Astin. Seorang siswa academy pahlawan peringkat bawah dengan reputasi buruk.
Menyadari dirinya pernah memiliki kehidupan lain. Ia mulai mengetahui tentang kebenaran dunia ini. Dari awal sampai menuju akhir.
Ia yang mengetahui masa depan mencoba merubah garis takdir yang akan menimpa diri beserta orang di sekitar.
Mencoba menyelamatkan. Menghindari tragedi. Dan mencegah akhir dari dunia.
Semoga saja. Dia dapat memanfaatkan semua pengetahuan itu. Jika tidak? Semua hanya akan binasa.
1000 kata per bab. Update? Kalau mood saja.
Lagu : Floating Star. (Kirara).
Lirik : Nemuri no... awa yuki... owari no yume wo miyou wo...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aegis aetna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di Balik Layar
...Cerita berlanjut....
Episode tiga puluh empat.
Malam setelah Astin kembali terlelap. Marika segera menyembunyikan semua bukti dengan rapi. Tidak ada bau wewangian dan afrodisiak yang ia gunakan untuk menjerat Astin.
Sehingga di pagi harinya ia dapat melanjutkan rencana tanpa mengkhawatirkan apapun lagi.
Sementara wajah lelaki di sampingnya terlihat sangat pucat. Seolah ia akan mendapat suatu penghakiman yang berat. Setelah menunggu beberapa waktu, dan tidak ada reaksi berarti dari Astin. Marika membalikkan tubuh, hanya untuk melihat wajah Astin yang ketakutan.
Ia tidak menyangka, bila Astin akan memberi reaksi seperti ini. Sangat kontras dengan sikap tenang dan aura sombong yang ia pancarkan.
Namun Marika segera menyadari, bahwa lelaki ini masih sangat muda. Walau begitu, bukankah ini sebuah kesempatan bagus?
.
Nurani Astin semakin terkoyak parah. Melihat gadis di sampingnya memandangnya sembari menangis, meminta maaf, dan menyalahkan dirinya sendiri... Astin rasa semua itu salah...
Sebagai seorang lelaki, ia tak kuasa melihat seorang gadis menderita atas perbuatannya.
Setelah menenangkan diri,
Astin mengulurkan tangannya yang nampak gemetar. Menggapai bahu Marika, mencoba untuk menenangkannya. Bagi seorang gadis, kesucian adalah segalanya... Terutama bagi nona bangsawan yang terhormat.
Tidak ada lelaki yang akan mau menikahinya bila dia sudah ternoda. Kecuali mereka yang memiliki cukup kedudukan, atau rela menjadi selir dari bangsawan mesum.
Astin sudah benar-benar menghancurkan masa depan Marika. Bahkan di hari pertama pertemuan mereka.
Bila dia tidak mengambil tanggung jawab. Sudah pasti hidup Marika akan menderita.
Dirinya bukanlah bajingan yang suka merusak seorang gadis seperti itu. Dia memiliki ibu tiri yang sangat ia cintai, dan kakak perempuan yang ia sayangi.
Walau dia belum memiliki ketertarikan pada gadis manapun, dan cenderung bersikap acuh terhadap mereka.
Tapi Astin tidak akan melakukan hal kejam seperti ini terhadap mereka.
Dengan rasa bersalah yang semakin menjadi, Astin menarik Marika dalam pelukannya... Ia kemudian berjanji akan bertanggung jawab penuh atas kehidupan Marika.
Dan untuk lebih memastikan, mereka bahkan melakukan kontrak darah.
Astin berjanji akan memperlakukan Marika dengan baik, juga menjadikan Marika sebagai salah satu istrinya nanti. Walau Marika harus merasa puas, menjadi istri ke empat atau ke lima Astin.
Sebab dengan statusnya yang tidak setara, dan juga Astin sudah bertunangan dengan Restia,
Tidak mungkin bagi dirinya melangkahi Restia serta calon tunangan Astin yang lainnya.
