cerita ini masih bersetting di Dunia Globus di sebuah benua besar yang bernama Fangkea .
Menceritakan tentang seorang anak manusia , dimana kedua orang tua nya di bunuh secara sadis dan kejam serta licik oleh sekelompok pendekar kultivator .
Trauma masa kecil , terbawa hingga usia remaja , yang membuahkan sebuah dendam kesumat .
Dalam pelarian nya , dia terpisah dari sang kakak sebagai pelindung satu satu nya .
Bagai manakah dia menapaki jalan nya dalam hidup sebatang kara dengan usia yang masih sangat belia .
Bisakah dia mengungkap motif pembunuhan kedua orang tua nya , serta mampu kah dia membalas dendam ? .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di Tempa Dendam Kesumat.
Kini kebiasaan dari Yi Feng dan Ma Qiau berubah total, dari yang awal nya suka berdiam di Bu Koan atau perguruan silat saja, kini sesekali ikut Cin Hai kehutanan mencari kayu bakar sekaligus berburu binatang.
Sedangkan Cin Hai sendiri, setelah selesai mengisi air gentong di puncak bukit Tung Hai, apa bila tidak ada pekerjaan mencari kayu bakar, dia akan ketempat kakek Sin Kai Sian untuk berlatih jurus Sin Kai Thien Tin, atau melatih ilmu Gin Kang Hui Fung dan berkultivasi dibawah bimbingan kakek Sin Kai Sian ini.
Karena setiap hari latihan beban mengangkut ember air besar dua buah bolak balik ratusan kali, akhirnya hasil nya mulai terlihat juga, bentuk tubuh nya menjadi sangat bagus, dengan otot otot nya yang menyembul gagah, dan yang paling penting adalah tenaga Gwa Kang (pisik) nya meningkat sangat pesat, yang awal nya cuma mampu mengangkat beberapa kati saja, kini sudah mampu mengangkat hingga puluhan kati, dan tidak mustahil, satu waktu nanti akan mencapai selaksa kati.
Kadang kadang, Cin Hai dan kakek Sin Kai Sian berlatih bersama, saling pukul dan saling serang seperti sedang berkelahi beneran.
Bila murid murid lain untuk mempercepat naik tingkatan kultivasi nya dengan membeli sumberdaya dan pil, beda dengan Cin Hai yang tidak memiliki apapun, selain dari perjuangan diri nya sendiri.
Leluhur perguruan memiliki dua orang putra, yang pertama bernama Lau Bin Ong sang Patriak perguruan, dan adik nya Lau Tong Gwan tetua perguruan.
Lau Bin Ong sendiri memiliki dua orang anak, putra dan putri, yang tertua bernama Lau Teng Ouw dan adik nya bernama Lau Yin Mei.
Sedangkan tetua Lau Tong Gwan memiliki tiga orang anak, yang tertua bernama Lau Sin Wen serta adik nya dua orang putri kembar bernama Lau Me Hwa dan Lau Mei Li.
Lau Teng Ouw dan adik sepupu nya Lau Mei Hwa sedikit lebih bermartabat dan berperangai bagus, sedangkan Lau Sin Wen dan adik nya Lau Mei Li serta sepupu mereka Lau Yin Mei berwatak kurang baik, agak sombong dan suka menindas, terutama kepada Cin Hai.
Lau Teng Ouw berusia lima belas tahun, dan sudah duduk di tingkat sembilan, sedangkan Lau Sin Wen berusia empat belas tahun dan duduk di tingkat delapan.
Sedangkan Lau Me Hwa dan Lau Mei Li berusia sepuluh tahun dan duduk di tingkat empat, serta Lau Yin Mei berusia sebelas tahun dan duduk di tingkat lima.
Diantara ketiga orang ini, Lau Yin Mei dan Lau Mei Li lah yang sangat sering membuat masalah dengan Cin Hai, hampir tiap kali bertemu, selalu ada ada saja keisengan yang mereka buat untuk menjahili Cin Hai bahkan menjurus pada keadaan yang hampir mencelakakan.
Seperti pagi itu, ketika Cin Hai sedang asik mengangkat dua ember besar air dari sungai ke arah puncak bukit Tung Hai, dia berpapasan dengan Lau Yin Mei dan Lau Mei Li, secara sengaja, Lau Yin Mei mencekal kaki Cin Hai yang sedang mengangkat dua ember besar berisi air itu, sehingga Cin Hai terjengkang dan seluruh air di dalam ember nya tumpah semua nya.
Sebenar nya Cin Hai tahu jika langkah kaki nya di cekal Lau Yin Mei, seandainya dia mau, bisa saja dia melompat, melepaskan diri dari cekalan dara itu, tetapi bila itu dia lakukan, urusan nya bakalan semakin panjang, bisa bisa upaya nya menutupi diri nya bakal gagal.
