My Princess

Malik melihat jam di pergelangan tangannya. Sudah lewat lima belas menit tapi gadis yang akan dijodohkan dengannya belum juga datang.

Malik tetap tenang sambil menyesapbl kopinya. Dia menyibukkan lagi dengan macbooknya.

Kencan buta sekalian kerja. Jadi mami dan daddynya ngga akan menyalahkannya kalo kencan pertama ini gagal, batinnya santai.

"Maaf, saya terlalu terlambat, ya?"

Malik mengangkat wajahnya dari macbooknya.

"Lumayan," jawabnya apa adanya. Kemudian.menunduk lagi untuk menutup layar macbooknya karena yang dia tunggu sudah datang.

Gadis itu tampak canggung mendapat jawaban Malik, segera duduk di depan laki laki yang dia akui sangat tampan dan berwibawa.

Untung seorang pelayan mendekat, hingga dia bisa mengurangi kegugupannya dengan memesan minuman dan cake.

"Anda mau makan.apa?" tanyanya menawarkan.

"No, thank's."

Gadis itu tampak makin canggung ketika bersitatap dengan mata elang Malik.

Setelah pelayan pergi, dia mencoba membuka obrolan

"Nama saya Dita Alisha. Kamu bisa manggil saya Dita," ucapnya mengenalkan diri. Jantungnya berdegup cepat sekali menambah kegugupannya .

Dia sudah sering melihat wajah berkharisma Malik di layar tv atau pun di medsos.

Laki laki ini lumayan terkenal walau dia bukan selebgram.

Kalangan bisnis bahkan enterteinment sering meng¹upload berita tentang kesuksesan dan ketampanannya.

Mana belum punya pacar lagi.

Jadi saat papinya mengatakan akan mempertemukannya dengan laki laki ini, Dita sangat shock saking senangnya.

Sayangnya dia harus telat gara gara gugup hingga terkena macet karena berangkat di waktu mepet.

Malik hanya tersenyum tipis.

Sudah tau, batinnya.

"Emmm.... Apakah saya bisa memanggil anda Malik? Saya minta maaf karena sudah membuat anda menunggu. Tadi saya terlalu gugup karena orang yang akan saya temui adalah anda," ucap Dita Alisha tanpa titik koma.

Teman teman segrupnya semuanya sudah heboh mendengar dia akan berkencan dengan pewaris super kaya raya. Putra tunggal lagi. Laki laki yang mereka impi impikan.

Malik hanya tersenyum tipis saat mendengarkan ucapannya.

"Saya bekerja di perusahaan papi, sebagai direktur keuangan. Kata papi, anda CEO?"

"Begitulah."

"Pasti sangat sibuk, ya." Dita berusaha mengeluarkan semua pesonanya.

Sekarang saja dia sudah mengenakan pakaian dari desainer terbaik dan makeupnya diurus oleh MUA yang sudah sangat terkenal.

"Ya."

Pesanan Dita datang.

Hening.

Dita mulai meminum jusnya sambil memperhatikan Malik yang tampak elegan menyesap kopinya.

Maumya dia video-in dan memamerkannya di grup. Teman temannya pasti akan histeris.Tapi sayangnya ngga bisa.

Mereka masih ngga bicara dan Dita menikmati cakenya untuk menenangkan dirinya.

Rasanya kurang nyaman dan ngga nyambung, karena laki laki ini hanya menjawab perkataannya dengan kata kata yang sangat pendek.

Tapi demi apa pun Dita ngga akan menampik kalo nanti dijodohkan dengan Malik.

Malik melihat jam di pergelangan tangannya.

Rasanya sudah cukup.pertemuan ini, batinnya.

"Aku harus pergi ke suatu tempat. Maaf terpaksa meninggalkanmu," ucap Malik sambil berdiri.

Dia.akan ke rumah oma opa Liliana. Sekarang jenazah kedua kakek nenek itu pasti sudah ada di sana.

"Oh iya, ngga apa apa." Dita ikut berdiri.

"Habiskan saja makanannya." Setelah mengatakan itu, Malik melangkah pergi tanpa menunggu jawaban dari gadis yang dijodohkan dengannya itu

"Baiklah." Walaupun tau Malik tidak akan menggubris jawabannya.

Dita menatap punggung Malik yang sudah menjauh.

Aku akan buat kamu jatuh cinta denganku, tekatnya membatin. Antara gemas juga kesal.

*

*

*

Cassie sudah tiba di unit apartemennya. Pengawalnya sudah pamit pulang.

