Gagal menikah dengan calon tunangannya tidak membuatnya putus asa dan tetap kuat menghadapi kenyataan.
Kegagalan pertunangannya disebabkan karena calon suaminya ternyata hanya memanfaatkan kebaikannya dan menganggap Erina sebagai wanita perawan tua yang tidak mungkin bisa hamil.
Tetapi suatu kejadian tak terduga membuatnya harus menikahi pemuda yang berusia 19 tahun.
Akankah Erina mampu hidup bahagia dengan pria yang lebih muda darinya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 35
Semua orang mengarahkan sorotan kameranya ke arah orang yang baru saja muncul dengan memakai pakaian yang cukup rapi.
Ada rasa sedih dan juga bahagia setelah mengetahui Dhanis tidak mengkhianati kepercayaannya selama ini karena tidak pernah menggauli istrinya yang dijodohkan dengannya.
Esra tidak menduga jika Dhaniswara datang ke sekolah tempat ia mengajar, dia pun tidak mengetahui jika mantan kekasihnya itu sudah menggugat cerai istrinya.
“Abang Dhanis,” cicitnya Esra.
Dhanis melirik sekilas ke arah Esra sambil tersenyum simpul sebelum memberondong mantan istrinya.
“Hentikan kegilaanmu! Kamu sudah tidak waras ha!? Mempermalukan dirimu sendiri di depan orang banyak!?” bentak pria yang tidak lain adalah Dhanis mantan suaminya Indira.
Indira menatap intens pria yang sudah berstatus sebagai mantan suaminya itu.
“Kita sudah bercerai jadi kamu tidak punya hak untuk mengatur dan mengurus apa saja yang aku lakukan! Jangan sekali-kali melibatkan orang lain dalam kegagalan rumah tangga kita! Karena aku yakin kamu pasti sudah paham benar bagaimana rumah tangga kita jalani kisah yang sesungguhnya!” Jelas Dhanis.
“Tapi, Mas Dhanis. Aku sangat mencintaimu, kenapa kamu malah memilih perempuan miskin dan kampungan itu?” Indira menunjuk ke arah Esra yang santai saja sedikitpun tak terprovokasi oleh ucapannya Indira.
Dhanis dan kedua orang tuanya tidak mengetahui latarbelakang Esra selama ini, karna Esra selalu tampil sederhana meskipun tetap modis. Ia juga tidak pernah mengatakan kepada siapapun siapa kedua orang tuanya.
Kedua orang tuanya Dhaniswara menganggap Esra hanya perempuan biasa dan hidup secara sederhana dari kalangan rakyat biasa pula, makanya mereka lebih memilih Indira yang anak seorang pejabat daerah dibandingkan dengan Esra yang katanya tidak selevel dengan keluarga besarnya.
“Tolong siapapun yang mengambil gambar dan video dari insiden ini cepat dihapus sebelum saya meminta pertanggungjawaban kepada kalian semua!” ancamnya Esra yang menatap tajam ke semua orang.
Guru-guru, pegawai dan murid-murid yang ada langsung ketakutan dan menghapus semua video yang mereka unggah. Meskipun sudah banyak orang yang melihatnya termasuk Erina, Arshaka dan beberapa anggota keluarganya. Tetapi, Esra tidak menghiraukannya setidaknya sudah dihapus.
“Aku tidak pernah memandang status sosial seseorang. Kamu perlu ketahui kalau dia adalah satu-satunya wanita yang aku cintai dan sayangi sedari kami masih sekolah. Aku sudah mencintainya lebih dari sepuluh tahun yang lalu sampai detik ini. Jadi jangan pernah menganggap kalau gara-gara Esra kita bercerai!” Tegas Dhaniswara.
“Kamulah orang ketiga yang merusak kebahagiaan dan hubungan kami! Kau yang memaksa kedua orang tuaku untuk melamarmu! Semoga kamu tidak melupakan apa yang telah Kamu perbuat!” sarkas Dhanis.
