Tang Xiao Tian seorang pemuda berasal dari Desa di puncak gunung Huang yang memiliki keinginan untuk melakukan tugas penting bagi seluruh dunia persilatan dari ketiga orang guru yang membesarkannya selain itu Ia juga ingin mencari tahu identitasnya yang selama 20 tahun di rahasiakan oleh para gurunya. Selamat datang dan membaca novel pertama ku di sini.. Follow, like, rate 5,komentar positif dan share ya😘terimakasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Slyterin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiba Di Kaki Gunung Wu Tang Bagian Barat Laut.
Di bawah pohon buah sanca merah terlihat Zhang Wan Yi dan Nona Yi Hui membantu Xiao Lan untuk mengambil buah sanca merah yang berjatuhan dari atas oleh gadis kecil yang lincah itu. Dan, tepat pada saat itu mereka mendengar suara geraman dari arah belakang pohon buah sanca merah lainnya.
"Eh, suara apakah itu yang berada di belakang pohon buah sanca merah yang disana?" tanya Nona Yi Hui tampak panik karena pepohonan tersebut bergerak- gerak dan memperlihatkan seekor buaya betina yang merangkak keluar dari rimbunan pepohonan tersebut ke arah mereka.
"Celaka.. Ada buaya...!" teriak Zhang Wan Yi yang kini menarik tangan kakak seperguruannya untuk naik ke atas pohon buah sanca merah disebelah dahan yang di duduki Xiao Lan.
Buaya itu bergerak di bawah pohon dengan mulutnya terbuka lebar ke segala penjuru hutan. Hal ini benar- benar membuat ketiganya bergidik ngeri terjatuh dari pohon buah sanca merah dan di caplok buaya betina ganas.
"Bagaimana cara kita untuk pergi dari sini?Buaya itu masih berkeliaran di bawah pohon kita."Xiao Lan pun mencari akal untuk mereka bisa keluar dari hutan itu dengan aman." Kita bisa melompat ke pohon buah sanca merah satu ke pohon buah sanca merah lain lalu ke pohon bambu yang berada di luar hutan ini." Ia telah mempunyai ide yang tepat untuk mereka bisa keluar dari hutan dengan aman.
"Tapi di pohon sana itu ada banyak sarang lebah dan semut hutan yang tentunya akan menyerang kita bila kita tiba-tiba melompat ke pohon di sana." Zhang Wan Yi memberitahunya sambil menahan rasa takut pada buaya yang berjalan- jalan santai di sekitar.
"Ya, terpaksa kita harus memakai cara lain." kata Xiao Lan yang membuat Nona Yi Hui mengernyitkan kening.
"Cara apa? " tanya Nona Yi Hui kepada Xiao Lan yang terlihat tenang di dahan lain di pohon buah sanca merah yang mereka naiki.
Xiao Lan menarik napas dalam-dalam lalu berteriak. "Kak Tian... Kak Yan.. Tolong kamiii.. Ada buaya di bawah pohon buah sanca merah yang kami naiki di hutan...! "
"Hmmm.. Caramu memang jenius.." Zhang Wan Yi di dekatnya tertawa kecil melihat wajah Nona Yi Hui di dahan lain terlihat lebih panik dari sebelumnya.
Sementara itu, di belakang gubuk kosong. Xiao Tian tersenyum bangga melihat perahu karyanya telah jadi sehingga Wang Yan merasa kagum terhadapnya. "Kau sungguh anak yang hebat, Tian." puji Wang Yan tulus.
"Terimakasih, Kak Yan." kata Xiao Tian tertawa riang bersama Wang Yan.
Namun, ia tersentak kaget mendengar suara teriakan dari hutan. "Eh, mereka ada masalah di hutan. Ayo, kita segera menolong mereka.." setelah itu, Xiao Tian melesat cepat menerobos hutan bersama Wang Yan yang terkagum-kagum dengan ilmu lari cepatnya. Ia tiba di depan seekor buaya yang menerjang ke arah dirinya.
"Celaka... Xiao Tian...!" teriak Wang Yan yang cepat melompat dengan kecepatan tinggi seraya mencabut pedangnya yang langsung menebas kepala buaya itu dengan tepat ketika buaya ingin mencaplok Xiao Tian di depan kedua matanya.
