Nura sangat membenci Viona seorang gadis sholehah, cantik dan berprestasi di sekolahnya. Di hari ulang tahunnya, Nura merencanakan sesuatu yang jahat kepada Viona.
Dan akhirnya karena perbuatan Nura, Viona menyerahkan kesuciannya kepada pemuda asing.
Viona terpaksa menikah dengan pemuda lumpuh. Setelah hamil, Viona memutuskan lari meninggalkan suaminya dan mencari ayah dari anaknya.
Berhasilkah Viona menemukan ayah dari anaknya?
Ikut ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 Lamaran
Sejak kejadian hari itu, Viona membatasi dirinya bergaul dengan teman-temannya. Tidak terlihat lagi Viona yang ceria. Viona lebih banyak menghabiskan waktunya di perpustakaan sekolah. Setelah pulang sekolah Viona juga langsung pulang ke rumah.
Viona juga lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah. Orderan kue mamanya sekarang yang antar papanya. Mamanya melihat perubahan dari diri Viona. Mamanya dengan sabar bertanya apa yang terjadi kepadanya tapi Viona selalu saja bisa menyembunyikan kegelisahannya.
Sementara itu di rumah sakit, Alvaro berjuang untuk sembuh. Walaupun Alvaro tahu kakinya saat ini memerlukan banyak perawatan, setidaknya Alvaro bisa duduk saja sudah cukup.
Alvaro ingin segera bertanggung jawab kepada Viona. Rasa bersalah dan penyesalan ini begitu sangat menyiksanya. Alvaro meminta tangan kanannya mencari alamat Viona.
Assisten Alvaro memberikan informasi tentang keluarga Viona. Mama dan Papanya berjualan kue di depan rumahnya. Kakak laki-lakinya baru lulus kuliah dan baru diterima bekerja di kantor Alvaro.
"Siapa namanya?" tanya Alvaro.
"Bima Pratama," jawab Raka.
"Dia, meraih nilai tertinggi di kampus dan juga nilainya sempurna saat interview," Alvaro mengingatnya.
"Viona juga siswi berprestasi dan mendapatkan bea siswa di sekolahnya. Sebentar lagi Viona akan melaksanakan ujian sekolah," kata Raka.
Alvaro memerintahkan Raka untuk memesan semua kue yang ada di tempat Viona. Alvaro minta pesanan itu diantarkan ke rumah sakit. Raka langsung ke tempat Viona dengan motor matiknya.
Raka tiba di depan rumah Viona. Raka melihat sekilas Viona. Gadis berhijab manis, calon istri idaman Raka. Tapi Raka segera menepis khayalannya. Bosnya sekarang mengejar Viona. Raka tidak mungkin bersaing dengan bos sendiri.
"Permisi," Raka berdiri di depan kios Viona.
"Iya, bisa saya bantu?" Viona ramah melayani calon pembeli.
Raka dengan sopan bertanya kue apa saja yang ada. Dengan ramah Viona menunjukkan kue-kue yang ada seperti brownies panggang dan kukus, bolu susu, black forest potong dan juga aneka pastry dan roti.
Raka memborong semua sisa kue yang ada. Raka membayar tunai dan meminta semua pesanan kue itu diantar ke Rumah Sakit Ulin kamar Melati 5.
Terpancar kebahagiaan di wajah manis Viona, hari ini semua jualan mamanya laris manis. Viona membungkus semua kue dan meminta papanya mengantar semua kue itu ke rumah sakit.
Papanya menaruh semua kue ke dalam box yang ada di atas motor. Beliau pergi menuju rumah sakit. Sesampainya di sana, papa Viona bertanya kepada suster di mana ruangan Melati 5.
Tibalah pak Dharma di depan ruangan Melati 5. Beliau di sambut Raka. Raka meminta pak Dharma masuk ke dalam ruangan. Pak Dharma melihat seseorang terbaring di atas tempat tidur pasien.
Raka meninggalkan pak Dharma dan Alvaro agar mereka bisa bicara di dalam dengan leluasa.
"Permisi Pak, kenalkan nama saya Alvaro Bagaskara," sapa Alva.
"Iya, nama saya Dharma," sahut pak Dharma.
Alvaro menarik napas panjang, Alvaro mempersilakan pak Dharma untuk duduk di sofa. Alvaro kemudian mengutarakan niatnya untuk melamar Viona.
Seperti orang tua pada umumnya, pak Dharma bertanya apakah Alvaro dan Viona sebelumnya saling mengenal. Alvaro menjawab tidak.
Alvaro kembali menarik napas panjang. Alvaro dengan berlinangan air mata menceritakan kejadian hari di mana dia dan Viona melakukan hubungan suami istri di hotel.
Dharma menatap penuh kebencian kepada Alvaro. Dharma mengepal erat jemarinya. Dharma bangkit dari tempat duduknya menghampiri Alvaro dan melayangkan pukulan keras ke wajah tampan Alvaro.
