Grace Jacorey, seorang editor di salah satu perusahaan media di California. Karena kecerobohannya bersama temannya membawanya ke dalam sebuah masalah. Ia dipertemukan dengan salah satu keturunan Walton, seorang pria tampan dan kaya raya. Sejak pertemuan itu, Grace merasakan jantungnya berdebar saat berada di dekat pria itu. Mungkinkah ia jatuh hati pada Pria itu? Akankah pria itu memiliki perasaan yang sama dengan Grace?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gelsomino, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34: Ingin Bercerai
Grace dan Kendrick tiba di kediaman Felip Walton. Keduanya turun dari mobil. Mereka bertemu dengan Helena yang terlihat cantik dengan gaun merah yang dipakainya. Helena tidak pernah gagal untuk masalah pakaian.
"Hai Bibi Helena," sapa Grace memeluk Helena.
"Maafkan Bibi ya sayang tidak bisa ikut makan malam dengan kalian. Bibi ada urusan mendadak," ujar Helena. Grace mengangguk.
"Mom mau kemana?" tanya Kendrick.
"Simon memintaku menemaninya menghadiri pesta ulang tahun temannya," ucap Helena.
"Baiklah, hati-hati mom. Katakan padanya untuk tidak mengantarmu terlalu malam mom," ujar Kendrick. Helena lalu mengangguk.
Grace mengerutkan keningnya. Bukankah Simon ayah Kendrick. Lalu kenapa Simon harus mengantarnya pulang. Bukankah mereka satu rumah? Ah, sudahlah. Itu bukan urusannya.
Sebuah mobil hitam berhenti di depan mereka, Kendrick yang mengenali pemilik mobil itu berdecak kesal. Ia melihat ayahnya turun dari mobil.
"Ayo Grace, grandpa dan grandma pasti sudah menunggu kita," ujar Kendrick menarik tangan Grace masuk ke dalam rumah. Grace melirik wajah Kendrick yang terlihat datar. Grace merasa ada yang aneh, Kendrick tidak menyapa ayahnya dan memilih masuk ke dalam rumah.
"Anakmu yang satu itu memang berbeda dari yang lain," ujar Simon terkekeh menatap punggung Kendrick yang semakin menjauh. Dari ketiga putranya, Kendrick lah yang paling berbeda. Kendrick pria pendendam seperti dirinya. Sangat sulit mendapatkan maaf dari pria itu apalagi setelah mengkhianati kepercayaannya. Kendrick selalu mengingatkan dirinya waktu muda. Hanya saja, ia lebih mudah memaafkan. Simon beralih menatap istrinya.
"Kamu selau cantik dengan pakaian apapun," puji Simon menatap penampilan istrinya. Helena tidak menggubris sedikitpun perkataan Simon, ia lalu masuk ke dalam mobil.
"Siapa wanita itu?" tanya Simon memasang sabuk pengamannya.
"Kekasih Kendrick," jawab Helena singkat.
"Apa kamu suka dia menjadi menantumu," ujar Simon mengemudikan mobilnya.
"Aku sedang tidak ingin banyak bicara. Berhentilah untuk mengatakan sesuatu," kata Helena menatap lurus ke depan.
"Kamu masih tidak percaya denganku?"
Simon menghela nafasnya, diamnya Helena sudah menjawab pertanyaannya. Sepertinya hubungan mereka akan semakin buruk.
"Aku ingin kita bercerai? Tidak bisakah kamu mengabulkan permintaanku ini. Aku lelah dengan semua ini Simon," ujar Helena membuat Simon menginjak rem mobilnya dengan tiba-tiba.
"Sudah kukatakan kamu tidak akan bisa lepas dariku Helena. Kalau kamu ingin cerai maka kamu harus siap untuk tidak bertemu dengan anak-anakmu," kata Simon merema.s kuat setir mobilnya.
"Mereka bukan lagi anak-anak, apa kamu pikir mereka akan memilihmu. Tidak Simon. Aku jamin mereka akan lebih memilihku. Aku akan mengurus kembali perceraian kita," kata Helena menatap marah Simon.
"Jangan pernah mengatakan itu lagi. Aku tahu kamu masih mencintaiku. Lupakan soal perceraian," ucap Simon mencoba menahan emosinya. Ia kembali mengemudikan mobilnya.
"Cintaku sudah hilang sejak kamu mengkhianati pernikahan kita jika kamu lupa itu," balas Helena.
"Aku sudah mengakui kesalahanku padamu," jawab Simon.
"Lalu mengulanginya lagi," kata Helena menahan rasa sakit di dadanya.
"Itu tidak benar Helena. Aku tidak pernah melakukan kesalahan itu lagi. Semua berita itu hanya omong kosong belaka. Tolong percaya pada ku," ucap Simon. Ia sudah berkali-kali meyakinkan istrinya tapi selalu saja gagal. Hening, tidak ada lagi pembicaraan diantara mereka hingga tiba di tujuan.
Simon dan Helena turun dari mobil, pria itu kemudian menggenggam tangan istrinya sembari berjalan. Karena saat momen seperti ini, Helena tidak akan menolak. Ia tidak ingin membuat malu keluarga Walton. Karena itulah Simon sering menghadiri banyak acara saat ia diundang agar bisa bersama dengan Helena. Kalau tidak, ia akan meminta anak pertamanya untuk mewakili dirinya.
"Tersenyum Helena, kita sedang di tempat umum," bisik Simon saat menyadari wajah masam istrinya.