Sheina harus menelan pil pahit karena laki-laki yang dibencinya dari SMA tiba-tiba menuduhnya sebagai wanita malam, dan membuatnya kehilangan mahkota yang selalu dijaganya. Tak cukup sampai di situ, Sheina juga harus menghadapi kenyataan bahwa ia telah hamil tanpa suami.
Akankah laki-laki itu bisa meluluhkan hati Sheina yang sudah terlanjur membatu, demi anak mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itta Haruka07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TGM Bab 24
Bara ingin sekali bersuara, meluruskan apa yang terjadi menurut sudut pandangnya. Akan tetapi, tangan neneknya menahan Bara untuk bersuara. Ia terpaksa diam dan mendengarkan apa yang Sheina ungkapkan.
Bara menggeser kotak tisu yang ada di hadapannya. Karena Sheina menunduk, wanita itu tidak bisa melihatnya.
"Apa yang dia lakukan setelah menodaimu?" tanya nenek sembari mengulurkan tisu untuk menghapus air mata Sheina.
"Jadi, saya sengaja nggak langsung pergi, karena saya tahu dia mabuk dan saya berharap dia akan bertanggung jawab. Tapi, saat kami bangun keesokan paginya, dia malah berkata akan mengganti pakaian saya yang dirusaknya. Padahal, harga diri saya juga sudah dirusak, tapi dia sama sekali tidak merasa bersalah. Saya tahu, dia membenci saya. Tapi, apa pantas dia menghancurkan kehidupan saya, hanya karena saya berhubungan dengan orang yang dia benci. Salah saya apa? Kenapa saya harus menanggung semuanya?"
Sheina menatap nenek Bara dengan wajah yang sangat basah. Riasan di wajahnya sudah terhapus seluruhnya. Suara Sheina sudah berubah parau karena menangis. Nenek juga ikut menangis melihat keadaan Sheina.
"Lalu kenapa kamu nggak minta pertanggung jawaban? Apa kamu tidak tau rumah Bara?"
"Saya juga tidak mengira kalau saya akan hamil. Saya diusir oleh orang tua saya karena kehamilan itu. Sebenarnya, saya sangat ingin menemui Bara dan memakinya di depan keluarganya. Tapi saya sadar, saya tidak punya bukti apa-apa. Bara menganggap saya wanita murahan. Dia tidak mungkin percaya kalau saya hamil anaknya, saya nggak mau dia semakin menginjak-injak harga diri saya. Dan akhirnya, dia nggak pernah benar-benar cari saya. Lalu, tiba-tiba dia datang setelah sekian lama, dan langsung mengakui Gabriel anaknya. Apa dia nggak pernah mikir gimana perasaan saya? Gimana saya menghadapi semuanya karena ulah dia. Apa saya salah kalau saya membenci dia, Nek?" tanya Sheina.
Nenek menggenggam tangan Sheina. "Nggak, kamu nggak salah. Kamu berhak membenci dia. Itu hak kamu. Tapi Gabriel, lihatlah Gabriel. Dia juga punya hak untuk mendapat tanggung jawab dan kasih sayang Bara sebagai ayah kandungnya."
Sheina menghapus air matanya.
"Sekarang, apa kamu mau dengar penjelasan Bara?"
Sheina menggeleng.
"Tapi dia juga punya hak untuk bersuara, dia punya hak untuk menjelaskan semuanya. Kamu bisa kan dengarkan Bara, seperti dia mendengarkan kamu bicara?"
Sheina hanya diam. Nenek akhirnya bertanya pada Bara.
"Jadi apa yang sebenarnya kamu lakukan?"
Bara menatap Sheina yang membuang muka, tidak sudi menatap laki-laki di hadapannya itu.
"Jujur, dari awal ketemu kamu, aku udah suka kamu Shein. Waktu itu kita ada lomba cerdas cermat antar kelas. Kamu pinter, cantik, dan menarik hati aku buat suka kamu. Aku lebih suka lihat kamu dari jauh. Tiap kali jam kosong, aku selalu ajak temen-temen keluar kelas, biar bisa ngintip kamu dari luar. Waktu itu kelas aku di atas, beda gedung sama kelas kamu, tapi sama-sama di lantai tiga. Aku lihat kamu dari jauh. Aku pikir, aku akan nembak kamu saat acara kemah tahunan, tapi ternyata kamu duluan sama Mondy. Kamu inget, siapa yang suka kasih coklat dan bunga di bangku kamu?"
Sheina menatap Bara.
Sheina seperti mengingat kembali masa-masa SMA-nya, masa saat ia memiliki pengagum rahasia, yang hampir setiap hari menaruh bunga, coklat, bahkan hadiah kecil.
"Itu aku Shein. Dari dulu aku emang pengecut, nggak punya keberanian. Kamu inget bunga apa yang terakhir aku kirim setelah kamu sama Mondy?"
Bunga lili. Benarkah dia pengagum rahasia itu?
"Mungkin kamu lupa, itu bunga lili. Aku sengaja beli di toko bunga. Padahal biasanya aku ambil di kebun mama. Kamu tau apa artinya bunga lili itu? Kata Mama, bunga lili itu melambangkan ketulusan dan kemurnian. Aku berharap kamu bisa merasakan ketulusan aku."
Sheina masih mendengarkan Bara. Pikirannya sangat kacau saat ini.
"Aku emang bodoh dan pengecut Shein. Karena kebodohan aku, kamu menderita sedalam itu. Aku minta maaf, kamu bisa hukum aku apa aja, asal kamu mau maafin aku."
🥀🥀🥀
Pendukung Daddy Bara nggak sabaran, Mommy Shein kan juga kasihan loh. 😭😭 Betewe aku udah up 5 bab hari ini, jangan lupa ritual jejaknya 😘😘😘
...****************...