'Crakk.. '
Xiao Tian berguling-guling di tanah dengan keringat dingin membasahi wajah dan tubuhnya namun ia menghela napas lega saat melihat buaya itu telah buntung kepalanya dengan tubuh buaya sudah tidak bergerak lagi di dekatnya.
"Kak Tian.. Apakah kau baik- baik saja?" tanya Xiao Lan meloncat turun di depan Xiao Tian lalu memeluk kakaknya dengan wajah cemas.
Zhang Wan Yi dan Nona Yi Hui turun dari pohon buah sanca merah secara bersamaan."Ah, syukurlah kita semua selamat.. " ujar keduanya yang dipeluk Wang Yan sambil menatap Xiao Tian dan Xiao Lan di sisi lain mereka.
"Ya, sebaiknya kita segera pergi dari sini dan berlayar secepatnya untuk kita bisa segera sampai ke Guilin." kata Wang Yan yang merasa daerah itu sudah tak aman lagi bagi mereka. Ketiganya menganggukkan kepala untuk menyetujuinya.
Demikianlah, di malam hari itu juga mereka berlayar dengan perahu buatan Xiao Tian dari muara sungai Huang menuju ke laut yang akan membawa mereka ke sebuah daerah yang menjadi daerah pertama bagi mereka datangi setelah meninggalkan wilayah Xiao Tian kecil yaitu wilayah Huang.
"Kak Tian, disana sepertinya ada pemukiman warga desa ini." kata Xiao Lan yang muncul dari kereta kuda yang di kusiri oleh Wang Yan semenjak mereka tiba di daerah kaki gunung Wu Tang bagian barat laut.
"Wah, di sekitarnya banyak pohon pinus dan lihatlah pemandangannya sungguh seperti lukisan hidup." Xiao Tian memuji keindahan alam disekitar desa ini ketika ia menyibak tirai dan membuka jendela kereta kuda." Udaranya juga segar..." anak itu menghirupnya secara perlahan-lahan seakan-akan menikmatinya.
"Xiao Tian, kau benar-benar jatuh cinta pada desa ini atau keindahan alam kaki gunung Wu Tang bagian barat laut yang baru pertama kali kau datangi." Zhang Wan Yi tertawa senang saat melihat sahabatnya itu begitu bahagia bisa mengunjungi wilayahnya.
"Aku jatuh cinta pada semuanya termasuk makanan yang akan menjadi makanan pertamaku datang ke rumahmu, kawan. Omong- omong, apakah ada menu spesial dari daerah ini untuk menjadi kenangan indah pertama kali datang kesini?" Xiao Tian menoleh ke sahabatnya dengan wajah berseri-seri.
"Oh, tentu saja, menu sup burung walet atau bubur kacang pinus yang lezatnya bukan main. Pokoknya, aku pasti akan mengajakmu untuk jalan- jalan dan makan apapun kau inginkan di wilayahku ini." Zhang Wan Yi yang pintar membuat Xiao Tian mengkhayal kenikmatan makanan tersebut di sepanjang jalan di dalam kereta kuda.
Suasana hati mereka yang sedang bahagia itu tiba- tiba terusik oleh suara gesekan pepohonan di arah samping jalan menuju ke desa kaki gunung Wu Tang bagian barat laut. Suara gesekan pepohonan itu telah membuat Wang Yan dan Nona Yi Hui bersiaga untuk menghadapi musuh yang datang kepada mereka.
Keduanya memegang gagang pedang mereka yang masih bersarung sambil menjalankan kereta kuda di jalanan yang diapit jurang dan pepohonan pinus yang cukup menutupi awan putih di pagi hari ini. Xiao Tian telah melirik ke arah samping kiri roda kereta kuda. Ia menggenggam tangan Xiao Lan untuk adiknya duduk di dekatnya. Zhang Wan Yi masih berbicara tentang kakek gurunya dan murid- murid dari Ketua Sekte Wu Tang lainnya termasuk ayah dari sahabatnya itu, tapi Zhang Wan Yi tidak membicarakan tentang ibunya.
Tak berselang waktu yang lama telah berkelebatan sejumlah bayangan hitam yang melesat cepat ke arah mereka...
Bersambung!!