Sebenar nya tubuh nya tidak benar benar terhempas ketanah, karena saat tubuh nya tinggal satu jengkal dari tanah, tangan nya dengan cepat menahan tubuh nya agar tidak terhempas ketanah.
Sepintas, orang lain melihat tubuh Cin Hai terhempas ketanah, namun sedikitpun tidak ada bekas nya, hanya air di dalam ber nya saja yang tumpah.
Cin Hai sedikitpun tidak takut kepada orang orang yang membully diri nya, tetapi bila dia melawan, apalagi sampai mengalahkan mereka, dia takut kakek Guan dan nenek Mou Ni yang terkena imbas nya, maklum kedua orang itu cuma menumpang hidup di perguruan silat Sin Houw itu.
Maka dari itu, dari pada urusan nya merembet kemana mana dan ujung ujung nya mempersulit kakek Guan dan nenek Mou Ni, dia lebih memilih mengalah saja.
"Kalian memang sudah sangat keterlaluan sekali, salah apa Cin Hai pada kalian?, sehingga tiada hari bagi kalian tanpa menyakiti nya!" terdengar suara hardikan seorang dara cantik sambil berjalan menghampiri Cin Hai.
"Hei!, Me Hwa!, siapa suruh pecundang itu berada di tempat ini, itu salah nya sendiri, huh dasar pecundang tidak berguna, seseorang yang memiliki Dantian keci, hidup tidak berguna!" kata Yin Mei mencemooh Cin Hai.
"Hei!, Me Hwa!, tuh tolongin calon suami mu itu, pecundang tidak berguna!" ejek Mei Li pada saudara kembarnya itu.
Lau Me Hwa mengangkat tubuh Cin Hai yang terbaring di tanah, menepuk beberapa bagian tubuh anak laki laki itu, menghilangkan debu dari pakaian nya.
"Sudahlah adik Cin Hai, jangan hiraukan mereka, mereka memang nakal!" ujar Me Hwa.
"Tidak apa apa kak l, terimakasih, saya bisa mengambil nya lagi ke sungai" ujar Cin Hai sambil memungut kedua ember besar nya itu dan berlari ke arah kaki bukit tepat sungai berada.
Kalau berada di tempat yang rada jauh dari perguruan, Cin Hai membawa dua ber besar yang di pikul di pundak nya itu sambil berlari dan melompat dari batu yang satu, ke batu yang lain nya.
Barulah setelah berada dekat dengan perguruan silat Sin Houw itu saja dia berpura pura berjalan perlahan sambil sedikit terhuyung huyung.
Meskipun usia nya baru tujuh tahun, namun otot otot di tubuh nya sudah terbentuk indah serta tenaga Gwa Kang nya setara dengan pemuda dua puluhan tahun.
Hal itu tentu saja terbentuk karena keras nya beban kehidupan yang dia jalani.
Tidak ada yang tahu, apa yang ada di dalam hati nya, meskipun itu kedua sahabat nya sekalipun.
Cin Hai tidak pernah mau berbagi masa lalu dengan siapa pun juga, bagi nya, masa lalu nya, dia pendam sendiri saja dengan segala dendam kesumat di dalam dada nya.
Karena besar nya rasa dendam di hati nya pada orang orang yang telah membunuh kedua orang tua nya itulah, maka bagi nya belajar ilmu beladiri merupakan satu keharusan yang mutlak dia jalani, tidak perduli seberapa pun berat rintangan nya.
Karena tekad nya yang sangat kuat itulah, maka pada usia yang baru tujuh tahun itu, ia sudah mencapai tingkat lima, dari sembilan tingkat ilmu Hui Fung (angin berkelebat) yang diajarkan kakek Sin Kai Sian kepada nya.
Dia sudah bisa melompat setinggi empat atau lima depa, dan sudah mampu melompati kali kecil tanpa berjalan melewati nya.
Adapun jurus Sin Kai Thien Tin (pengemis sakti menggoncang langit) sudah berhasil dia kuasai hingga tingkat ke enam dari sembilan jurus.
Ilmu silat tingkat tinggi yang sebenar nya sudah punah di muka bumi beberapa ratus tahun yang silam itu. tidak ada satupun dari para tokoh Kai Pang (Perkumpulan pengemis) yang masih menguasai jurus jurus sakti itu.
Jurus itu kini sudah menjadi legenda di antara para pendekar kultivator, bahwa dahulu kala, ada seorang tokoh pengemis yang memiliki jurus sangat ampuh, sangking ampuh nya jurus itu, sehingga seorang yang tidak memiliki kultivasi yang memadai saja masih bisa mempertahan diri nya dari serangan lawan, cuma dengan mengandalkan jurus jurus silat itu saja.
...****************...
Bantai zemuah