Namaku Erikha Rein,anak kedua dari pasangan Will Rein dan Carlista Sari,kakakku bernama Richi Rein(ketua osis di smu purnama bakti,aktif di sekolah dan pastinya dia vocalis band Enew).
yah,keluarga kami sebenarnya broken karena perceraian tetapi Mami selalu ada buat kami.
Seiring waktu aku dan kakakku sangat ingin Mami bahagia karena sepertinya Mami menyimpan masa lalunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone pak Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Richi kembali menyelesaikan sebuah lagu yang diciptakan sendiri,namun karena masih belum yakin dengan nada yang ditulisnya Richi ingin meminta bantuan Papi.
Diketuk pintu kamar orang tuanya,biasanya Mami langsung membukakan pintu,Namun entah kenapa kali ini begitu lama Richi menunggu pintu belum juga dibuka bahkan masih terkunci.
Akhirnya Richi menghubungi Mami menggunakan ponselnya.
"Halo."sapa Mami.
"Mi,buka pintunya udah siang gini."pinta Richi.
"Iya sebentar."jawab Mami.
Lista buru-buru duduk dan meraih baju yang berceceran,dilantai dan juga dikasur.Kali ini memakai gamis dan hijabnya terburu-buru karena memang hari sudah siang.
"Ada apa Kak?"tanya Mami.
"Lama kali sih,Papi mana?"tanya Richi masuk kekamar.
Lista menghadangnya dan menyuruh anaknya untuk menunggu di luar,namum Richi tidak mau dan berhasil menerobos masuk dan melihat kamar Mami begitu berantakan.
"Jadi ini yang bikin kalian bangun kesiangan?"tanya Richi.
"Kak,bisa tunggu diluar."pinta Lista.
"Gak mau tuh."jawab Richi.
Richi malah mendekati Didi yang masih berselimut,dalam hatinya hanya ingin mengoda Maminya dengan memegang selimut dan menariknya.
Lista menahannya,Richi hanya tersenyum melihat Mami wajahnya memerah.
"Richi bisa keluar sekarang!"kata Lista tegas.
Mendengar suara berisik antara anak dan istrinya membuat Didi terbangun dan terkejut melihat Richi sudah berada didekatnya.
"Sorry Pi."kata Richi dengan tersenyum dan berjalan keluar dari kamar.
Didi menarik nafas dalam dan membuangnya,melihat istrinya cemberut dengan wajah sedikit merah membuatnya tersenyum.
"Kamu malu sama anakmu?"tanya Didi.
Bukan jawaban yang didapatkan Didi justru malah lemparan boxer tepat mengenai wajahnya.Lista menarik paksa selimut dan sprei yang membungkus kasurnya,melepaskan sarung bantal dan mencucinya dengan tangannya sendiri.
Didi melihat istrinya melakukan kerjaan yang biasanya dilakukan pembantu.
"Yang kenapa kamu nyuci,nanti tanganmu panas."kata Didi.
"Sayang,sprei kita baru diganti semalam."jawab Lista.
"Ahhh,gitu."kata Didi singkat.
"Cepat mandi,Richi nungguin kamu tadi."kata Lista.
Didi segera mandi karena takut anaknya menunggu terlalu lama,tanpa mengeringkan rambutnya terlebih dahulu Didi turun menemui anaknya.
"Ada apa kak?"tanya Didi.
Richi dan Iqbal menoleh kearah Didi melihat rambutnya masih basah dan menetes,Iqbal tertawa sementara Richi hanya tersenyum.
"Bos,abis nyemplung digot ya?"tanya Iqbal.
"Sembarangan."jawabnya.
"Papi rambutmu masih basah tuh."kata Richi.
"Gak papa,emang sengaja."jawabnya.
Richi memberikan buku yang dibawanya dari tadi,Didi membuka dan membaca dari atas kebawa, sedikit memberi tanda pada beberapa kata yang menurutnya masih belum pas.
Diulangnya beberapa kali dengan mengetuk-ngetukkan pena,namum masih ada yang belum pas menurutnya.
"Iqbal coba lihat ini."katanya.
Iqbal memeriksa hasil koreksi Didi tanpa menambahkan,hanya memberi judul karena masih kosong.
"Sorry Bos,gue lagi gak bertugas hari ini."kata Iqbal.
Didi mengajak anaknya kestudio untuk tes vocal,Iqbal yang harusnya hari bisa selonjoran kaki malah harus lembur.
Sementara Alif dan Tara pulang kerumah orang tuanya.
"Iqbal,kemarin kamu sudah diijinkan membawa istrimu tinggal disini kamu malah menolak."kata Didi.
"Apa sekarang tawarannya masih berlaku?"tanya Iqbal.
"Tanya sendiri sama Nyonya."jawab Didi.
"Bos ini juga rumahmu,kenapa harus ijin sama Nyonya?"kata Iqbal.
"Jaga bicaramu."kata Didi.
"Nanti coba aku tanya sama Mami,Om.kata Richi
Iqbal hanya cengar-cengir mendengar Richi yang mau menjadi penengah.
Suara Richi memiliki karakter yang lembut,dari segi suara namun sedikit berani menulis lirik mirip seperti Gasa.
Ditangan Gasa liriknya bisa menjadi single yang bisa menembus pasar.
