Selamat membaca, ini karya baru Mommy ya.
Aisha dan Dani adalah sahabat sejak dulu, bahkan mereka bersama sama hijrah ke ibu kota mengais rezeki disana. kebersamaan yang ternyata Dani menyembunyikan cintanya atas nama persahabatan.
Sementara Aisha yang jatuh cinta pertama kalinya dengan Atya, lelaki yang baru ditemuinya yang mempunyai masa lalu yang misterius.
Apakah hubungannya dengan Arya akan menjadi pasangan terwujud? Bagaimana dengan rasa cinta Dani untuk Aisha? Apa pilihan Aisha diantara Dani dan Arya?
Baca karya ini sampai selesai ya, happy reading!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16: Keputusan Aisha
Malam itu, di tengah kesunyian kamar, Aisha duduk termenung, memandangi bulan yang mengintip dari balik jendela. Perasaan yang bercampur aduk menghimpitnya—antara cintanya pada Arya yang tak pernah pudar dan kenyamanan yang ia temukan bersama Dani. Seluruh pikirannya terisi oleh pertanyaan yang terus berputar, seolah menolak memberinya ruang untuk bernapas.
Biasanya sebelum Aisha mengetahui Dani mempunyai rasa padanya, sudah pasti dan tidak akan ragu akan bercerita padanya. Namun saat ini ia memilih sendiri, andai ia punya sahabat wanita saat ini. Setidaknya bisa memberikan masukan padanya.
Aisha: (berbicara pada dirinya sendiri) “Arya adalah cintaku sejak lama… tapi Dani yang membuatku merasa tenang. Aku nggak bisa hidup tanpa kenyamanan itu, tapi apa itu cukup untuk meninggalkan Arya?”
Bayangan Arya dan Dani muncul bergantian dalam pikirannya. Setiap kenangan bersama mereka membuat hatinya semakin terluka, tak bisa membayangkan bagaimana hidupnya tanpa salah satu dari mereka. Ia menunduk, merasa semakin tersesat.
Aisha: (berbicara pada dirinya sendiri) “Aku rasa harus menata hatiku sendiri. Untuk mengambil keputusan dan tidak melihat mereka dulu."
Keputusannya malam itu, ia akan menyendiri. Dan mengirimkan pesan pada Dani dan Arya.
> Aisha: "Jangan mencariku, hargai keputusanku. Tidak akan lama. Aku akan kembali memberikan kepastian."
***
Keesokan paginya, Aisha memutuskan untuk menjauhkan diri sejenak dari semua ini seperti semalam yang sudah ia yakinkan pada dirinya sendiri, berharap mendapatkan jawaban yang jelas. Ia mengunjungi sebuah tempat terpencil yang sering ia datangi saat ingin merenung. Hembusan angin dan kesunyian di sekitar memberikan sedikit kedamaian dalam hatinya yang dilanda gejolak.
Aisha: (membatin) “Aku harus memilih... Tapi, kenapa perasaan ini begitu rumit? Arya adalah cinta pertamaku, dan aku tahu dia tulus. Tapi Dani… dia memberiku sesuatu yang berbeda, sesuatu yang sulit kutemukan bersama Arya. Benar benar membuatku dilema, harusnya aku tidak menyakiti salah satu dianatara mereka.”
Hembusan angin yang sejuk dan rindangnya pemandangan disana, membuatnya menutup mata, mencoba menyelami satu satu dianatara mereka.
Dani. Ya dia adalah sahabatnya sejak kecil, bahkan mempunyai rumah bersebelahan dengan hasil jerih payahnya masing masing. Anak rantauan dan juga anak yatim piatu keduanya, menjadikan akrab dan saling membantu satu sama lainnya. Persahabatan yang lama ia mengingat bagaimana perih, duka, bahagia dan tawa mereka. Apa ini alasannya ia tidak mempunyai pacar sejak dulu? Itulah yang Aisha simpulkan, ternyata Dani menaruh hati sejak lama tepatnya hanya Dani sendiri yang bisa menjawabnya. Tidak mungkinkan ia akan menyakiti hati Dani.
Arya. Ya dia adalah cinta pertama, lelaki yang mampu menggetarkan hati, bergejolak dan merasakan deg deg ser di dalam hati. Lelaki yang mau menuruti kemauannya, yang masa lalunya terus membayanginya tapi mampu membuktikan jika hubungannya telah berakhir. Apakah kini Aisha yang akan menyakitinya, tentu itu bukan keinginannya. Hidup bersama adalah impian keduanya, tapi hatinya tidak utuh seperti awal. Apakah ia akan menyakiti Arya?
Tak lama kemudian, handphonenya berdering. Ternyata itu pesan dari Dani.
> Dani: (pesan teks) “Aisha, aku di sini kalau kamu butuh teman bicara. Aku nggak akan memaksamu, tapi aku akan selalu ada buatmu.”