Yang terpenting baginya saat ini adalah selalu berada di samping Astin, dan memperdalam hubungan mereka.
.
Hubungan mereka terbilang cukup mulus... Dengan skill yang dimiliki Marika, membuat hubungan mereka tak diketahui orang lain... Astin juga semakin larut dalam sikap lembut dan kasih sayang Marika.
Namun di sisi lain, Astin semakin merasa tak nyaman, akan gadis lain yang mendekatinya.
Terutama terhadap Restia yang seringkali melakukan kontak fisik secara tiba-tiba...
Jauh di dalam dirinya, ia merasa sangat takut. Bila sampai melakukan hal yang sama seperti apa yang telah ia lakukan terhadap Marika.
Mungkin Marika masih bisa ia atasi. Tapi dia tidak tahu, masalah apa yang akan terjadi bila gadis yang lebih berkuasa, ataupun memiliki kekuatan lebih dari dirinya, menuntut akan perbuatannya.
Seolah mendapat kesempatan emas. Melihat ketidaknyamanan tuan mudanya, seringkali Marika menghalau gadis lain, bahkan ia juga berani menghalangi Restia atas nama Astin.
Seperti yang diinginkan Marika, gadis yang mencoba untuk mendekati Astin semakin berkurang... Hanya mereka yang memiliki cukup kedudukan saja, yang masih berani mengerumuninya.
Seperti calon tunangannya, maupun putri dari kerajaan lain.
Merasa dirinya yang paling dekat dengan Astin, dan selalu dimanjakan olehnya.
Membuat Marika jadi besar kepala. Ia mulai berani menuntut Astin agar lebih memuaskan hasratnya. Bahkan meminta Astin melakukan hal yang di luar batas.
Awalnya Astin merasa nyaman berhubungan dengan Marika... Namun ia semakin merasa kewalahan, memenuhi keinginan Marika yang terkadang melewati batas moralnya.
Ia mulai membatasi kontak, dan bertindak lebih tegas terhadap Marika.
Menyadari perubahan sikap tuan mudanya, ada ketidaksenangan yang muncul dalam benak Marika.
Terlebih saat Astin mulai menunjukan ketertarikan terhadap seorang gadis...
Padahal selama ini, Astin selalu menghindari mereka. Tetapi Marika tidak bisa membantah perintah tuan mudanya,
Walau mereka terikat dengan kontrak darah yang mengikat jiwa mereka. Ada batasan yang tidak boleh dilanggar,
Seperti Astin yang berjanji akan menjaga Marika di sisinya, dan menjadikan dirinya sebagai salah satu istri.
Marika diharuskan mematuhi dan melayani Astin dengan segenap hatinya. Ia tidak boleh memrotes, bahkan bila Astin menginginkan gadis lain...
Untuk mencegah semakin banyak gadis yang menjadi saingannya, Marika mulai menyebar rumor buruk tentang Astin. Ia menceritakan terhadap sesama pelayan lainnya, mengenai Astin yang gemar bermain wanita, bahkan menjadikan dirinya sebagai pelampiasan.
Di sisi lain, para gadis merasa iri dengan hubungan mereka. Dan lainnya merasa bersimpati terhadap Marika.
Sedangkan para lelaki mulai membicarakan kejelekan Astin... Dan mereka menyebarkan rumor tersebut pada majikan mereka.
Tentu dengan skill yang ia miliki, keterlibatan Marika dengan rumor yang ia sebar menjadi absurditas.
Dan tak butuh waktu lama, untuk menjadikan Astin sebagai topik hangat.
Ditambah dengan fakta yang mendukung, reputasi Astin di mata murid lain semakin jatuh...
Bahkan sebagian instruktur mulai memandangnya sebelah mata.
Awalnya Astin merasa terganggu akan ocehan mereka, namun ia segera terbiasa dan hanya mengabaikan. Apalagi sebagian besar rumor tersebut memang benar.
Dirinya dengan keji merudapaksa pelayannya sendiri. Mengabaikan tunangan. Dan dengan percaya diri masih mengejar cinta gadis lain.
