lola adalah gadis cantik lugu yang dilamar untuk menjadi istri seorang ceo mafia yang terkenal tempramental dan kejam setelah ditinggal oleh sang kekasih....
bagaimana kisah lanjutan lola,yuk mampir dan baca🙏😇.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon medusa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB~20²
...❣️❣️❣️...
...Setelah semuanya selesai, dan seolah setiap tawa yang tadi menggema kini menjadi racun dalam keheningan, mereka pun pulang. Meninggalkan Lola sendirian dalam kekosongan yang menyesakkan. Dengan langkah yang terasa seberat timah, Lola menyeret kakinya masuk ke dalam kamar. ...
...Setiap gerakan untuk mulai berkemas terasa seperti mencabik-cabik hatinya yang sudah hancur. Tak lama, suara ketukan pelan di pintu mengalihkan perhatiannya. Kepala pelayan, Bi Minah, datang menghampirinya....
"Nona... Nona, bagaimana keadaanmu, Nona?" tanya Bi Minah, suaranya bergetar, mata tuanya sudah berkaca-kaca menatap gadis yang ia rawat sejak kecil itu.
...Tangannya terulur, seolah ingin meraih, namun ragu....
...Lola berhenti sejenak, genggaman pada pakaiannya mengendur. Ia mendongak, menatap mata Bi Minah yang penuh kasih sayang dan kepedihan. Air mata yang sedari tadi ia tahan kini mendesak keluar, membasahi pipinya. ...
"Keadaanku baik-baik saja, Bi. Aku tidak apa-apa," jawab Lola, suaranya serak menahan isak. Bohong. Ia tidak baik-baik saja. Hatinya remuk redam.
...Bi Minah mengangguk mengerti, tak sanggup mengucapkan kata-kata penghiburan lain selain air mata yang terus mengalir. Ia pun mendekat, membantu Lola berkemas dalam diam yang penuh kesedihan. Setelah semuanya selesai, Lola menarik koper miliknya yang terasa begitu berat, seolah membawa semua beban di hatinya. ...
...Ia berjalan keluar, menemui Bastian yang sudah menunggunya di depan pintu mansion, berdiri kaku seperti patung penyesalan. Lola menarik napas dalam, menguatkan diri untuk menghadapi sosok yang telah menghancurkan dunianya....
"Tunggu, aku ingin memberikan sesuatu," ucap Bastian, suaranya rendah, menghentikan langkah Lola yang sudah hampir melewatinya. Ada nada putus asa di sana.
...Lola mendongak, tatapannya sedingin es Arktik. Tidak ada lagi kehangatan, hanya kekosongan. ...
"Aku sudah mendapatkan segalanya, jadi tidak perlu ditambah-tambah lagi. Permisi, Tuan Bastian Rodrigues," balas Lola, setiap kata terucap dengan penekanan yang menyakitkan.
...Mendengar nama lengkapnya disebut dengan nada begitu dingin dan formal, Bastian langsung mundur. Dadanya terasa sesak....
...Rasa sakit yang tak terduga menusuknya. Lola pun kembali berjalan keluar, tanpa menoleh ke belakang, tanpa sisa keraguan. Ia masuk ke dalam taksi yang sudah menunggu, dan pergi. Bastian berdiri terpaku, menatap punggung Lola yang perlahan menjauh, seolah ia sedang menyaksikan kepergian seluruh kebahagiaan dalam hidupnya. Setitik air mata, lalu diikuti yang lain, menuruni pipinya. Air mata itu terasa panas, membakar kulitnya, seolah-olah ia sama sekali tidak ingin berpisah dengan Lola....
"Apa ini? Bukankah ini yang aku mau?" gumam Bastian, mengusap air mata dengan kasar. Namun, hati kecilnya berteriak bahwa ini bukan yang ia inginkan. Sama sekali bukan.
...Tanpa sepengetahuan siapa pun, Bastian diam-diam masuk kembali ke dalam kamar Lola. Aroma samar wewangian Lola masih tertinggal, menyesakkan dadanya. Ia duduk di atas ranjang yang kini kosong, menatap sekeliling kamar yang dulunya selalu dipenuhi tawa dan kehangatan gadis itu. Matanya tiba-tiba berhenti pada sebuah berkas yang tertinggal di dalam lemari pakaian Lola. Rasa penasaran yang aneh mendorongnya untuk membuka berkas itu....
...Mulut Bastian langsung terbuka lebar, tidak percaya dengan apa yang sedang dilihatnya. Jantungnya berdebar kencang, memompa darah dengan liar. ...
"Di-dia hamil anak kembar? Dan itu adalah anak-anakku? Tidak! Aku harus mengejarnya!" gumam Bastian, bangkit dari ranjang, tangannya gemetar hebat. Sebuah harapan, sekaligus kepanikan yang luar biasa, menyelimutinya.
Saat keluar, Bastian berpapasan dengan Ana. "Bastian, kau mau ke mana?" tegur Ana, namun Bastian tidak menghiraukannya. Ia langsung masuk ke dalam mobilnya, menyalakannya, dan melaju dengan kecepatan tinggi.
