Kisah cinta dua sejoli, yang kembali terjalin setelah beberapa tahun terpisah, kini diuji kembali. Sosok dari masa lalu yang mencoba menghancurkan hubungan mereka, hingga membuat keduanya berada dalam pilihan yang sulit, bahkan hampir meregang nyawa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SangMoon88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 21
Mendengar semua penuturan papi tadi, kini Alvian paham.
Ia pun lalu meminta Reza dan Anton untuk menjemputnya dan papi, karena Al merasa keadaan papi sedang terancam.
Bukan tidak mungkin bila Kak Andrew akan melukai papi jika papi masih berada dirumah ini, maka keputusannya sudah tepat untuk membawa papi ke apartemennya untuk sementara waktu.
Dirumah papi memang dijaga sangat ketat, namun jangan lupa Andrew pernah tinggal dirumah itu, bukan tidak mungkin jika ia mengenal betul seluk beluk disana.
Reza dan Anton sudah tiba, dan mereka berempat lalu keluar dari sana, dan menuju apartement Al. Awalnya papu menolak namun Al yang mewarisi sifat kerasnya mampu membuat papi menuruti keinginannya.
Pada saat tiba di apartemen dan hendak menuju unit milik Al, mereka berpapasan dengan Raisya yang baru juga tiba sepulang nongkrong dengan teman-temannya.
Al pamit kepada sang papi untuk berbicara sebentar dengan Raisya, papi mengangguk dan ia bersama Reza dan Anton pergi terlebih dulu ke unit apartemen miliknya.
Raisya yang melihat bos besarnya, kemudian memberi hormat dengan menundukan kepala sambil tersenyum, dan itupun dibalas oleh papi sebelum berlalu meninggalkan mereka.
Al dan Raisya kini sedang duduk disofa sambil menikmati secangkir cappuccino yang sudah dibuatkan Raisya. Al membuka pembicaraan, dan ia meminta Raisya untuk mendengarkannya dengan baik.
Raisya mengangguk, dan Al pun mulai menceritakan hal yang belum ia ceritakan kepada Raisya tentang kejadian kala itu.
Kini Raisya mengetahui siapa Tuan Muda yang pernah tidak ingin dibahas oleh Al, ternyata ia adalah Andrew, sang kakak angkat dari kekasihnya itu.
Keberadaan Andrew yang masih misteri membuat Al mengambil keputusan untuk melindungi papinya dengan cara mengungsikannya di apartement, karena dengan begitu Andrew tidak akan bisa melukai dang papi.
Mendengar cerita Al, Raisya sangat merasa bersalah kepadanya sebab ia sudah menuduhnya dan berlaku kurang baik kepada Al.
Raisya lantas memeluk kekasihnya itu, meminta maaf karena sudah berbuat kasar dan mengacuhkannya karena masalah ini.
Raisya pun bercerita kepada sang kekasih mengenai Pamela. Dan ia sedang mencari tau siapa pelakunya.
Kini Al pun paham alasannya mengapa Raisya berubah, ternyata mereka bermasalah dengan orang yang sama yaitu Andrew.
Kesalah pahaman antara Raisya dan Andrew sudah clear, hubungan mereka kini terjalin dengan harmonis lagi.
Al sepakat akan membantu Raisya menemukan Andrew, karena ia pun merasa was-was bila Andrew masih berkeliaran.
Selesai berbincang dan menghabiskan kopinya, Al pun pamit kepada Raisya, Raisya mengangguk dan mengantarnya sampai depan pintu, dan mengatakan bila esok pagi ia akan membuatkan sarapan untuk semuanya.
Al pun mengangguk, ia memeluk dan mencium kening Raisya sebelum pergi, dan Raisya pun mencium puncak tangan sang kekasih lalu melambaikan tangan.
...****************...
Al masuk kedalam kamarnya, dan dilihatnya sang papi sedang duduk di sofa kamarnya sambil termenung.
"Papi kenapa belum tidur?" tanya Al sambil duduk disampingnya.
"Papi belum ngantuk son!"
"Ada yang papi pikirkan?"
Papi hanya menggeleng, kemudian ia menatap Al.
"Maafkan papi son, gara-gara papi kamu jadi seperti ini, papi takut jika Andrew mengincarmu, kamu satu-satunya putra kesayangan papi son, dan papi tidak ingin kamu terluka!" ucap papi dengan lirih.
Al memeluk sang papi, sambil mengusap punggungnya Al mencoba menenangkan beliau.