Untuk mempertahankan peringkatnya, ia juga tak segan menindas murid yang lebih lemah...
Sebagian tindakan Astin telah dicampuri oleh sifat licik Marika. Demi mendapat pujian dari Astin, ia tidak sungkan untuk memberi saran merebut poin dari murid lain. Dengan alasan, sudah seharusnya tuan mudanya ini berada di atas yang lain. Semakin membangkitkan sifat sombong Astin,
Membuat banyak orang merasa sungkan untuk menjalin hubungan dengan tuan mudanya ini.
Tetapi, walau rencananya berjalan tanpa masalah. Marika merasa terancam sebab hubungan yang semakin merenggang.
Tuan mudanya itu, tidak menyerah dengan gadis yang dikejarnya, walau sudah ditolak dan diabaikan berulang kali.
Marika merasa sangat frustasi.
Beraninya putri angkat dari seorang baron sepertinya membuatnya jadi seperti ini...
Sudah satu minggu lebih, Marika tidak dapat melampiaskan hasratnya, sebab Astin selalu menolak dan malah memintanya untuk membantu mendapatkan gadis yang ia sukai.
Mau bagaimana lagi? Terpaksa Marika harus mengambil langkah yang sedikit ekstrem.
Ia melakukan sesuatu terhadap artefak yang Astin miliki... Selama ini, tuan mudanya itu selalu menyibukkan diri dengan hobinya...
Ia hanya ingin membuat Astin sedikit terluka, agar kembali bergantung padanya. Namun ia malah dibuat cemas, akan perubahan sikap Astin setelah pulih dari lukanya.
Dia bersikap lebih tegas, seolah tidak bisa diganggu gugat. Namun di sisi lain, ia juga bersikap lebih lembut dan perhatian dari sebelumnya.
Marika dibingungkan dengan permintaan yang diajukan, saat tuan mudanya itu baru tersadar sebelumnya.
Marika diminta untuk membeli beberapa item. Kemudian mengawasi seorang murid.
Banyak pertanyaan yang berlayar di dalam benak Marika, menyaksikan banyak kejadian dan mendapat perintah yang tidak terlalu ia pahami dari tuan mudanya.
Namun perubahan yang paling mengguncang Marika, adalah sikap Astin yang lebih lembut terhadap gadis di sekitarnya.
Walau ia nampak marah terhadap mereka, tapi ia tidak membiarkan Marika menyakiti mereka.
Bila saja waktu itu Marika berada di gedung arena, dia pasti akan sangat panas, melihat Astin bersumpah kemudian mencium Restia di hadapan semua orang... Sayangnya adegan tersebut tidak lebih panas, dibanding siswa peringkat atas yang mengamuk mengacaukan turnamen academy.
Jadi informasi rincinya tidak sampai di telinga Marika. Namun semua itu sudah tidak penting lagi... Marika sudah berhasil mencapai tujuan agar dirinya lebih diperhatikan Astin.
Bahkan ia sekarang lebih dimanjakan, dan keinginannya kembali dituruti.
***
Marika tersenyum manis, sembari melahap manisan dari suapan Astin. Dia benar-benar sosok pangeran yang sangat diimpikannya...
.
Sementara Astin semakin merasa lega, dan tersenyum lembut, melihat ekspresi bahagia gadis yang duduk berdampingan dengannya...
"Hehehe... Tuan muda, Chu~♡"
Tanpa peringatan, Marika mendekatkan wajahnya dan mengecup pipi Astin.
Astin tersenyum mendapat perlakuan lembut dari Marika... Ia balas mengecup lembut pipi Marika... Kemudian ia menarik Marika dalam dekapannya...
Mereka mengobrol beberapa waktu... Saling bersandar berdampingan, menikmati teh, dan melihat suasana sore kota yang ramai di balik jendela lantai dua.
Tanpa memikirkan, bila ada gadis yang akan mengamuk, kalau saja melihat kemesraan mereka berdua.
...Bersambung....