...Ia mencoba mencari taksi yang ditumpangi Lola, melaju di antara padatnya lalu lintas kota yang seolah tak peduli dengan kehancuran hatinya. Tapi hasilnya nihil. Taksi itu menghilang begitu saja....
"Aaaa! Bajingan sialan! Di mana kamu, Lola! Cepat kembali bawa anak-anakku pulang!" teriak Bastian, mengumpat, memukul setir mobil dengan frustrasi yang membabi buta. Suaranya pecah di tengah kesunyian mobil.
...Beberapa jam berlalu. Bastian masih sibuk mencari Lola bersama orang-orang suruhannya, namun mereka tidak mendapatkan apa-apa. Lola tidak memakai ponsel, membuatnya semakin sulit terlacak. Karena tidak mendapatkan hasil, Bastian semakin frustrasi. Hatinya sakit. Keputusasaan menyerangnya. Ia memilih minum sampai mabuk, mencoba melarikan diri dari kenyataan pahit, dan pulang ke mansion utama dengan keadaan teler....
Brak!
"Ma! Aku pulang!" teriak Bastian di tengah malam, suaranya menggelegar di mansion utama yang sunyi.
...Tuan Alberto dan Nyonya Amelia terbangun, jantung mereka berdegup kencang karena terkejut. Mereka segera keluar dari kamar dan turun ke ruang bawah. Dari kejauhan, terlihat Bastian yang sudah teler berat, duduk lemas di lantai dengan penampilan berantakan, dan aroma alkohol yang kuat. Pemandangan itu langsung menyulut kemarahan Tuan Alberto dan Nyonya Amelia....
"Apa-apaan kamu ini, Bastian! Kenapa kamu minum sampai teler begini!" bentak Nyonya Amelia, suaranya dipenuhi kekecewaan dan kemarahan.
...Bastian berdiri dengan sempoyongan, terhuyung-huyung mendekati kedua orang tuanya, lalu tertawa hampa. ...
"Hahahaha! Mama, lihat aku! Aku sangat hebat, 'kan? Membuat dua wanita hamil di waktu yang sama!" ucap Bastian melantur, tawa itu menusuk hati orang tuanya.
...Mendengar ucapan Bastian, Nyonya Amelia dan Tuan Alberto saling menatap, mata mereka membesar karena terkejut dan marah. Lalu mereka kembali menatap Bastian dengan tatapan menuntut....
"Apa maksudmu?" tanya Tuan Alberto, napasnya memburu. Ada firasat buruk yang mencengkeramnya.
"Iya, Pa, Lola... dia juga hamil anakku, dan kalian tahu? Dia hamil anak kembar! Tapi sangat disayangkan, dia sudah menghilang membawa kedua anakku pergi!" ujar Bastian, suaranya kini dipenuhi kesedihan yang mendalam.
Bug... bug!
"Bajingan sialan! Kau apakan anak orang? Kau bilang tidak pernah menyentuhnya, ternyata kamu bohong! Aku akan membunuhmu!" murka Tuan Alberto, memukul Bastian sampai terjatuh ke lantai.
...Wajahnya merah padam karena amarah yang tak tertahankan. Ia lalu berjalan cepat masuk ke ruangan kerjanya....
...Nyonya Amelia terkejut setengah mati saat melihat Tuan Alberto keluar sambil membawa pistol di tangannya. Ketakutan menyergapnya. ...
"Pa! Cukup! Jangan lakukan apa-apa kepada dia! Lebih baik kita cari Lola sekarang! Mama yakin dia pasti masih berada di dalam kota ini!" teriak Nyonya Amelia, sambil memeluk Tuan Alberto, mati-matian menghentikannya.
...Tuan Alberto mengangguk, napasnya masih terengah-engah. Ia lalu menghampiri Bastian yang masih duduk di lantai, meraih kerah bajunya, dan menatapnya dengan tajam. Ada kilatan kekecewaan dan amarah di matanya....
"Sebaiknya kamu persiapkan dirimu, dan besok menikahi kekasih pujaanmu itu! Dan Lola akan menjadi tanggung jawab kami, dasar anak tidak tahu diri!" tekan Tuan Alberto, lalu menghempaskan Bastian dengan kasar.
"Kalian tidak akan menemukannya! Wanita itu curang, dia bersembunyi dengan sangat baik sampai aku dan anak buahku tidak menemukan batang hidungnya!" ujar Bastian, mencoba bangkit dari lantai, keputusasaan tergambar jelas di wajahnya.
Plak!
"Itu semua gara-gara kamu! Seandainya kamu tahu diri dan tidak meniduri Ana, mana mungkin Lola akan membawa kedua cucuku menghilang!" sembur Nyonya Amelia, menampar Bastian dengan keras.
...Air mata mengalir deras di pipinya, bukan hanya karena marah, tapi juga karena rasa sakit melihat keluarganya berantakan....
(Bersambung)
sukses selalu