(Tahap Revisi)
Hani tidak punya pilihan lain selain menerima tawaran pekerjaan dari sahabatnya, yakni menjadi pelayan di sebuah Villa mewah. Namun nasib naas malah menimpanya di villa mewah itu.
"Katakan, siapa yang sudah menghamilimu?" seorang wanita paruh baya langsung melabraknya.
"Laki-laki yang burungnya mati suri" Hani mengatakannya dengan judesnya di depan semua orang.
Yuk simak kisahnya hanya di cerita Dihamili Tuan Impoten!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alif Irma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
"Kita tidak pernah menjalin hubungan, jadi tidak ada kata move on diantara kita. Karena hanya istriku cinta pertamaku" ucap Hans memperjelasnya.
Refleks Hani langsung mendongak menatap wajah Hans, dia seakan tidak percaya atas apa yang diucapkan suaminya itu.
Hanya istriku cinta pertamaku, itu artinya aku dong cinta pertamanya, hahh..yang benar saja. Batin Hani dengan polosnya sambil menelan ludahnya kasar.
"Tidak, itu tidak mungkin. Aku pasti salah dengar" gumam Hani sambil mencubit kecil jemari tangannya.
Sedang Evelyn hanya mampu tersenyum kecut mendengar ungkapan Hans barusan. Jadi sikap baik Hans sedari dulu hanyalah sebatas teman, bukan karena sebuah perasaan antara lawan jenis.
Jadi selama ini perasaannya tidak pernah terbalaskan. Padahal Evelyn mati-matian mengungkapkan perasaannya terhadap Hans saat dirinya berteman baik, namun apa yang didapatkannya tidak sesuai prediksinya.
Evelyn pikir Hans juga menaruh perasaan kepadanya, bisa dikatakan Hans cinta mati kepadanya setelah dia pergi dari kehidupan Hans. Namun kebenarannya tidak sesuai dengan harapannya.
Padahal kepergian Evelyn ke luar negeri pada saat itu semata-mata hanya untuk melanjutkan pendidikannya hingga akhirnya memutuskan menetap lama disana sembari merintis karirnya sebagai pebisnis multitalenta dan modeling.
Sial, bukankah sedari dulu Hans menyukai ku. Kenapa sekarang dia sangat berubah. Apa semua ini karena pengaruh wanita miskin itu. Batin Evelyn sambil mengepalkan tangannya, namun sebisa mungkin Evelyn tetap mengontrol mimik wajahnya untuk selalu terlihat cantik dan murah senyum.
"Hans, bisa kita bicara sebentar!" ucap Evelyn tersenyum manis. Dia harus meluruskan kesalahpahaman di masa lalu.
"Tidak bisa! kami sudah terlambat. Bahkan calon bayiku tidak bisa jauh dari ayahnya" ucap Hani dengan ketusnya lalu menggandeng tangan Hans dengan posesifnya. Sampai-sampai Hans ingin tergelak tawa melihat tingkah Hani yang sangat menggemaskan, dia sampai ingin mencium Hani di depan teman wanitanya itu.
"Maaf Evelyn, tidak ada lagi hal yang perlu kita bicarakan" tolak Hans dengan santainya sembari mengikuti sandiwara sang istri. Bahkan Hans merangkul pinggang Hani dengan posesifnya dan sesekali mengelus lembut perut Hani yang sudah terasa menonjol akibat gendutan.
"Hans, apa aku tidak salah dengar? ternyata kamu memang berubah. Bukankah rumor tentang dirimu yang dinyatakan impoten...maaf aku tidak bermaksud untuk menghinamu. Tapi, gara-gara rumor itu sikapmu langsung berubah drastis dan perlahan menjauh dariku" jelas Evelyn mengungkit kembali masa lalu mereka.
"Ya, aku memang impoten. Semenjak aku di diagnosa oleh dokter atas sakit yang ku derita, aku memilih menutup diri dan tidak lagi tertarik dengan yang namanya wanita. Walaupun kita berteman dekat pada waktu itu, tetap saja aku hanya menganggap mu sebagai teman baikku, tidak lebih. Hingga kamu memutuskan melanjutkan pendidikanmu di luar negeri dan aku memilih melanjutkan perusahaan keluargaku" ucap Hans menjelaskannya.
"Terus bagaimana bisa kamu sembuh dari sakit mu itu?" tanya Evelyn berpura-pura peduli kepada Hans
"Apa ceritanya masih panjang? Kakiku sudah pegal mendengarkan cerita masa lalu kalian yang sepertinya tidak ada habisnya" ucap Hani dengan kesalnya lalu menginjak kaki Hans.
"Awww, saayyang" ucap Hans meringis kesakitan membuat Hani tersenyum penuh kemenangan.
"Iya, kamu kenapa sayang?" balas Hani dengan seringai licik diwajahnya sambil mencubit perut Hans.
"Tidak apa-apa sayang" ucap Hans dengan senyum dipaksakan.
"Hans, aku ingin tahu bagaimana bisa kamu sembuh dari sakit mu itu?" tanya ulang Evelyn.