"Cukup kak."kata Didi.
Richi mengangguk melihat Papi tersenyum sepertinya hasilnya membuatnya puas.
Didi meminta Iqbal untuk mengirimnya kepada Gasa,menurut pendengarannya masih ada yang belum pas menembus kearah yang tepat.
"Serius,mau melibatkan dia?"tanya Iqbal.
"Untuk hasil yang bagus kenapa tidak."jawab Didi.
"Baiklah,ijinkan aku pulang seminggu saja."pinta Didi.
"Kubantu bilang ke Nyonya mau gak?"tawar Didi.
"Tinggal Gratiskan?"tanya Iqbal.
"Potong gaji."kata Didi.
Iqbal kembali tidak bersemangat mendengar bosnya mau main potong gaji.
Didi memainkan ponselnya dan menghubungi seseorang dan berjalan meninggalkan ruang studio,Iqbal masih harus menyelesaikan kerjaan tambahan untuk hari ini.
Didi menghampiri anak dan istrinya yang sedang menonton tv,Mama Haya dan Papa Syarif juga berkumpul diruang tengah.
"Kak,selesai makan siang kita tes vocal lagi ya."ajak Didi.
"Ok,Pi.jawab Richi.
"Yang,tawaran untuk Iqbal apa masih berlaku?"tanya Didi kepada istrinya.
"Iya Mi,kasihan om Iqbal gak bisa pulang karena Papi gak mengijinkan."Richi berusaha membela.
"Boleh,Istrinya kerja apa tidak?"tanya Mami.
"Nanti kita tanya Iqbal langsung."jawab Didi.
Iqbal masuk kedalam rumah menyerahkan hasil kerjaanya,dia juga sudah menghubungi Gasa.
"Pergi sekarang dan besok pagi kembali lagi bawa istrimu sekalian."kata Didi.
"Gak mau."jawab Iqbal.
"Kenapa?tanya Lista.
"Gak mau kalau potong gaji."jawab Iqbal.
Lista menoleh kearah suaminya,wajah Didi tetap datar tidak ada ekspresi sama sekali.
"Pergilah,nanti aku yang bayar sama Didi."kata Lista sambil terus makan.
Didi menoleh kearah istrinya,sementara Lista juga menoleh kearahnya.
"Apa?"tanya Lista.
Didi tertawa melihat istrinya bertingkah lucu namun manis,pipinya sudah mulai chubby karena terlalu banyak makan.
"Kamu lucu sekarang."katanya.
"Sebentar lagi tambah lucu."kata Lista.
Papa dan Mama hanya geleng-geleng kepala mendengar anak dan menantunya berselisih pendapat.
Bagi Papa hal seperti ini bisa jadi hiburan karena bisa tertawa melihat keduannya berekspresi.
Setelah makan siang Iqbal pamit kepada Mama dan Papa karena harus pulang kerumah orang tuanya.
"Bos,sudah clear semua ya,tadi dia bilang ok setelah jam makan siang."kata Iqbal.
"Ok,makasih."jawab Didi.
"Dia siapa?"tanya Lista membereskan piring kotor.
Didi melirik kearah Papa dan Mama,mereka berdua hanya bisa saling pandang dan beranjak dari duduknya.
"Lis,Mama sama Papa mau kerumah Pak Ridwan siang ini."kata Papa.
"Kok mendadak sih Pa?"tanya Lista.
."Di, pesankan Taxi ya."pinta
Didi hanya mengangguk dan meraih ponselnya,
Ditekan beberapa angka untuk pemesanan.
"Sudah Pa."kata Didi.
"Papa sama Mama pergi dulu ya."pamit mereka.
Didi hanya menggelengkan kepala melihat tingkah mertuanya,seakan tidak ingin merusak suasana,Lista sendiri tidak tahu apa maksud Papa membawa Mama dengan buru-buru.
"Ada apa sih?"Kamu menyembunyikan sesuatu dariku?"tanya Lista.
Didi beberapa kali menggaruk kepalanya yang tidak gatal,mengusap mulut dan menelan ludahnya.
Ditahan nafas dan dikeluarkan lewat mulut.
"Tes vocal Richi masih kurang greget,makanya aku melibatkan....."Didi melihat kearah Richi.
"Siapa?"tanya Lista mengikuti pandangan kearah Richi.
Richi dan Eri menonton tv meski sebenarnya mereka asyik dengan kegiatannya sendiri.Richi yang masih sibuk mengotak-atik angka sementara Eri sibuk dengan buku cerita.
Lista mulai paham dengan arah pembicaraan suaminya,pelan-pelan berdiri bersiap meninggalkan mereka.Namun tangan Didi menahannya,dan membisikkan sesuatu ditelinganya.
"Hadapi saja jangan kabur,semakin kamu kabur Gasa akan semakin penasaran kepadamu."kata Didi.
"Aku takut."jawab Lista.
"Takut jatuh cinta lagi?"tanya dan goda Didi.
"Bercandamu gak lucu tahu."kata Lista ingin marah namum karena ada anak-anaknya maka ditahan.
Akhirnya dia merenung,dalam hatinya bertanya mengapa harus kabur sementara ini rumahnya.
Sedih dan kesal tetap akan kuhadapi.