengalihkan pandangan mereka ke pada Almaira yang masih tetap pada posisinya, mencari keberadaan sang tambatan hatinya yang sejak tadi tak terlihat.
“Buset, masih dicari ternyata.” Ucap Adira menggelengkan kepalanya menatap Almaira.
Ayyara yang berada didekat Almaira pun penepuk pundaknya. “Emang paling benar itu tidak usah jatuh cinta.”
“Hallahhh… kaya kamu tidak begitu juga Ay.” Timpal Aruna. Mendengus saat mendengar ucapan Ayyara, sepertinya Ayyara ini perlu disadarkan lagi.
Adira menggeleng. “Tidak usah saling mengatai, bukanya hampir sama ya kisah kita?” Tanya Adira.
“Ckkk, bisa tidak usah diperjelas begitu?” Ayyara menatap malas Adira. Sudah berulang kali disadarkan mereka masih tetap sama, sama-sama mengharapkan yang tidak pasti.
“Tidak masalah, yang terpenting adalah saat ini kita masih bisa pantau tuh empat cowok. Ya walau harus sembunyi seperti ini.” Jelas Aruna.
“WIDIHHHH, LAGI NGINTIP YA KALIAN?”
Adira dkk terpelojak kaget dengan suara keras itu yang terkesan berteriak kearah mereka, sontak keempat santriwati itu melihat kebelakang dimana segerombolan santri putra berdiri tidak jauh dari posisi mereka saat ini.
Deg
“I-irdan…,”
“Ar-rwin…,”
“Su-upriadi…,”
“L-lion…,”
Lirih mereka saat tahu siapa yang berada didepan mereka, rasanya seperti dejavu. Adira, Almaira, Aruna dan Ayyara terdiam ditempatnya.
“Wahhh lihatlah ini, sedang mengintip ya kalian?” Tanya Arwin. Namun pandangannya mengarah pada Ayyara.
“He! Jangan bicara asal-asalan ya.” Kata Ayyara tidak terimah dengan ucapan Arwin.
“Terus kalian ini jongkok disitu ngapain? Pancing ikan?” Tanya laki-laki yang bernama Aryan.
Aryan? Doi Almaira pastinya.
“Suk…,”
“Wowww! Ada pertunjukan apakah ini? Kali-an jangan-jangan punya…,”
“LAA USTADZ!” Jawab mereka kompak. Benar, sepertinya mereka akan mendapatkan hukuman karena kepergok.
Agra menatap tajam Adira, bisa-bisanya anak itu dengan membuat ulah lagi. Sungguh Agra sudah tidak tahu hukuman apa yang mampu membuat mereka ini jerah.
“Jangan ada yang membantah, kalian halaman masjid SEKARANG!” Perintah Agra tanpa mau dibantah. “TANPA TERKECUALI!” Lanjutnya saat melihat keempat santri putra itu hendak protes.
“NA’AM USTADZ!”
xxx
“Kamu yang salah, kenapa juga kamu tiba-tiba ada di sana. Kan jadi dihukum.” Omel Adira. Tak jauh dari tempatnya mengomeli Lion.
Lion menghirup udara dengan kasar. “Adira, yang harusnya bertanya itu aku. Kenapa kamu bisa di sana dan juga untuk apa kamu mengintip ke asrama putra?” Tanya Lion. Tangannya fokus mencabuti rumput.
Mereka dihukum mencabuti rumput di halaman masjid pondok, mereka terbagi Adira, Almaira, Lion dan Irdan disisi kanan depan masjid dan Aruna, Ayyara, Arwin dan Supriadi berada disisi kiri.
“Bukan ngintip Lion, cuman lihat sedikit kok.” Belanya. Tiba-tiba saja merasa kesal dengan laki-laki yang sempat disukainya ini, mungkin masih?
“Sama saja Adira! Lagian kamu dan teman-teman mu itu harusnya jerah dihukum terus, kamu tidak capek ha? Sudah kelas tiga Adira dan kamu masih saja sama.”
“Sama apa?”
“Sama nakalnya, dan masih sama cerewetnya ke aku.”
“Hueekkkk, tidak ya! Itu mah bukan aku.”
“Terus siapa? Setan? Tidak ingat kamu yang duluan ungkapin perasaan ke aku?”
“Bisa tidak usah diperjelas? Ya lagian tunggu kamu ungkapin duluan sama kaya nunggu kartun si kembar botak itu naik SD.”
“Ckkk, kamu harusnya tahu kalau pacaran itu tidak diperbolehkan Adira.”
“Diam ih! Kesal jadinya…,”
Mereka memiliki kisah percintaan yang cukup memalukan bagi Adira, bagaimana tidak baru beberapa bulan mengenal Lion dia sudah menyimpan perasaan kepada laki-laki itu dan berakhir mengungkapkan perasaannya sendiri. Dan Lion? Lion jelas menolaknya.
Di tangga masjid para ustadz muda itu mengawasi para santri yang tengah menjalankan hukuman dari mereka, wajah lelah mereka terlihat jelas. Mereka baru saja kembali dari luar mengurus pekerjaan namun saat kembali mereka malah mendapati para santri itu yang dengan jelas saling memandang dan itu tidak diperbolehkan.
“Capek ya Allah.” Keluh Abraham. Memijit pergelangan kakinya yang terasa sangat pegal.
“Bisa-bisanya mereka saling menatap, mana posisinya dibelakang masjid pula. Ckkk.” Ucap Bima.
“Balikin mereka ke kiyai Adam boleh tidak Agra?” Tanya Abraham. “Tuh santri putri, mereka itu tidak akan pernah kehabisan energy. Malahan kita yang kehabisan energy.” Lanjutnya lagi.
semangat 💪👍