"Al juga sayang sama papi, maafkan Al yang selama ini sudah salah paham dengan papi, Al benar-benar tidak tau jika selama ini apa yang paoi lakukan terhadap al dan adik kembar adalah demi keselamatan kami, papi mengorbankan diri papi agar kami bisa hidup lebih baik. Kini giliran Al yang menjaga papi, jadi papi jangan terlalu khawatir ya, Al sudah besar, lihat otot Al, sudah lebih kuat bukan?" ucap Al menggoda papinya dengan memperlihatkan ototnya.
"Kamu bisa saja son!" jawab papi sambil tertawa terbahak.
Baru kali ini lagi Al melihat papi tertawa lepas. Semenjak kejadian itu, papi begitu tertutup, bahkan mungkin selama itu juga papi tidak pernah tersenyum lagi.
Al bertekad dalam hatinya bahwa kini ia yang akan mengambil alih untuk melindungi keluarganya.
Al bercerita kepada papi tentang apa yang tadi Raisya ceritakan. Dan Al juga bercerita tentang hubungannya dengan Raisya.
Papi tersenyum bahagia mendengarnya, kini papi tau siapa Sya yang selalu diigaukan Al dalam tidurnya kala itu.
...****************...
Pagi pun tiba, Al dan Papi tidur satu ranjang, hal yang sudah lama sekali tidak mereka lakukan, bahkan kini hubungan papi dan anaknya itu begitu dekat dibanding saat Al masih kecil.
Al sungguh bahagia, kebahagiaan yang tidak pernah ia duga sebelumnya, bisa bersama gadis yang ia cintai selama ini, dan kini ia pun bisa memperbaiki hubungannya dengan sang papi.
Setelah selesai mandi, Al dan kedua temannya sudah bersiap diruang tengah, tinggal menunggu papi yang sedang berpakaian.
Lima menit kemudian papi keluar mengenakan pakaian yang lebih casual, Al dan kedua temannya tertegun, melihat papi yang terlihat bahagia sekali pagi itu.
Saat papi sudah berada dihadapan mereka, mereka masih terpana dengan papi, namun pandangan mereka buyar saat papi menjentikkan jari.
"Ayo son, katanya mau sarapan di tempat menantu papi, papi sudah lapar!" ucap papi sambil melangkah keluar.
Al, Reza dan Anton lalu mengikutinya dari belakang. Papi menekan bel pintu apartemen Raisya.
Kemudian Raisya membukanya, dan ia begitu terkejut saat membuka pintu ternyata bos besarnya yang pertama kali ia lihat.
Kanaya dan Areta pun sama terkejutnya, mereka lalu berjalan kedepan, membuat barisan lalu memberi hormat, dengan menundukan kepala sambil tersenyum.
"Boleh saya masuk?" tanya papi sambil tersenyum.
"Ah silahkan pak!" jawab Raisya kikuk.
"Jangan panggil pak, panggil papi saja, kamu adalah calon menantuku bukan?" tanya papi sambil masuk kedalam.
Raisya tidak menjawab, ia hanya mengangguk dengan wajah bingung. Kemudian disusup Al, Reza dan Anton masuk.
Raisya menggeser kursi agar papi bisa duduk.
"Silahkan pi." Ucap Raisya dengan lembut.
"Terima kasih Sya!" ucap papi menjawab.
Raisya, Kanaya dan Areta kembali ke dapur, dan menghidangkan sarapan untuk mereka semua. Lalu Raisya melayani papi bak seorang menantu kepada mertuanya.
"Silahkan pi, apa nasinya cukup?"
"Cukup, biar nanti papi nambah saja kalau kurang!"
Raisya kemudian mengalaskan lauknya sesuai permintaan papi.
Mereka makan bersama sambil terkadang diselingi obrolan ringan. Hari itu papi makan dengan lahap, bahkan ia sampai menambah porsi makannya.
"Siapa yang masak makanan ini?" tanya papi kepada para wanita.
Mereka saling pandang dan semua mata tertuju pada Raisya.
"Saya pi!" jawab Raisya terbata-bata.
"Kamu pintar memasak, sampai saya nambah lagi, biasanya saya makan tidak pernah banyak, apalagi sarapan, namun masakan kamu mengingatkan saya pada maminya Al. Dan itu membangkitkan nafsu makan saya lagi." jawab papi sambil menyuapkan makanannya.
"Terima kasih pi!" ucap Raisya yang malu-malu saat dipuji oleh papi.
Selesai makan mereka bersiap untuk pergi kerja, dengan kata lain papi akan tinggal sendiri di apartement, lalu Al menyarankan bagaimana jika papi Ikut saja, agar papi tidak jenuh.
Papi pun mengangguk, akhirnya mereka semua pergi bekerja menggunakan 3 mobil seperti biasa, dikarenakan Al masih belum bisa menyetir maka ia pun menggunakan supir keluarga.