Jianying adalah seorang permaisuri dari dinasti Han yang sangat dibenci oleh suaminya sendiri, yaitu Kaisar Han.
Semua itu karena Jianying adalah putri dari kaum kafir, kaum yang dari dulu selalu menentang kedaulatan Kerajaan.
Jianying yang cinta mati pada Kaisar melajukan segala cara untuk menarik perhatian Kaisar sampai harus berbuat hal kejam dengan mencelakai selir kesayangan Kaisar yaitu Limei.
Kaisar yang marah besar lantas menghukum mati Jianying dan seluruh keluarganya.
Tapi bagaimana jika Jianying yang telah di penggal kepalanya oleh Kaisar ternyata di beri kesempatan hidup ke dua?
Apa yang akan dilakukan oleh Jianying untuk merubah nasibnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pergilah!!
Ibu Suri tampak memejamkan matanya. Dia seperti sedang menenangkan dirinya yang sempat lepas kendali di hadapan Jian Ying.
"Dulu aku juga ada di dalam posisimu. Mencintai Kaisar dengan sepenuh hati namun tak pernah di lirik sedikitpun. Semua cinta dan kasih sayangnya hanya dia limpahkan pada Selir yang begitu ia cintai yaitu, Ibu dari Pangeran Chan Su" Ibu Suri menatap ke arah jendela. Menerawang jauh ke masa lalunya yang begitu mirip dengan Jian Ying.
"Segala bentuk cinta dan perhatian yang aku berikan tak pernah ada harganya di mata Kaisar karena kami menikah hanya demi kekuasaan. Bukankah itu semua mirip dengan dirimu?" Ibu Suri menatap Jian Ying yang masih tak menyangka kalau kisah cinta Ibu Suri begitu miris seperti dirinya.
"Tapi nyatanya Ibu Suri telah melahirkan Kaisar Shun Yuan. Itu tandanya Ibu Suri berhasil mendapatkan hati Kaisar Han bukan? Berarti kisah kita tak sama!!"
"Kau salah!" Bantah Ibu Suri.
"Sampai kematian menjemput Kaisar Han pun, di hatinya tidak pernah ada namaku. Kebencian Kaisar Han kepadaku justru semakin menjadi saat Selirnya meninggal. Kaisar Han benar-benar menutup harinya dan tidak pernah menikah dan mencari Selir lagi. Aku memiliki Shun Yuan juga karena aku yang nekat memberikan ramuan dari tabib pada Kaisar. Tapi untung saja Kaisar mau menerima dan menyayangi Shun Yuan sebagai putranya. Demi Shun Yuan pula aku masih bertahan di poisi ini walau hatiku terus saja tersakiti"
Baru kali ini Jian Ying melihat Ibu Suri menitikkan air mata di depannya.
"Maka dari itu aku begitu membencimu. Aku seolah-olah melihat diriku sendiri saat melihat betapa gilanya dirimu mengejar Shun Yuan. Aku benci ketika melihat Shun Yuan mengacuhkan mu. Aku sudah berkali-kali mengingatkan anak itu untuk menerimamu, tapi hatinya begitu keras seperti Ayahnya"
Ibu Suri sebenarnya tak ingin mengorek luka lamanya. Tapi melihat Jian Ying yang terus tersakiti tentu membuatnya begitu iba.
"Sebenarnya aku ingin kau pergi dari sini. Meninggalkan gelar yang akan menyiksamu seumur hidup. Kau masih muda dan belum memiliki keturunan yang akan membuat langkahmu semakin berat. Aku sudah merasakannya sendiri dan aku tidak mau kau merasakan penderitaan yang aku rasakan sampai saat ini. Hidup sendiri dengan gelar yang di impikan setiap orang namun hanya kehampaan yang menemaniku"
Ibu Suri menatap Jian Ying dengan linangan air matanya. Wanita di depannya itu benar-benar seperti dirinya tiga puluh tahun yang lalu.
"A-Ying"
Jian Ying terkejut saat Ibu Suri menyentuh tangannya yang berada di atas meja.
"Aku senang karena akhir-akhir ini kau berubah. Aku senang dengan ketegasan sikapmu. Itu tandanya kau mulai sadar kalau apa yang kau lakukan selama ini sia-sia"
"Ibu Suri ak.."
"Jujur aku menyukaimu menjadi menantuku karena cintamu yang begitu besar untuk putraku. Tapi aku lebih suka kalau kau pergi meninggalkan putraku yang tak tau diri itu. Hiduplah bahagia di luar sana. Kau gadis yang cantik, pasti kau bisa menemukan pria yang jauh lebih baik daripada putraku"
Tes...
