Cintanya, harga dirinya, dan ketulusannya, telah ia berikan pada pria itu, dan bahkan sampai rela tidak menginginkan, James Sebastian, tunangan yang di jodohkan Ibunya kepadanya.
Tapi, apa yang ia dapat? Eleanor Benjamin, di tinggalkan pria itu, Richard Marvin, saat mereka akan melangsungkan pernikahan, demi wanita lain!
Hingga sebuah mobil menabraknya, dan ia meregang nyawa, Richard tidak memperdulikannya!
Eleanor berharap, seandainya ada kesempatan kedua untuknya! ia akan mendengarkan Ibunya. Dan membalikkan keadaan! membalas apa yang ia rasakan pada Ricard.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 24.
Tangan James perlahan mengelus kaki polos Eleanor, membuat handuk yang melilit pada tubuh Eleanor tersingkap.
Eleanor merasakan sentuhan jemari James, membuat ia melepaskan tangannya merangkul leher James.
Tapi, dengan cepat James menahan tangan Eleanor, dengan memegang tangan Eleanor yang berada pada tengkuknya.
Eleanor tidak berupa lagi, untuk melepaskan tangannya merangkul leher James. Dan ciuman mereka semakin menghanyutkan, saat tangan James kembali mengelus kakinya.
Kali ini, tangan James perlahan semakin naik ke atas, mengelus pahanya yang sudah tidak tertutup handuk lagi.
"James... " suara Eleanor terdengar parau, saat jemari James mengelus bagian dalam paha Eleanor.
"Ahh... " Eleanor seketika mendesah, saat James menyesap belah bibir Eleanor.
"Elea, kamu sangat cantik" bisik James parau.
Bibir James perlahan menelusuri leher Eleanor, dan mengecupnya dengan lembut. James melakukannya tanpa tergesa-gesa.
James ingin mereka merasakan momen, yang tidak akan terlupakan di malam pertama mereka.
"Tahukah kamu, sewaktu aku duduk di bangku kuliah saat semester ke dua, Bibi Olivia mengirimi aku foto mu" ucap James sembari bibirnya, semakin turun dan mengecup tulang selangka Eleanor.
"Itu pertama kali aku melihat wajahmu, setelah sekian lama kita tidak bertemu, kamu ternyata tumbuh menjadi gadis yang begitu cantik"
James tanpa sadar menggigit pelan leher Eleanor, membuat Eleanor meringis kecil. Tapi ia tidak merasa sakit.
Eleanor tidak menyadari handuknya sudah James buka, dan memperlihatkan tubuh polos Eleanor.
"Melihat setiap foto yang di kirim Bibi Olivia, aku semakin jatuh cinta padamu, dan ingin sekali bertemu" bibir James mengecup dada Eleanor.
Dan Eleanor pun baru tersadar, kalau handuk yang menutupi tubuhnya sudah di lemparkan James ke samping.
"James... " tubuh Eleanor seketika hendak duduk, merasakan bibir James mengelus puncak dadanya, dengan ujung lidah James.
"Mmmm... " jawab James membuat tubuh Eleanor seketika bergetar.
Bibir James menyesap puncak dada Eleanor, setelah memainkannya dengan ujung lidahnya.
"James.... " desah Eleanor merasakan tubuhnya seperti meleleh, dengan tindakan James yang tidak terduga.
"Suatu hari, aku tidak tahu kapan persisnya, Bibi mengirimi aku foto mu sedang mengenakan pakaian seksi" ucap James berpindah mengecup dada Eleanor, yang sebelah lagi.
"Dadaku berdesir oleh rasa, yang sulit untuk aku jabarkan, sepertinya Bibi sengaja mengirimi aku fotomu, dengan pakaian seperti itu, agar aku semakin memikirkan kamu"
"Ahhh... " kembali Eleanor mendesah, saat bibir James menyesap, dan memilin puncak dadanya.
"Dan benar saja, setiap hari aku selalu memikirkan kamu, ingin memeluk kamu, dan mengucapkan kata 'aku cinta padamu', lalu mencium kamu dengan dalam dan lama, untuk melepaskan rasa rindu pada diriku"
Bibir James kini turun menelusuri rusuk, dan perut Eleanor, membuat tangan Eleanor meremas rambut James.
"Elea, aku selalu membayangkan saat kamu menjadi milikku, dan tidak akan pernah melepaskan kamu, aku ingin kamu percaya dengan janjiku"
Bibir James mengecup daerah pusar Eleanor, dan menggesekkan lidahnya di sana, membuat tubuh Eleanor semakin meleleh bagaikan lilin yang mencair.
"I.. iya, aku percaya James" bisik Eleanor sembari mendesah.
Jemari Eleanor semakin meremas rambut James. Ia merasakan daerah sensitifnya berdenyut, karena tindakan James tersebut.
"Kita sama-sama baru pertama sekali melakukannya, kuharap.. aku tidak mengecewakan mu, Elea" bisik James mengangkat wajahnya.
Mereka kemudian saling menatap dengan lekat, lalu James mencium kembali bibir Eleanor.
Tangannya pun telah melepaskan piyamanya, dan melemparkannya ke samping.
"Aku akan melakukannya, apakah kamu sudah siap, Elea?" tanya James berbisik dengan suara yang terdengar parau.
"I.. iya, aku sudah siap" jawab Eleanor pelan.
Wajah Eleanor tampak begitu merona, dengan bibir setengah terbuka. Ia memandang tubuh polos James, tanpa rasa canggung lagi.
Eleanor sangat menyukai bentuk tubuh James, yang sepertinya rajin berolahraga. Terlihat dari perut rata dan lengannya yang berotot.
Eleanor diam saja saat tangan James membuka kakinya, dan mulai melakukan penyatuan, untuk melengkapi hubungan mereka sebagai suami istri.
James dengan hati-hati melakukan tugasnya, "Elea, katakan sesuatu jika aku salah melakukannya" bisik James.
"Iya.. " jawab Eleanor, yang sudah semakin meleleh, merasakan sentuhan ujung milik James menyentuh miliknya.
Dengan pelan James mengarahkan miliknya, tepat pada posisi milik Eleanor yang harus ia buka.
"James, sakit" rintih Eleanor, saat James menekan miliknya.
Tubuh James bergetar oleh rasa, yang sangat sulit ia lukiskan. Rasanya ada semacam kupu-kupu berterbangan di sekitar perutnya.
Ia sangat tidak sabaran ingin merasakan milik Eleanor di dalam sana. Tapi ia harus bersabar, tidak boleh terburu-buru ingin melakukannya.
Karena Eleanor merintih kesakitan, ia pun melakukan sesuatu, agar Eleanor semakin melayang, tidak merasakan sakit saat ia melakukanya.
James menyetuh milik Eleanor dengan jemarinya, lalu setelah itu ia kecup dengan bibirnya. Dan tindakannya itu membuat tubuh Eleanor menggeliat.
Merasa Eleanor sudah siap lagi, James pun kembali mengarahkan miliknya, dan menggerakkan pinggulnya membuka milik Eleanor.
Dengan penuh kesabaran, akhirnya James berhasil melakukan malam pertama mereka dengan sempurna.
James tersenyum bangga, ia akhirnya telah menjadi pria seutuhnya. Dan Eleanor menjadi miliknya sepenuhnya.
Tubuh mereka terkapar dengan perasaan bahagia, sembari saling mendekap di bawah selimut.
Bersambung......