Salwa Nanda Haris, anak sulung dari pasangan Haris dan Raisya. Salwa menolak perjodohannya dengan Tristan, pria yang berstatus duda anak satu.
Awalnya Salwa sangat menolak lamaran tersebut. Ia beralasan tak ingin dibanding-bandingkan dengan mantan istrinya. Padahal saat itu ia belum sama sekali tahu yang namanya Tristan.
Namun pernikahan mereka terpaksa dilakukan secara mendadak lantaran permintaan terakhir dari Papa Tristan yang merupakan sahabat karib dari Haris.
Sebagai seorang anak yang baik, akhirnya Salwa menyetujui pernikahan tersebut.
Hal itu tidak pernah terpikir dalam benak Salwa. Namun ia tidak menyangka, pernikahannya dengan Tristan tidak seburuk yang dia bayangkan. Akhirnya keduanya hidup bahagia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Resepsi
Dua hari kemudian, Salwa menga dan Tristan pergi hunting baju resepsinya. Mereka pergi ke butik langganan Bu Ratna.
"Masyaallah cantik sekali." Ujar pegawai butik yang tidak sengaja melihat sekilas wajah Salwa.
"Mbak, tolong cadarnya dikasih sentuhan aksen payet ya, seperti ini kira-kira." Salwa menunjukkan contoh dari Handponenya.
"Baik, Kakak."
Tiba di hari yang sudah direncanakan. Hari resepsi pernikahan Salwa dan Tristan. Acara digelar di sebuah hotel bintang lima. Semua keluarga inti sudah berada di hotel sejak sore hari. Acaranya akan dimulai jam 7 malam.
Saat ini Salwa sedang dimake-up. Seluruh keluarga juga dipake-up tipis. Salwa hanya akan mengenakan satu baju malam ini. Tristan tidak mau Salwa kelelahan mengingat istrinya sedang hamil muda.
"Sudah, Mbak jangan tebal-tebal lipstiknya! Lagian nggak kelihatan, hehe..." Ujar Salwa kepada Sang MUA.
"Meski nanti hanya mata anda yang akan terlihat, anda sangat menawan."
"Terima kasih, Mbak."
Tamu undangan sudah mulai berdatangan. Ada sekitar 1000 undangan yang akan hadir malam ini. Pak Ferdi dan Ayah Haris mengundang rekan bisnis mereka dan juga beberapa teman lama mereka semasa kuliah dulu. Acara-pun akan segera dimulai. Tristan menjemput Salwa.
Tok
Tok
Tok
Ceklek
Sang MUA membukakan pintu.
"Apa sudah siap?"
"Sudah, Tuan. Silahkan!"
Sang MUA keluar dari ruang tersebut. Kini tinggal Salwa dan Tristan di dalam ruangan itu. Melihat Salwa dengan gaun putih dengan bibir yang merah merekah, membuat Tristan tidak mengedipkan mata.
"Kenapa kamu harus dandan secantik ini, hem? Aku tidak rela." Tristan memeluk pinggang sang istri.
"Kan, nanti ditutup cadar, Mas?" Ujar Salwa dengan mengedipkan matanya yang begitu lentik, membuat Tristan tergoda.
"Hem, kasih aku sedikit energi!"
"Energi?" Salwa tidak paham dengan maksud suaminya.
Namun tiba-tiba Tristan memagut bibir Salwa. Memainkan lidahnya di dalam sana. Tristan sangat tergoda dengan bibir merah Salwa. Dia tidak bisa menahan hasrat untuk mengulum bibirnya. Salwa pasrah dengan perlakuan suaminya.
Ceklek
"Ups, maaf!"
Kegiatan mereka terhenti karena mendengar suara seseorang. Salwa langsung menjaukan tubuhnya dari Tristan.
"Nggak bisa ditahan dulu ya, Bang? Ditungguin orang-orang tuh! Acaranya sudah mau mulai."
Tristan tidak membalas perkataan Salman. Dia hanya membenarkan texudonya dan pura-pura tidak terjadi apa-apa.
"Iya, Dek! Kami segera ke sana!" Sahut Salwa sebelum akhirnya ia memakai cadarnya.
"Cepetan!"
Salman pun meninggalkan mereka.
"Kamu sih, Mas!"
"Habisnya kamu menggoda sekali, Sayang."
Mereka pun keluar dan menuju aula resepsi. Konsep pernikahan mereka dengan tema serba putih. Dekorasi yang dipakai pun bernuansa putih dengan hiasan bunga gradasi.
Kini Salwa dan Salman sudah duduk di atas pelaminan. Seperti Raja dan Ratu, mereka tampak sangat serasi. Khumairah pun mengenakan gaun putih dan memakai hijab dengan hiasan bunga-bunga di kepalanya. Saat ini ia bersama anak-anak kecil yang lain.
Menginjak acara selanjutnya, ucapan selamat kepada mempelai dan pihak orang tua. Pengantin dan pendamping berdiri. Para tamu mulai naik ke panggung dekorasi untuk mengucapkan selamat kepada mempelai berdua. Sebagian ada yang masih menikmati hidangan prasmanan.
"Sayang, kalau capek bilang. Ini pasti akan lama. Lihat saja, tamunya banyak sekali!"
"Mas, aku hanya ingin ganti sepatu yang flat biar nggak capek berdiri."
"Sebentar, aku akan meminta tolong Tita."
Tristan melambaikan tangan kepada Tita. Tita pun menghampiri Abangnya. Tristan berbisik kepada Tita dan Tita pun mengangguk.
