Namaku Erikha Rein,anak kedua dari pasangan Will Rein dan Carlista Sari,kakakku bernama Richi Rein(ketua osis di smu purnama bakti,aktif di sekolah dan pastinya dia vocalis band Enew).
yah,keluarga kami sebenarnya broken karena perceraian tetapi Mami selalu ada buat kami.
Seiring waktu aku dan kakakku sangat ingin Mami bahagia karena sepertinya Mami menyimpan masa lalunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone pak Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
"Yang."Sapa Didi
"Apa?"tanya Lista.
"Siang ini aku mau ketemu sama Chaca."kata Didi
"Iya,tidak masalah.Apa dia masih menghubungimu?"tanya Lista.
"Aku tidak sembarangan memberikan no pribadiku."jawab Didi mencubit pipi istrinya
"Lalu?tanya Lista.
."Kamu ini."kata Didi.
Lista berfikir sejenak,jika suaminya tidak sembarangan memberikan no pribadinya lalu darimana Chaca bisa menghubunginya.
"Udah mikirnya?"tanya Didi.
"Aahhh,iya."jawab Lista tersenyum.
Lista keluar dari kamarnya,memanggil kedua anaknya dan membuat bekal dan sarapan.
Richi menuangkan susu dan meminumnya,Eri yang baru turun langsung menyambar roti dan telur dadar.
"Kak,naik apa?"tanya Eri.
"Motor."jawab Richi.
"Aku bareng ya."kata Eri
"Gak mau."jawab Richi.
"Ih Kakak pelit."kata Eri.
Mami mendengar kedua anaknya berdebat hanya tersenyum,bekal untuk suaminya sudah siap.Iqbal masuk kerumah setelah menyiapkan beberapa berkas yang Didi minta.
Beberapa dikirim sore kemarin juga sudah ditanda tangani bos langsung.
Hari ini akan menjadi hari yang panjang,Suci mengikat rambutnya membantu para Mbak didapur.
"Suci nanti antar aku bisa gak?"tanya Lista.
"Kemana Mi?"tanya Suci.
"Ambil baju,bajuku banyak gak muat."jawab Lista.
Suci melihat tubuh Mami dari atas sampai kebawah,tidak ada yang berubah hanya perutnya aja yang semakin buncit.
Wajahnya masih sangat cantik dan sedikit chubby karena Mami doyan makan.
"Tapi Mami gak banyak berubah kok."kata Suci.
"Masa sih,tapi bajuku banyak gak muat."katanya.
Didi turun dengan membawa dua tas sekalian karena setelah pulang kerja dia harus keluar kota,malam ini ada manggung dikota sebelah.
"Papi gak pulang malam ini ya?"tanya Richi.
"Iya Kak,Papi manggung malam ini."jawab Didi.
"Aku duluan ya Pi."pamit Richi.
"Hati-hati Kak."kata Didi.
"Ayo Ri." ajak Richi.
Keduanya berlari mengejar waktu menghilang dibalik tembok,tidak ada suara yang keluar dari mulut mereka hanya dentingan sendok dah garpu yang saling beradu,sesekali terdengar candaan dari dalam dapur.
Lista terus memandang kearah suaminya yang masih fokus kelayar ponsel dan sarapannya,sesekali tersenyum tipis.Secangkir kopi menjadi penutupnya pagi ini sebelum dia beranjak dan pergi.
"Aku pergi dulu ya,sayang kamu tidak boleh nakal jangan buat Mami lelah."pamit Didi mengusap perut istrinya.
"Siang ini aku mau keluar sama Suci,mau ambil baju yang sudah kupesan."kata Lista.
"Hati-hati ya."jawabnya.
Lista mengangguk dan kembali melanjutkan makannya karena Didi yang memintanya,tidak perlu mengantar sampai kemobil sudah ada Iqbal yang mengurusnya.
"Kapan Tara dan Alif kembali?"tanya Didi.
"Lusa Bos."jawab Iqbal memasang seat beltnya.
"Bagaimana dengan Chaca?"tanya Didi.
"Dia setuju ketemu siang ini."jawab Iqbal.
Didi melihat kearah luar dengan wajah lesu,masalah yang sedang dihadapi kini semakin membuat ruang geraknya menjadi sempit.
Belum lagi Gasa yang berkali-kali menghubunginya karena ingin meminjam Richi.
Sampai dikantor Didi disambut dengan beberapa file dan berkas yang menumpuk,beruntung Airin dan tim sangat cekatan dan mampu meringankan kerjaannya.
"Rin,ini berkas yang kamu kirim kemarin."kata Iqbal.
"Iy Mas,makasih ini sudah ditunggu untuk dikirim."kata Airin.
"Apa ada titipan buat Bos?"tanya Iqbal.
"Ada,ini."Airin menyerahkan tas kecil dengan merk local tapi cukup terkenal.
Iqbal membawa kedalam dan memberikan kepada bos nya,bukan diterima tapi malah disingkirkan menjauh,Didi tahu ini pasti dari Chaca melihat dari warnanya,warna kesukaannya.
"Setidaknya disimpan,menghargai yang memberinya."kata Iqbal.
"Tutup mulutmu!"kata Didi tegas.
Iqbal hanya tertawa melihat wajah bosnya yang sangat tidak bersahabat,tatapannya sangat keruh seakan siap menghabisi lawannya.
Suara Iqbal terdengar sampai keluar,namun suara langkah seorang perempuan menarik semua yang sedang sibuk bekerja menoleh kearah pintu.
Chaca datang lebih awal dari perjanjian,membawa kotak bekal makan siang.Dia tahu apa yang selalu Didi makan saat siang hari,bahkan dia berusaha membuatnya langsung.
