Pernikahan yang bermula dari sebuah perjodohan , Membuat Amira berpikir akan menjadi sebuah pernikahan yang langgeng...Karena dari pihak Amira maupun pihak Reza sama sama sepakat dan menyetujui akan perjodohan ini..
Namun siapa sangka pernikahan yang sudah berjalan tiga tahun akhirnya di terpa badai , dengan hadirnya orang ketiga...yang menjadikan pernikahan Amira menjadi neraka untuk dirinya sendiri.
Bagaimanakah Amira bisa menghadapi sebuah pernikahan yang bagaikan neraka dalam hidupnya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wildat Dzi Wildat Dzi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
N P
sudah dua hari Amira di rawat dan sudah di perbolehkan pulang hari ini. Dina bersama suaminya setiap hari menjenguk Amira membawakan makanan dan cemilan.
Dan Alhamdulillah pula, suami Rani sekarang bekerja di kabupaten kota tepatnya di kantor Rendra. Walaupun hanya sebagai tukang bersih bersih. Namun, Alhamdulillah gajinya lumayan besar dari pada harus bekerja serabutan di desa.
Semua persiapan untuk pulang sudah di kemas oleh Rani. Dirinya masih berjalan mondar mandir memastikan tidak ada barang yang ketinggalan.
"Sabun pun mau kamu bawa pulang Ran?" tanya Amira heran.
"Iya lah Mir! Kan sayang kalau beli. harganya pasti mahal sabun cair seperti ini!" jawab Rani sambil mengangkat sabun yang sudah di talinya menggunakan karet gelang.
Amira tersenyum hangat. Di tangannya sudah terlepas selang infusnya. Hanya saja dirinya tidak di perbolehkan membantu sama sekali oleh Rani.
Di parkiran puskesmas, Arga sudah turun dari mobilnya. Hari ini dirinya yang di suruh oleh Dina untuk menjemput Amira untuk di antarkan pulang.
"Assalamualaikum" ucapnya sewaktu sampai di pintu masuk ruang rawat Amira.
"Waalaikumsalam" Rani dan Amira menjawab salam Arga bersamaan.
Arga melirik barang barang yang sudah di kemas rapi itu.
"Ini sudah semua barangnya?" tanyanya.
"Iya mas, itu barangnya" jawab Rani.
Tanpa berkata lagi Arga segera mengangkut semua barang Itu dan langsung di Masukkan ke bagasi mobilnya.
Rani dan Amira yang mengikuti langkah Arga dari belakang segera masuk ke dalam mobil setelah di persilahkan oleh Arga.
Di perjalanan Arga sesekali melirik Amira dari kaca spion tengah. Terlihat Amira termenung dengan pandangan kosong.
Setelah sampai di halaman rumah Rani. Arga segera turun dan menuju ke bagasi belakang untuk menurunkan barang barang Amira lalu dia masukkan ke dalam rumah Rani setelah Rani membuka pintu rumah depan.
Rani beserta Amira mengucapkan terima kasih kepada Arga. Yang hanya di jawab dengan anggukan kepala olehnya.
Memang begitu perangai Arga dia sangat irit bicara. Namun, Arga sangat di segani karena tegas, cerdas, juga bijaksana. Semua yang di lakukannya memang sudah di perhitungkan terlebih dahulu.
***
"Sayang...kamu nggak capek apa dari tadi mondar mandir terus!" manja Genata. Yang jengah melihat Reza terus mondar mandir tiada habisnya.
"Diam lah Gen! Kamu tidak tau apa kalau aku ini lagi pusing!" bentak Reza.
Genata hanya merengut sambil memajukan bibirnya kesal karena di bentak oleh Reza.
"Ini semua gara gara Amira sialan itu!" gerutunya dalam hati.
Reza kali ini memang ada di rumahnya sendiri. Dia sudah tau kabar tentang Amira. Namun, dia tidak menyangka kalau Amira bisa sampai memanggil warga serta pak RT. Biasanya juga kalau mereka bertengkar dan Reza melakukan kekerasan fisik. Amira pasti hanya akan menangis tanpa memberitahukan kepada siapapun. Tapi, apa ini! Amira sudah mulai ember!.
Pintu depan di ketuk. Reza segera melihat dari balik gorden dan dirinya menghela nafas kasar. Melihat kedua orang tuanya datang ke rumah.
Di bukannya pintu depan yang sedari tadi di gedor gedor oleh ibunya yang bak orang kesurupan.
Ceklek...
"Mana perempuan gatal itu?" ibu Sulastri langsung menerobos anaknya dia benar benar marah mengetahui berita dari warga kalau menantunya babak belur di pukuli oleh Reza dan Reza meninggalkan Amira seorang diri lalu pergi bersama perempuan lain. dia akan buat perhitungan kepada anaknya itu. Tapi kali ini dia harus membasmi dulu racun sianida satu ini.
"oh...di sini rupanya kamu gundik!" hardik Ibu Sulastri.
Genata yang hampir tertidur di sofa ruang tengah itu pun terkejut menerima jambakan dari ibu Sulastri.