"Aku sembuh berkat keajaiban Tuhan. Hal tak terduga terjadi kepadaku selama aku didiagnosa menderita Impoten yaitu bertemu dengan sosok wanita yang ternyata adalah jodohku. Karena untuk pertama kalinya aku tertarik kepada wanita dan wanita itu adalah istriku, Hani Handoko. Berkat bantuan darinya, ternyata rumor itu bisa terpatahkan. Bisa di bilang Istriku lah sosok wanita hebat dan merupakan orang pertama yang ku sentuh sekaligus yang menyembuhkan ku dari sakit impoten ku" ucap Hans dengan jujurnya sesuai fakta sambil merangkul erat pinggang Hani seolah istrinya wanita berharga dalam hidupnya.
"Memangnya kenapa kalau suamiku impoten, kamu mau apa hah!. Perlu kamu ingat baik-baik kami sedang menantikan buah hati kami. Jadi percuma saja jika kamu mengupas kembali masa lalu mu bersama suamiku. Karena sekarang bukan ajang reuni diantara kalian, melainkan ajang adu nasib, mengerti" ucap Hani dengan tegasnya dan terlihat sangat beringas menghadapi wanita cantik bernama Evelyn.
"Hans aku...."
"Berhenti memanggil nama suamiku, aku sangat muak mendengarnya!. Karena urusan kalian sudah selesai, maka jangan menganggu suamiku, titik!" protes Hani sambil menunjuk-nunjuk wajah Evelyn bahkan tidak membiarkan wanita itu banyak bicara.
Sial, wanita miskin ini sangat kurang ajar. Dia tidak tahu siapa aku sebenarnya. Pantas saja Tante Miranda mendukung ku untuk mendekati Hans, tau-tau wanita yang dinikahi Hans hanyalah wanita miskin yang tabiatnya jalang rendahan yang sudah menjebak Hans. Kita lihat saja bagaimana kemampuan wanita miskin ini, akan ku rebut kembali Hans darinya, camkan itu. Batin Evelyn dengan kesalnya yang bersumpah akan merebut kembali cinta pertamanya. Ya, karena Hans merupakan cinta pertamanya.
Hans hanya mampu tersenyum tipis mendengar segala ucapan dan tindakan yang dilakukan Hani. Dia benar-benar tidak menyangka istrinya akan bertingkah posesif bahkan tak akan membiarkan secuil pun wanita mendekatinya.
Tingkahnya sangat bar-bar saat dia sedang cemburu. Batin Hans menggulung senyuman tipis.
"Kapan-kapan kita bisa bicara lagi Hans" ucap Evelyn tersenyum memamerkan senyum manisnya di hadapan Hans.
Jangan harap kalian akan bertemu lagi. Karena aku tidak akan membiarkanmu wanita genit mendekat suamiku. Batin Hani dengan liciknya.
"Memangnya kamu tidak punya kerjaan apa? suamiku tidak punya waktu untuk meladeni mu!. Jadi jangan coba-coba mengganggu suamiku!" maki Hani dengan bar-bar nya dan siap mencakar-cakar wanita yang sedang cari muka di depan suaminya. Sedangkan Hans memilih diam karena istrinya sudah bertindak tepat sebagai pembicaranya
"Pelakor jadi-jadian" gumam Hani tersenyum sinis.
Membuat Evelyn mengepalkan tangannya dan ingin menjambak habis rambut Hani karena tak sengaja mendengar gumaman wanita miskin itu yang mengatainya 'pelakor jadi-jadian'. Namun dia tidak bisa berbuat apa-apa, karena sosok pria yang dicintainya lebih memihak kepada wanita miskin alias si jalang rendahan.
Evelyn hanya mampu menatap penuh kebencian melihat keromantisan pasangan suami istri itu. Bagaimana tidak, Hani dan Hans berjalan bersama-sama sambil bergandengan tangan, orang lain saja merasa iri melihat keromantisan mereka, apalagi dirinya. Bahkan tingkah Hans benar-benar sedang dimabuk cinta oleh istrinya.
Akhhhhh, aku pastikan kalian akan bercerai secepatnya. Kita lihat saja tanggal mainnya, kalau perlu wanita miskin itu menderita selamanya. Batin Evelyn dengan seringai licik diwajahnya.
Sementara itu, Hani terkejut dan tidak bisa berkata-kata melihat kejutan dari sang suami, yakni sebuah acara peresmian resort hotel di sekitar lokasi pantai.
"Ayo sayang potong pintanya" ucap Hans dengan raut wajah bahagia sambil menuntun Hani untuk memotong pita secara bersama-sama. Dengan ragu-ragu Hani memotong pita atas peresmian resort hotel mereka.
Prokkk....Prokkk. ... prokk
Terdengar suara tepuk tangan gemuruh oleh para tamu undangan sebagai tanda dimulainya acara peresmian resort hotel mereka. Hingga acara peresmian resort hotel itu berjalan penuh khidmat dan di sertai selamat.
"Bagaimana Evelyn, apa rencanamu berhasil?" ucap wanita paruh baya yang sedang melakukan penyamaran di area lokasi peresmian tersebut dan wanita itu adalah Nyonya Miranda, ibunda Hans.
"Belum Tante, karena itu aku butuh bantuan Tante" ucap Evelyn yang juga sebagai tamu undangan dari acara tersebut.
"Oke, Tante siap membantumu sayang" ucap Nyonya Miranda tersenyum tipis membuat Evelyn mengulas senyuman licik.
Bersambung....
sekarang hani jangan panggil hans lagi ganti dengan "mas" aja