Setelah yakin pengawalnya benar benar tidak berada di sekitarnya, Cassie nekat memesan taksi online yang sudah dia instal aplikasinya di ponselnya.

Dia pun sudah mencari kediaman oma opanya di internet.

Hatinya ngga akan tenang. Dia harus tau dimana oma.opanya akan dikuburkan. Mungkin nantinya dia akan tau dimana kuburan kedua orang tuanya berada.

Untunglah taksi onlinenya segera datang.

Jantungnya berdebar keras, karena takut ketemu orang orang yang sedang memburunya

Tapi keinginan kuat untuk menggali siapa dirinya sulit untuk diredam.

Dua jam lamanya, akhirnya taksi online ya memasuki area komplek perumahan mewah.

Mungkin karena ini keadaan khusus, satpam penjaga gerbang mengijinkan saja mobilnya untuk masuk.

"Di sini saja, pak," pintanya ketika melihat banyaknya mobil mewah yang parkir.

"Yes, miss."

Mungkin karena wajahnya yang bule, supir taksi itu menjawabnya dalam bahasa Inggris.

Cassie menunggu di dalam mobil sampai ngga lama kemudian iring iringan mobil jenazah dan mobil mobil yang tadinya terpakir melewati mobilnya

"Ikuti ya, pak," pintanya lagi.

"Miss, I can't," tolaknya dengan rasa ngga enak.

"Saya akan bayar lebih."

"Oke." Supir itu pun mematikan aplikasinya.

Perasaan Cassie hancur lebur.

Opa omanya meninggal di depan matanya.

Dia ngga tau apa yang harus dia lakukan di negeri yang asing baginya. Juga ingatannya yang belum kembali.

Iring iringan itu berhenti di sebuah pekuburan mewah yang sangat luas

Air mata Cassie mengalir ketika melihat dua buah mobil jenazah yang masuk ke dalam area pekuburan itu.

"Sebentar, ya, pak." Cassie ngga bisa nenahan gejolak perasaannya lagi untuk melihat proses pemakaman opa dan oma secara langsung.

Lagi pula dia bisa berbaur.

Cassie mengenakan scraftnya untuk menutupi rambutnya. Kemudian melangkah cepat ke arah rombongan orang orang yang berjalan memazuki area itu.

Cassie berhasil.mendekat, hingga dia bisa melihat saat opa dan omanya dimakamkan.

Setetes air mata bergulir, tapi Cassie berusaha keras menahan borongan air mata yang lain.

Tanpa dia sadari, gerak geriknya diperhatikan Malik yang sudah berada di sana

Gadis di stasiun, kan? Kenapa dia ada di sini?

Malik masih sesekali mengawasinya, sambil tetap fokus pada pemakaman oma opa Liliana.

Sekarang kalian semua sudah berkumpul, batin Malik getir.

Dia sudah meminta om Devin untuk membantunya menyelidiki siapa gadis yang ditemui opa.dan oma sebelum mereka kecelakaan.dan pergi untuk selama lamanya.

"Kenapa, Malik?" Begitu respon Om Devin.

Malik sempat terdiam.

"Om, bisa, kan, rahasiakan dari daddy?" tanyanya setelah cukup.lama terdiam. Ucapannya juga bukan jawaban atas pertanyaan omnya.

Lama.Om Devin ngga menjawab.

"Oke."

"Thank's, om."

Sekarang anehnya dia malah penasaran dengan gadis yang dia temui di stasiun.

Lebih aneh lagi kenapa gadis itu ada di sini?

*

*

*

Setelah proses pembacaan do'a selesai, Cassie bergegas pergi sebelum ada yang menyadari kehadirannya.

Untunglah tamu tamu yang dia ikuti tadi tidak bertanya apa apa padanya.

Opa, oma, nanti aku akan datang ke sini lagi, pamitnya sedih dalam hati.

Malik yang menyadari kepergiannya bergegas menyusul.

Hatinya penasaran sekali.

"Kamu kenal opa dan oma yang dikubur itu?"

Tangan Cassie yang sedang membuka pintu jadi terhenti gerakannya.

Dia ketahuan?

Cassie berusaha menenangkan jantungnya yang mau meloncat dari dalam dadanya.

Dia membalikkan tubuhnya.

Malik?

Aliran darah Cassie semakin deras dan ketakutan besar mulai menyusup di dalam pikirannya.

Dia takut akan dino dai dan ditembak lagi oleh Malik.