Jambakannya tidak main main. Kepalanya terasa sakit, merasa tidak terima di perlakukan sedemikian rupa. belum mengucapkan serapahnya ibu Sulastri sudah di tinju perutnya terlebih dahulu oleh Genata.
Ibu sulastri menjerit karena jatuh ke lantai oleh tinjuan itu. Namun, dia juga memang mendramatisir keadaan seolah olah dirinya yang paling tersakiti.
"Reza...Perempuan gundikmu ini memukul perut ibu" teriak ibu Sulastri sembari mengeluarkan air mata buayanya.
Reza yang mendengar teriakan ibunya segera menghampiri ke ruang tengah. pipinya pun agak merah karena sang bapak sudah menamparnya dua kali. Sungguh sial!.
"Kenapa bu?" tanya Reza yang terkejut melihat ibunya terduduk di lantai sambil menangis.
"Gundik kamu ini Reza...dia meninju perut ibu hu...hu..." Jawab ibu Sulastri di lebih lebihkan.
Genata menggelengkan kepalanya cepat. Padahal, dirinya tadi hanya mendorong perut ibu Sulastri itupun tak kan sesakit itu lho! Sepertinya dirinya mendapat lawan yang salah sekarang. Ibu Sulastri sangat pintar memanipulasi keadaan. Padahal kan tadi dirinya yang di jambak sedemikian rupa!.
"Nggak mas. Nggak...tadi ibu kamu duluan yang menjambak rambut aku! Aku hanya membela diri dengan mendorong perutnya itupun tidak sesakit itu lho mas!" ucap Genata membela diri.
"Kamu lebih percaya dengan siapa Za! Ibu padahal belum menjambak rambutnya tapi dia dulu yang sudah mengambil ancang-ancang untuk menyerang ibu!" melas ibu Sulastri dengan air mata yang semakin deras saja.
"Pergi kamu dari sini!" usir Reza.
Genata menggeleng, dia tidak terima di perlakukan seperti ini. Dia hanya membela diri lho! Lalu, kenapa sekarang dia yang seolah olah menjadi tersangka penganiayaan.
"Kamu dengar kan gatal! Pergi dari sini!" ucap ibu Sulastri berteriak. Seolah olah dirinya sangat tersiksa dengan keberadaan Genata.
Genata yang merasa di pojok kan segera berlalu dari rumah itu. Apalagi, bapak Hardi juga sama ikut ikut memojokkannya dengan dalil membela istrinya. Keparat semua!.
Setelah kepergian Genata. Ibu Sulastri melihat ke arah putranya itu.
PLAK
PLAK
Dua kali tamparan Reza terima dari ibunya. Genap sudah tamparan yang Reza terima kali ini, dari ibu beserta bapaknya dengan masing masing dua kali tamparan.
Ibu Sulastri sangat kesal dengan anaknya ini.bisa bisanya dia melakukan KDRT kepada istrinya sendiri. Sifat dari mana itu? Padahal ibu Sulastri mendidik Reza untuk menjadi pribadi yang santun dan penyayang. Tapi, apa ini! Huh...!
Dan lagi, bukannya tidak ingin dirinya menjenguk Amira. Hanya saja, dirinya begitu malu dan tidak tega kalau harus melihat luka Amira yang di sebabkan oleh anaknya sendiri.
"Ibu kecewa dengan kamu Reza!" kecam bu Sulastri.
"Bisa bisanya kamu setega itu kepada Amira! Apakah itu yang ibu dan bapak ajarkan selama ini Hah! Ibu selalu mengajarkan padamu untuk memuliakan istrimu dan kamu pasti akan di hormati olehnya. Tapi apa sekarang Za? Kamu seperti bukan putra ibu!" tangis ibu sulastri pecah.
Kali ini tidak seperti sewaktu ada Genata. Tangis ibu Sulastri sangat lirih namun dalam. Kekecewaan tampak di kedua pelupuk matanya.
Reza diam seribu bahasa. Dirinya sudah tidak bisa berkata apapun jika di depan bapaknya.
"Sewaktu ibu mengetahui langsung kamu menggandeng mesra perempuan lain. Dari situ perasaan ibu selalu tidak tenang! Ibu selalu takut kamu tidak bisa memutuskan hubungan terlarang itu!" ibu Sulastri menghela nafas dalam.
"Dan ternyata perasaan ibu benar! Kamu lebih memilih gundik kamu itu dari pada istri kamu sendiri! Kamu menyiksa istri kamu sendiri dan keluar dengan perempuan lain yang bukan pasangan halal kamu! Keterlaluan kamu Reza!" marah ibu Sulastri.
Reza menunduk dalam. Dia bukannya menyesal karena sudah menyakiti Amira. tetapi, dia kesal Karena tidak bisa membela diri di karenakan adanya bapaknya di sampingnya. Ya, dari kecil Reza memang sebegitu takut kepada bapaknya.
Huh...! Reza menghela nafas pelan.
Jangan lupa like dan komen ya sahabat semua...🤗🤗