Ben Jamin Fredo (28), pewaris perusahaan wine Fredo bermain panas dengan pesaingnya Zoela Caprio (27) pewaris kedua perusahaan wine Caprio. Merasa bertukar peluh di ranjang sambil meneriaki nama masing masing dan menjadikan gerak tubuh mereka sebagai candu satu sama lain. Tapi selain di ranjang, mereka adalah musuh bebuyutan sejak orang tua mereka bersaing menjadi perusahaan wine terbaik di Italia. Permainan kotor bisnis diantara pedagang wine membuat keluarga Fredo dan Caprio bermusuhan. Namun bagaimana jika orang tua mereka tau bahwa Ben dan Zoe menjalin hubungan menikah diam diam hingga bisa menghasilkan cucu untuk mereka? Apa karena ada cucu mereka berbaikan atau semakin bermusuhan? Bacaaaaaa novel ini sampai tuntas ya! Semoga suka!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SariRani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Curahan rindu tapi gagal
Zoe akhirnya memberikan kesempatan untuk Ben menjelaskan rencananya.
"Junior Vaile adalah teman kuliahku di Paris. Dia teman sekaligus partner bisnisku sejak itu. Aku tidak tau jika dia dijodohkan denganmu, sebelum Nior datang ke Tuscany yang pas banget saat kita baru pulanh dari Roma. Itu hari dimana kalian bertemu dan malamnya Nior bertemu denganku. Disitulah aku baru tau orang perancis yang dijodohkan denganmu adalah dia" awal cerita Ben.
Zoe mendengarkan dengan serius dan datarnya tanpa senyum.
"Dan entah ini memang takdir Tuhan atau memang jodoh, Nior jatuh cinta sama adikku, Victoria, saat pertama kali datang ke Tuscany dan bertemu. Katanya sih cinta pandangan pertama, jadi aku dan Nior sepakat menukar pengantin. Datamu dan Nior kan sudah masuk ke kantor pencatatan sipil, ayahku ikut membantu menukar data itu dengan dataku dan data Victoria. Ayahku akan merestui hubungan kita jika aku mendapatkan 10% saham untuknya dan aku memiliki 15%-20%. Aku menyetujui syarat itu dan ayahku mau membantuku menikahimu secara legal dulu" lanjutnya membuat Zoe langsung melepas genggaman Ben dari tangannya.
"Oh jadi, kamu berfikiran jika menikahiku saham Caprio akan lebih mudah jatuh ke tanganmu? Meskipun aku mencintaimu, jika caramu untuk mendapatkan saham perusahaan Caprio dengan menikahiku, aku tetap merasa kamu tipu, Ben" sela Zoe kesal.
"Dengerin aku. Aku cinta sama kamu dan tidak berniat menipumu sedikit pun, sayang. Dengerin aku sampai selesai, baru kamu bisa menyalahkanku" sahut Ben yang masih sabar dengan suara lembut tapi tetap tegas sebagai seorang pria.
"Hmmm" deheman Zoe memberikan kesempatan Ben lagi untuk menjelaskan.
"Udah ya, kamu sudah tau syarat dari ayahku dan aku menyanggupi. Dari syarat itu aku juga sudah menyiapkan hal yang sama untuk ayahmu, anggap saja mahar aku menikahimu. Aku akan memberikan 10% saham Fredo kepada ayahmu dan 15% saham kepadamu, Zoe. Adil kan? Karena aku tau, kamu pasti merasa aku mengkianatimu jika diam diam mengambil saham perusahaan milik keluarga istriku tanpa seizinnya" lanjut Ben.
"Ayahku belum tau soal aku memberikan saham ku kepada mu atau ayahmu. Tapi aku bisa yakin, ayahku akan menerima keputusanku ini. Lagi pula, dari hubungan keluarga Fredo dan keluarga Caprio, ayahmu yang paling tidak suka dengan ayahku" jelasnya lagi.
"Apa kamu tau apa yang membuat ayahku sangat membenci ayahmu hingga keluargamu?" tanya Zoe penasaran.
Ben menghela nafas sebelum menjawab.
"Ayahmu meyakini bahwa adiknya meninggal karena ayahku saat mereka remaja. Padahal adik ayahmu sendiri yang sangat terobsesi dengan ayahku hingga ia memilih jalan buntu saat ayahku menjalin cinta dengan cinta pertamanya yaitu ibumu" jawab Ben.
"A..apaaa? Ibuku adalah cinta pertama ayahmu?" tanya Zoe tidak percaya karena selama ini dia tidak mengetahui kisah kelam yang disembunyikan Lio ataupun Violet yang sengaja dipendam.