Setitik air mata milik Jian Ying turun membasahi pipinya. Dia begitu terenyuh mendengar isi hati Ibu Suri selama ini.
Sikap dinginnya dan kebenciannya yang selama ini di tunjukkan dengan begitu terang-terangan ternyata hanyalah topeng belaka.
Ternyata benar dugaan Jian Ying kalau sebenarnya Ibu Suri sering mengkhawatirkannya meski selalu menasehati Jian Ying dengan kata-kata pedasnya.
Tapi, Jian Ying begitu kagum dengan Ibu Suri yang selama puluhan tahun tetap bertahan dengan rasa sakitnya. Jian Ying yakin meski Ayah mertuanya telah meninggal dunia, Ibu Suri pasti masih menyimpan rasa sakit hatinya. Air mata Ibu Suri yang saat ini masih mengalir itulah yang menjadi buktinya.
Sebagai wanita yang sama-sama merasakan cintanya tak di anggap, tentu Jian Ying tau bagaimana rasa sakitnya perasaan Ibu Suri sampai saat ini.
"Aku tidak tau apa yang membuat sikapmu berubah setelah kau sadarkan diri apalagi tatapan penuh kebencian dari matamu itu. Tapi aku yakin, jauh di dalam lubuk hatimu yang paling dalam, kau masih mencintai Putraku"
"Aku tidak menc.."
"Jangan menampik perasaanmu di depanku karena aku tidak akan percaya!!" Sanggah Ibu suri dengan cepat sebelum Jian Ying menyelesaikan ucapannya.
"Tapi itu memang langkah yang paling benar untuk mulai melupakan perasaanmu. Bencilah dia sampai tak ada rasa cinta lagi yang tersisa si hatimu. Buang perasaan mu itu jauh-jauh sebelum perasaan itu yang akan membunuhmu!!" Mata Ibu Suri yang tadinya memancarkan kepedihan yang mendalam kini berubah menjadi tajam seolah dirinya yang berada di posisi Jian Ying saat ini.
"Pergilah, aku akan membantumu lepas darinya!" Pinta Ibu Suri dengan lemah lembut.
"Aku memang ingin pergi darinya Ibu. Tapi tidak semudah itu, aku harus membebaskan kedua orang tuaku dan juga Kakakku. Seandainya mereka tidak ada di dalam penjara saat ini, aku pasti sudah pergi sejak pertama aku sadar waktu itu"
Bahu Jian Ying bergetar dengan hebat meski dia terus berusaha menahan agar suara tangisannya tidak keluar sedikitpun.
Untuk pertama kalinya dia menangis di hadapan orang lain. Untuk pertama kalinya juga ada yang bisa mengerti perasaannya meski tak pernah ia sangka orang itu adalah Ibu Suri, wanita yang dari dulu terlihat membencinya.
"Aku sedang berusaha untuk mencari orang yang memfitnah keluargaku agar aku bisa membebaskan mereka. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa, aku hanya seorang diri di sini Ibu. Aku tidak bisa meminta bantuan siapapun, tidak ada yang bisa aku percaya. Bahkan begitu banyak orang yang ingin menjatuhkan ku. Mungkin jika tidak ada orang tuaku, lebih baik aku mati" Jian Ying memukul dadanya yang terasa begitu sesak meski rasa berat yang selama ini ia pendam sendirian mulai memudar karena dia bisa membaginya dengan Ibu Suri.
Grep....
"Tenanglah putriku, aku akan membantumu untuk membebaskan Orang tuamu. Maafkan Ibu yang selama ini justru mengabaikan mu" Ibu Suri ikut merasa sakit melihat Jian Ying yang sejak tadi berusaha menahan tangisannya.
Dia tah betapa sakitnya hati Jian Ying saat ini. Dia sungguh menyesal karena tidak membantu menantunya itu dari dulu.
"Hiks...hiks..."
Pelukan dan juga usapan halus di punggung Jian Ying justru membuat tangisan Jian Ying pecah. Dia bisa merasakan hangatnya pelukan dan juga kata-kata yang terdengar begitu tulus dari Ibu Suri.
Hingga perlahan tangan Jian Ying bergerak naik untuk membalas pelukan dari Ibu Surinya itu. Tangisnya pun benar-benar tumpah dalam pelukan mereka untuk yang pertama kalinya itu.
terimakasih atas karya nya kak, terimakasih jg sdh buat aq tertarik baca kisah seperti ini karena jujur ini pertama kali nya aq baca novel dgn alur cerita kerajaan 🥰🥰🥰
ganteng bgtttt. lebih cocok d gombalin sih ini thorrr🤣🤣🤣😅😅😅
a Ying biadab