“Maaf, sebaiknya urusan rumah tangga Abang selesaikan di rumah atau di tempat lain jangan di sini! Saya tidak ingin gara-gara tingkah childishnya mantan istrinya Abang suasana di lingkungan pendidikan kami jadi terganggu!”
Esra segera meninggalkan area parkiran dan tidak peduli lagi dengan Indira. Untungnya dia datang ke sekolah setengah jam sebelum jam pelajaran di kelasnya dimulai.
Dia tidak peduli dengan penampilannya saat ini karena dia tidak ingin memperpanjang masalah yang sudah semakin parah.
Dhanis menahan Esra agar tidak pergi dari sana dengan mencekal pergelangan tangannya perempuan cantik berusia 26 tahun itu.
“Jangan pergi! Abang ingin menyampaikan sesuatu padamu! Ini sangat penting” tegasnya Dhanis yang memohon.
“Abang, ini wilayah sekolah enggak enak diperhatikan oleh orang banyak,” lirih Esra.
Dhanis masih memegangi tangannya Esra sambil merogoh celana bahan drillnya. Ia gegas mengambil sebuah kotak perhiasan kecil kemudian membukanya.
Dhanis berlutut di hadapan Esra, “Esra Adinda Nurul, hari ini di depan semua orang Abang ingin melamar kamu menjadi istriku sekaligus pendamping hidupku dan calon dari ibu anak-anak kita.”
Esra terbelalak mendengar perkataan dan melihat apa yang dilakukan oleh pria yang menjadi cinta pertamanya hingga detik ini.
Indira melotot melihat aksi nekat mantan suaminya itu yang tanpa ragu melamar perempuan lain di hadapannya.
“Mas Dhanis, apa yang kamu perbuat!?” tanyanya Indira dengan meninggikan volume suaranya itu.
Dhanis tanpa menoleh ke arah Indira,” aku melamar kekasihku wanita yang sangat aku cintai dan aku tidak ingin berpisah lagi dengannya. Kamu tidak punya hak dan tidak berhak untuk mengetahui apapun yang aku lakukan!”
Semua orang kembali diam-diam merekam moment sakral dan penting dari salah satu guru favorit mereka.
“Jawab Yes dong Bu guru Esra,”
“Kalau aku di posisinya Bu guru Esra pasti langsung setuju gak perlu banyak drama dan langsung ngomong kapan kita nikah Abang,” celetuk rekan kerjanya Esra.
“Jangan lama-lama jawabnya ibu guru cantik,” ujarnya salah satu wali siswanya yang hadir di tengah-tengah mereka.
Dhanis menatap intens ke arah Esra dengan penuh harap,” please! Terima lamaranku dek. Aku gak mau berpisah lagi denganmu. Aku gak sanggup hidup tanpamu.”
Esra menghela nafasnya dengan perlahan sebelum menjawab pertanyaan sekaligus permintaan dari pria yang dicintainya itu yang pernah menorehkan luka di hatinya.
“Terima kasih untuk selalu hadir dan menemani di saat-saat masa sulitku. Maaf jika Aku masih memiliki banyak kekurangan, tetapi Aku percaya bahwa kamu satu-satunya wanita yang terhebat.” ujarnya Dhanis penuh kesungguhan.
Esra specklees terkejut melihat kenekatan pria berusia 31 tahun itu yang menjadi seniornya ketika masih duduk di bangku SMA.
“Ada satu hal yang sudah lama ingin Aku katakan padamu. Terima kasih karena masih mencintaiku bahkan ketika aku dijodohkan dengan perempuan lain,” imbuhnya Dhanis yang masih setia berlutut.
“Hemp! Ibu Esra kasihan dia kalau kamu tidak bilang setuju. Terima saja lamaran keponakanku ini,” seru Pak Ghani Kepala Sekolah SMA negeri tersebut.
Esra kaget mendengar ucapan dari pak Ghani,” apa jadi Bapak adalah Om nya Abang Dhanis?”
Pak Ghani tersenyum,” bukan saatnya mempertanyakan masalah itu tapi yang terpenting kamu jawab setuju menikah dengan keponakannya bapak,”
“Bismillahirrahmanirrahim saya setuju menjadi pendamping hidupnya Abang Dhaniswara Bagas Pratama,” ucap Esra dengan yakin.