"Iya, Tante Violet adalah cinta pertama ayahku namun karena kebencian ayahmu, ia merebut Tante Violet dengan menghamilinya hingga lahirlah Lazuardo. Disitu ayahku benar benar sangat membenci Lio Caprio dan Violet. Bertahun tahun ayahku sangat berambisi untuk menghancurkan keluargamu. Tapi mommy ku, selalu meredam amarah dan kebencian ayahku pada keluargamu. Hingga 4 tahun lalu, saat kita ketahuan bersama, ayahku menyadari bahwa memang sampai kapanpun keluarga Fredo ataupun keluarga Caprio tidak bisa terpisahkan" jawab Ben sejelas mungkin.
Zoe terdiam dan mencerna semua kenyataan baru ini. Beberapa saat Ben membiarkan istrinya itu diam untuk bisa berfikir jernih.
Kemudian saat sudah terasa tenang, Ben pun memegang kedua tangan Zoe kembali.
"Percayalah, aku tidak akan menyakitimu dengan sengaja seperti saat kita sekolah. Saat ini aku sungguh sudah jatuh kepadamu, Zoe. Kamu adalah duniaku" ucap Ben membuat mata Zoe kembali berkaca kaca.
Zoe mulai menerima penjelasan sang suami dan tangannya mulai ikut menggenggam tangan Ben.
"Hmmm, maafkan aku yang telah salah menilaimu, Ben" lirihnya dengan wajah menyesal.
Ben tersenyum pada sang istri.
"Aku yang minta maaf karena tidak lebih cepat memberitaumu langsung dari si Nior ember itu" sahut Ben membuat Zoe mengangkat satu alisnya.
"Berarti kalau semisal Nior gak keceplosan bilang istrinya itu Victoria, kamu gak bakal cerita ke aku secepat ini?" serang Zoe membuat Ben tertawa kecil.
"Hehe, maaf sayaang. Yaa aku pikir nunggu kamu hamil dulu baru aku cerita biar meskipun kamu marah pun kamu udah gak bisa lepas dariku karena ada anak kita" balas Ben membuat Zoe langsung memukul lengan suaminya.
Plak!
"Aduh sayaang!! Maaf maaf, jangan marah lagi!" ucap Ben pura pura sakit agar dikasihani.
Plak!
Zoe memukul lengan suaminya lagi.
"Zoeeee sayaaang! Maaf yaaaa, jangan dipukul gitu, aku gak kerasa apa apa hehe" canda Ben.
Malah bikin istrinya kesal.
Zoe pun berdiri lalu berjalan meninggalkan Ben yang masih duduk di sofa.
"Eh kok pergi? Zoe jangan tinggalin aku dalam kondisi marah dong!" seru Ben tidak terima lalu menyusul Zoe yang ternyata berjalan menuju dapur untuk mengambil minum.
Ben bernafa lega.
"Astaga! Aku kira kamu menjauhiku lagi. Tadi bilang kalau haus, aku ambilin minum buatmu" ujar Ben.
Zoe pun tetap diam sambil mengambil susu di kulkas.
Lalu berjalan melewati Ben tanpa bersuara menuju meja makan dengan gelas kosong ditangannya.
Ia pun duduk di kursi dan menuangkan susu ke gelas kosongnya.
Ben ikut duduk disamping Zoe dan mengamati istrinya dengan tetap tersenyum.
"Awas aja kalau kamu gak jujur sama aku lagi dan ketahuan bohong, meskipun aku hamil pun atau sudah melahirkan anak kita, aku tidak akan memaafkanmu semudah ini" ucao Zoe serius setelah menghabiskan segelas susu.
Ben tersenyum lebar mendengar suara istrinya meskipun terkesan seperti ancaman.
"Iya, aku janji!" sahut Ben senang.
Zoe pun akhirnya ikut tersenyum tipis melihat tingkah suaminya yang begitu menggemaskan.
"Jadi aku boleh mencium mu kan sekarang karena udah baikan?" tanya Ben dengan mata penuh harap.
Zoe menganggukan kepalanya bertanda lampu ijo untuk Ben menciumnya.
Ben mendekatkan wajahnya dengan wajah Zoe lalu menyatukan bibir mereka hanya dengan kecupan.
"Bibirmu terasa seperti susu, Zoe" lirih Ben.
"Yakan habis minum susu" jawab Zoe spontan.
"Hahaha, iyaaa juga. Mau lagi ah" sahut Ben lalu kembali mencium bibir istrinya bukan hanya sekedar kecupan seperti tadi namun sekarang sudah menjadi lum-at-an.
Zoe pun mengalungkan kedua tangannya di leher sang suami dan ikut memberikan lum-at-an yang sama.
Tangan Ben sudah mulai menjelajah mengikis dress Zoe dari bawah dan menyentuh sesuatu yang tertutup kain.
Namun jari Ben sudah ahli menerobos kain itu dan mulai membuat istrinya menggeliat sambil tetap menciumnya.
Ting..tong..
Ting..tong...
Zoe mendorong tubuh Ben agar menjeda aktifitas mereka karena mendengar bel rumah.
Siapa kah itu????
Mengganggu sajaaaaaa!!!!!! 😤😤😤