Aisha terdiam membaca pesan itu. Dani memang selalu ada saat Arya tak mampu hadir, tapi apakah itu alasan yang cukup kuat untuk meninggalkan Arya? Di tengah kebingungan ini, muncul pesan lain, kali ini dari Arya.
> Arya: (pesan teks) “Aisha, aku tahu kamu lagi sulit, tapi aku akan menunggu jawabanmu. Aku percaya pada cinta kita, tapi aku juga nggak ingin memaksamu. Berapa lama pun waktu kau minta pasti aku akan menunggumu.”
Kedua pesan itu menghantam hati Aisha, membuatnya semakin bimbang. Bagaimana mungkin ia bisa memilih, ketika keduanya memiliki tempat spesial di hatinya?
***
Dalam keheningan malam itu, Aisha menutup matanya dan membiarkan air matanya mengalir. Ia tahu apa yang harus ia lakukan, walaupun keputusan itu akan melukai semua orang, termasuk dirinya.
Hatinya, sudah memantapkan dan mengambil sebuah keputusan besar dalam hidupnya. Mau bagaimanapun ia sadar, harus ada di korbankan dan di pertahankan.
Keesokan harinya, Aisha memutuskan untuk bertemu Arya dan Dani. Ia memanggil mereka ke tempat yang berbeda, karena ia ingin menyampaikan keputusannya secara pribadi.
***
Di sebuah taman yang sepi, Arya datang pertama. Wajahnya tampak penuh harap, namun juga tegang. Aisha mencoba menyusun kata-kata, hatinya bergetar.
Arya: “Aisha, aku tahu ini berat buat kamu. Tapi, apapun yang kamu putuskan, aku akan menghargainya.”
Aisha: (berusaha tegar) “Arya… kamu tahu betapa aku mencintaimu. Kamu cinta pertamaku, orang yang selalu ada di pikiranku. Tapi…”
Arya: (nada suara semakin cemas) “Tapi apa, Aisha?”
Aisha: “Tapi aku rasa… aku nggak bisa melanjutkan ini. Aku mencintaimu, Arya, tapi perasaan ini… semuanya begitu rumit. Aku nggak mau terus hidup dengan rasa bimbang dan membuat kamu terluka.”
Arya: (menatap Aisha dengan mata yang mulai berkaca-kaca) “Jadi… kamu memilih Dani?”
Aisha: (menggeleng pelan, air matanya mengalir) “Aku juga nggak memilih Dani. Aku nggak memilih siapapun. Aku memilih untuk pergi. Meninggalkan kalian berdua.”
Arya tampak terpukul mendengar keputusan Aisha. Ia menghela napas panjang, berusaha menerima meski hatinya terasa hancur.
Arya: (dengan suara serak) “Kalau itu yang kamu inginkan, aku akan mengikhlaskan, Aisha. Tapi ketahuilah, aku akan selalu mencintaimu, menunggumu disini aku akan buktikan jika kamu adalah wanita yang telah aku pilih. Tapi aku menghargai keputusanmu, aku yakin jika kita berjodoh berapa lama pun pasti akan di pertemukan kembali.”
Aisha hanya bisa menunduk, tak sanggup melihat ekspresi Arya yang terluka.
Setelah berpisah dengan Arya, Aisha bertemu dengan Dani di sebuah kafe kecil. Dani sudah menunggunya dengan senyuman yang hangat, tak menyadari bahwa keputusan Aisha akan menghancurkan harapannya.
Dani: “Aisha, aku siap mendengar keputusanmu. Apapun itu, aku akan selalu ada untukmu.”
Aisha: (mengambil napas dalam, lalu menatap Dani penuh kesedihan) “Dani… aku nggak bisa memilihmu. Bukan karena aku nggak merasa nyaman bersamamu, tapi aku harus menemukan diriku sendiri dulu. Aku nggak bisa terus mengandalkan orang lain untuk kebahagiaanku.”
Dani: (terdiam, berusaha tegar) “Jadi, kamu lebih memilih sendiri?”
Aisha: (mengangguk, air mata mengalir) “Maafkan aku, Dani. Kamu sahabat terbaik yang pernah aku miliki. Tapi, aku nggak bisa terus menggantungkan diriku padamu. Aku tidak ingin menodai persahabatan ini, carilah wanita lain selain aku untuk di jadikan pasanganmu.”
Dani: “Aku mengerti, Aisha. Aku hanya ingin kamu bahagia, meskipun itu berarti aku harus merelakanmu. Doakan saja, Sha.”
Dani menahan kesedihan di matanya, berusaha menerima keputusan Aisha. Mereka terdiam dalam kesedihan yang mendalam, menyadari bahwa cinta mereka tidak akan pernah memiliki akhir bahagia.
Berakhir dengan Aisha yang memilih untuk pergi dari keduanya, meninggalkan Arya dan Dani dengan perasaan yang campur aduk. Meski keputusan itu menyakitkan, Aisha tahu bahwa inilah jalan terbaik baginya untuk menemukan kedamaian dalam hatinya yang telah lama dilanda kebingungan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bersambung.