Semua orang bersorak gembira karena akhirnya Esra menyetujui menikah dengan Dhanis dalam acara lamaran dadakannya.
“Alhamdulillah, Yes!” Dhanis malah melompat-lompat saking bahagianya.
Esra geleng kepala sambil tersipu malu-malu karena banyak sekali orang yang menjadi saksi kejadian yang tak terduga itu.
Dhanis membuka kotak perhiasannya kemudian menyematkan cincin ke jarinya Esra.
Sedangkan di tempat lain…
Elma berjalan terburu-buru ke arah kampusnya meksipun kondisi kesehatannya akhir-akhir ini menurun dia tidak peduli yang paling penting hari ini skripsinya bisa disetor tepat waktu.
“Ya Allah kenapa kepalaku semakin pusing, apa yang terjadi sebenarnya padaku?” gumamnya yang terheran-heran dengan kondisi tubuhnya sendiri.
Elma terus melangkahkan kakinya menuju ke ruangan administrasi, Elma bersyukur karena dia tidak perlu berlama-lama antri untuk menunggu skripsinya di setor.
“Alhamdulillah sudah beres, bisa ujian hari jumat lusa,” gumamnya Elma setelah mendapatkan registrasi pendaftaran dan penyetoran judul skripsinya.
Elma berjalan sedikit lunglai ke arah parkiran, dia ingin ke rumah sakit memeriksakan kondisi kesehatannya dan bertanya kepada temannya.
“Apa jangan-jangan dokter yang memberikan imun kekebalan tubuh kepadaku malah salah kasih obat lagi,” duganya.
Elma ingin memastikan apa dokter yang menjadi rekan dari temannya itu tidak salah meresepkan obat khusus untuknya.
“Ya Allah, kenapa kepalaku semakin pening dan nyut-nyutan,” cicitnya sambil memijit pelipisnya.
Elma berjalan ke arah parkiran mobil tapi, belum sempat membuka pintu mobilnya malah ada seorang pria yang menabraknya.
Bruk!
“Maafkan saya Pak, saya tidak sengaja,” ucapnya Elma sambil menunduk.
“Tidak apa-apa,” ucap datar pria itu.
Asistennya memindai penampilan Elma dengan seksama, hingga kedua bola matanya melebar memperhatikan perempuan muda yang ada di depannya.
”OMG! Bukannya dia perempuan yang dua bulan lalu yang disuntikkan milik Dokter Ebra?” batinnya.
Elma hanya tersenyum tipis melihat ke arah pria yang berdiri di samping pria yang menabraknya kemudian masuk ke dalam mobilnya.
“Dokter Ebrahim, setelah seminar yang baru Anda ikuti selanjutnya, Anda harus menghadiri rapat penting di rumah sakit,” jelas pria itu yang menjelaskan agenda kegiatan dokter muda yang berbakat itu.
Elma kemudian masuk ke dalam mobilnya, dia mencari obat yang bisa dipakainya untuk meredam kondisinya. Hanya minyak kayu putih aroma terapi yang digosok di pelipisnya. Elma melajukan mobilnya begitu pula dengan mobil pria yang menabrak Elma.
Tangannya gemetaran mengemudikan mobilnya, pandangannya mulai mengabur kepalanya semakin pusing. Dia kesulitan mengendalikan laju mobilnya.
Brak!!
“Astaghfirullah aladzim,” ucap supir yang tanpa sengaja menabrak mobil berwarna merah yang ada di depannya.
Cit! Suara decitan ban mobil terdengar cukup nyaring di pagi hari menjelang siang itu.
Janganlah berbuat kejam pada Elma pak dokter karna naluri seorang ibu itu biar apapun yg terjadi akan selalu melindungi anaknya dari marabahaya..
Kamu ga tau hal apa aja yg menimpa Elma semasa mengandungkan putramu.. Ùh sesak dadaku author.. 😭😭😭😭😭
Sabarlah pak dokter..