Selang beberapa menit, Tita datang membawa sepatu flat warna putih yang dia beli di galery hotel. Saat tamu mulai renggang, Tristan menyuruh Salwa untuk duduk.
"Ayo duduklah, dan lepas dulu sepatumu!"
Salwa menuruti perintah suaminya. Saat Tristan akan membukakan sepatunya, Salwa menahan tangan Tristan.
"Jangan, Mas! Aku bisa sendiri."
"Tidak apa, aku ingin memakaikannya."
"Malu dilihat orang, Mas. Nanti dikira kamu suami takut istri."
"Biarkan mereka berkata apa. Aku hanya ingin meratukan istriku yang saat ini sedang menampung ketiga anakku."
Salwa tidak dapat menolak lagi. Dia menerima apapun yang suaminya lakukan. Hal tersebut tidak luput dari perhatian orang tua mereka dan beberapa tamu undangan yang saat itu melihat pengantin.
"Sweet sekali anak kita, Bi." Ujar Bu Ratna.
"Hem, keturunanku."
Da di bawah sana ada Kayla yang bersembunyi dari keluarganya. Ternyata orang tua Kayla kenal dengan keluarga Tristan. Mereka diundang oleh Pak Ferdi. Saat menghindari keluarganya, Kayla tidak sengaja menabrak tubuh seseorang.
"Maaf, maaf, tidak sengaja!"
"Kayla, kamu kenapa?"
Kayla langsung mendongak saat mendengar suara yang ia kenal. Ternyata Kayla menabrak Iyan.
"Kak, ada Mama dan Papa di sana!" Kayla menunjuk ke arah orang tuanya.
"Mereka lihat kamu?"
"Sepertinya Mama lihat tadi."
"Pegang lenganku, Key!"
"Ish, untuk apa? Bukan mahram, Kak!"
" Ya sudah pegang saja bajuku! Cepetan!"
Kayla pun memegang lengan baju Iyan. Iyan justru mendekati orang tua Kayla.
"Kak, ngapain ke sana?"
"Biar urusanmu segera beres, Key."
Kayla berjalan beriringan dengan Iyan.
"Selamat malam, Om, Tante." Sapa Iyan kepada orang tua Kayla.
Nampak orang tua Kayla shock melihat putrinya bersama asisten pribadi Tristan yang terkenal CEO perusahaan nomor 1 di pulau Jawa.
"Selamat malam, Tuan Sofyan."
Sontak Kayla terkejut saat tahu Papanya mengenali Iyan.
"Sayang, apa kamu tidak ingin menyapa orang tuamu?" Ujar Iyan, dengan akting yang meyakinkan.
Sementara Kayla masih tak bergeming. Terpaksa Iyan menyentuh bahu Kayla.
"Eh, iya?"
"Kamu tidak mau menyapa orang tuamu?"
Kayla melihat Iyan, dan Iyan pun memberi kode. Kayla bukan tidak ingin bertegur sapa dengan orang tuanya, ia hanya takut orang tuanya masih marah dan membuatnya sedih. Namun kali ini, Kayla mendengarkan kata Iyan. Ia mencium punggung tangan Mamanya. Mendapati respon yang baik dari Mamanya, Kayla beralih mencium punggung tangan Papanya. Dan di luar dugaannya, Sang Papa justru mengelus kepala putrinya. Sebenarnya Kayla sangat merindukan mereka. Tapi ego yang membuatnya bertahan.
"Maaf, Tuan Sofyan. Apa hubungan anda dengan anak kami? Kelihatannya anda begitu akrab dengannya?"
"Maaf, Om, eh Tuan Danu. Kami sedang menjalin hubungan, rencananya dalam tahun ini aku akan melamarnya. Tapi sepertinya ada halangan, katanya dia sudah dijodohkan, apa itu benar?"
Kayla membelalakkan matanya mendengar pernyataan Iyan.
"Gila nih, orang! Pakai ngarang cerita segala lahi!" Batin Kayla.
"Ti-tidak, Tuan Sofyan. Itu tidak benar! Kami sudah membatalkannya. Kalau anda memang berniat melamar Kayla, kami tunggu secepatnya."
"Baik kalau begitu. Dan iya, kalian tidak perlu mengkhawatirkan Kayla, dia aman bersamaku. Dia gadis yang baik, dan selalu menjaga kehormatannya. Jadi tenang saja!"
Melihat kerinduan yang sangat mendalam di mata putrinya, Bu Riri tidak tega. Ia pun memeluk Kayla.
"Pulanglah, Key! Mama kesepian."
"Tunggu targetku sampai ya, Ma? Apa benar perjodohanku sudah dibatalkan?"
"Iya, Papamu sudah tahu kelakuan anak itu."
"Kenapa kalian tidak mencariku? Apa aku sangat tidak berharga untuk kalian?"
"Tidak, bukan begitu! Papaku ingin memberimu sedikit kebebasan."
Beberapa menit kemudian, waktunya pelemperan bunga. Para jomblowan dan jomblowati sudah bersiap-siap menangkap bunga.
"Satu... dua.... tiga...."
Bunga pun dilempar. Dan ternyata Iyan berhasil menangkapnya. Dalam hati Iyan berdoa'a semoga dia segera menyusul Bosnya.
Bersambung....
...----------------...
Next ya kak...
Lanjut Baca ke 4...🤗🥰
Gina Ga Ketauan Iy...😅😅
Uda Dapat Restu...🤲🏻🤲🏻😘😘😍😍
Oleh² Khas Palembang 🤭😁