"Hai."sapa Chaca tanpa mengetuk pintu.
Didi dan Iqbal menoleh kearah datangnya suara,Didi langsung memandang asistennya tanpa mengeluarkan sepatah kata.Iqbal keluar kembali keruangannya dan melanjutkan pekerjaannya.
Didi berusaha tetap berfikir jernih sebelum bicara,karena tidak ingin menyakiti Chaca.
Wanita seperti Chaca tidak akan pernah menyerah hanya dengan kata-kata kasar,justru dia akan kembali karena merasa hatinya tersakiti.
"Bukannya kita ketemu saat makan siang?ini belum waktunya,Apa kamu sudah lapar?"tanya Didi.
"Ah,tadi juga kebetulan aku lewat sini makanya aku mampir."jawab Chaca sedikit gugup.
"Aku masih sibuk,dua jam lagi kita makan."kata Didi.
"Tidak apa-apa,aku bisa menunggumu."jawabnya santai dan duduk disofa.
Didi menghela nafas panjang,bagaimana bisa konsentrasi bekerja saat diruangannya ada wanita yang statusnya bukan siapa-siapa.
Rasanya ingin mengusirnya,tapi tidak tahu bagaimana caranya.
Chaca berjalan kearah kamar dimana Didi selalu beristirahat disana,ruangannya tidak kalah mewah seperti kamar Lista,luas dan yang pasti bisa membuat badan kembali rileks.
"Ca,mau ngapain kamu masuk kesana?itu ruangan pribadiku jangan sekali-kali kamu berani masuk kesana!"tegas Didi.
"Aku cuma mau kekamar mandi."jawabnya enteng.
Didi beranjak dari duduknya sambil berlari menyusul Chaca dan menariknya keluar dari kamarnya,Chaca meronta dan berteriak minta tolong karena Didi menyakitinya.
Semua karyawan berkumpul mendengar teriakan Chaca,Iqbal merasa terganggu dengan teriakan Chaca.
"Kembali kerja,tidak usah perdulikan apapun!"kata Iqbal.
Karyawan Didi kembali ketempat duduknya dan melanjutkan pekerjaan masing-masing,bahkan ada beberapa yang sengaja menutup telinganya daripada mendengar perdebatan bosnya.
Bagi mereka itu bukan urusannya,karena dia digaji untuk meringankan pekerjaan bos bukan untuk jadi tukang gosip.
Perdebatan kedua mantan kekasih masih terjadi,kali ini Chaca berusaha melepaskan cengkraman tangan Didi yang kuat,bagi Chaca daripada melawan lebih baik berusaha melunak.
Saat tangan Didi merenggang dari cengkeramannya Chaca berusaha dengan kuat mengalungkan kedua tangannya keleher Didi dan menciumnya.
Disaat yang sama Gasa datang tepat didepan pintu dan melihat kedua mantan kekasih sedang berciuman.
Didi mendorong Chaca namun sudah ketangkap basah oleh Gasa,Iqbal menarik tangan Gasa dan mengajaknya keruangannya.
"Bos kamu lagi ngapain sama mantannya?"tanya Gasa.
"Panjang ceritanya,kamu ngapain kesini?"tanya Iqbal.
"Makanya baca tuh pesan."jawab Gasa.
Iqbal membuka ponselnya dan membaca beberapa pesan dari Gasa,dari pagi belum sempat membaca pesan karena kerjaan cukup banyak.
"Syukurlah gue bisa tidur malam ini."kata Iqbal.
"Panggil bos cepat,kalau aku ganggu nanti aku kena lemparan."pinta Gasa.
Iqbal keluar dari ruangannya meninggalkan Gasa,saat masuk keruangan bos nya masih terlihat Chaca tersenyum dengan senyum kemenangan.
Iqbal menghampiri bos dan membisikkan sesuatu,membuatnya mengusap kepala dan sedikit menjambak rambutnya.Ada sedikit senyum setelahnya meski harus ditahannya.
Didi menghubungi Gasa dan memintanya masuk keruangannya,mungkin dengan adanya Gasa bisa membuat Chaca merasa tidak nyaman.Hanya saja permintaan Gasa juga harus dituruti.
Gasa masuk dan memilih duduk didepan Didi tanpa memperdulikan Chaca meski sebenarnya Gasa kenal dekat dengan Chaca.
Chaca bukan urusannya,banyak urusan yang lebih mendesak baginya.
"Bagaimana?"tanya Gasa.
"Bantu aku."jawab Didi sekalian memberikan kode kepada Gasa.
Gasa yang memiliki karakter sembrono dan main hajar urusan belakangan berusaha berfikir.
Dan spontan berjalan kearah sofa dan mengambil kotak bekal makan siang dan memakannya.
"Apa-apan kamu,ini buat Didi!"kata Chaca
"Aku lapar belum makan dari semalam."kata Gasa.
"Kamu harusnya ijin dulu sama yang punya,jangan main serobot gitu."kata Chaca kesal.
"Terus apa bedanya sama kamu,kamu ijin gak tadi sama bininya kamu menciumnya."kata Gasa menunjuk kearah Didi.
Chaca merasa kesal dengan Gasa dan meninggalkan ruangan begitu saja,Didi tersenyum melihat Gasa yang sangat memiliki ide brilian.
Mengusir dengan kata-kata yang begitu manis,tanpa harus mengeluarkan tenaga.
Mungkin dulu rayuannya kepada Lista juga sangat maut,sampai membuat Lista jatuh cinta kepadanya meski tahu statusnya sudah memiliki anak.
JANGAN LUPA BACA JUGA NOVELKU : SISA RASA DIHATIKU