PLAK!
Tamparan yang begitu keras. Alvaro meringis menahan sakit. Dharma mencengkram kerah Alvaro.
"Silakan Pak, saya pantas menerimanya. Viona saat itu diberikan obat perangsang oleh seseorang. Dan saya saat itu juga dalam keadaan mabuk. Saya habis meeting dengan klien di hotel. Viona tiba-tiba sudah ada di dalam kamar. Sumpah Pak, ini semua di bawah kendali kami."
Alvaro juga menyampaikan niatnya untuk melamar Viona kepada orang tuanya. Orang tuanya juga menanyakan alasan Alvaro kenapa memilih Viona.
"Maaf Pak, saya pengecut. Saya tidak sanggup mengakui perbuatan saya di hadapan kedua orang tua saya. Saya begitu takut. Tapi saya benar-benar ingin bertanggung jawab kepada anak Bapak," Alvaro menangis.
"Dan malam itu juga saya berniat mencari alamat Viona, tapi malang saya mengalami kecelakaan. Kaki saya tidak bisa digerakkan. Untung Raka bisa menemukan alamat Bapak." Alvaro mengatupkan kedua tangannya.
"Pak, Viona tidak bersalah. Ada yang ingin menjebak Viona malam itu. Saya yang harus disalahkan. Saya siap menerima hukuman dari Bapak apapun itu."
Dharma melepaskan cengkramannya. Dharma kembali duduk di atas sofa. Dharma sekarang mengerti mengapa sifat Viona berubah. Viona sama seperti Alvaro tidak berani jujur.
Tidak berapa lama Raka masuk ke dalam ruangan dengan membawa tab di tangan. Raka menunjukkan sebuah video kepada Alvaro. Kemudian video itu ditunjukkan Raka kepada Pak Dharma.
"Benar, Viona izin hari itu pergi ke ulang tahun Nura," Pak Dharma memperhatikan video.
Di dalam video itu terlihat di luar pintu ada seorang pria memberikan segelas minuman kepada Nura. Setelah beberapa menit terlihat Viona keluar dari kamar Nura dengan sempoyongan. Viona menghilang dari rekaman CCTV.
Dan seorang pria kembali menunggu di depan kamar Nura. Pria itu yang memberikan minuman kepada Nura. Setelah menunggu lama pria itu meninggalkan kamar Nura dengan ekspresi marah.
Pak Dharma kemudian keluar dari ruangan Alvaro dan meninggalkan rumah sakit. Dengan perasaan kaget campur sedih, pak Dharma kembali pulang ke rumah. Pak Dharma melihat Viona yang diam di meja makan sambil menghabiskan makanannya.
Terdengar bunyi ketukan pintu. Mama Viona membuka pintu dan menyuruh tamu mereka untuk duduk di ruang tamu. Mama Viona masuk ke dalam.
"Pa, ada tamu di luar cari Papa," panggil mama Viona.
Pak Dharma menuju ruang tamu. Tak disangka ternyata yang datang adalah Carlo sahabatnya yang bertahun-tahun lamanya tidak pernah bertemu. Dia datang bersama istrinya.
Dharma dan Carlo saling berpelukan melepaskan rindu.
"Carlo Baskara, ada angin apa kamu datang kemari?"
"Ternyata ini rumah kamu. Dharma lama kita tidak bertemu."
"Silakan duduk," Dharma duduk di samping Carlo.
Carlo dan istrinya kemudian menceritakan kejadian beberapa hari yang lalu kepada Dharma. Anak mereka tiba-tiba saja ingin melamar seorang gadis bernama Viona. Dan hari itu juga dia mengalami kecelakaan.
"Siapa nama anakmu?" tanya Dharma.
"Alvaro, Alvaro Bagaskara," jawab Carlo.
Dharma terdiam. Ternyata Alvaro adalah anak dari sahabatnya Carlo. Alvaro jujur, dia tidak main-main ingin bertanggung jawab kepada Viona.
Carlo dan istrinya juga tidak mengetahui alasan sebenarnya Alvaro melamar Viona. Dharma bertanya di dalam hati, apakah Alvaro menikahi Viona hanya untuk bertanggung jawab. Apakah nantinya setelah dia bertanggung jawab Viona akan disia-siakannya.
Dharma tidak bisa menjawab. Dharma berpikir jauh ke depan, bagaimana seandainya Viona hamil dan tidak ada seorang pun yang mau menikahinya.
Dada Dharma terasa sesak, keringat dingin membasahi wajahnya, wajahnya tampak pucat.
"Dharma, Dharma," Carlo menepuk wajah Dharma.
Talia berlari masuk ke dalam memanggil mamanya Viona. Viona dan mamanya ke ruang tamu. Mereka mendapati Pak Dharma yang sudah tidak sadarkan diri.
"Pa, Papaaaaaaa!"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...