NovelToon NovelToon
Langit Yang Redup

Langit Yang Redup

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Keluarga / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Trauma masa lalu
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: rahma qolayuby

Kelanjutan Novel 'Sepucuk Surat'
Khusus menceritakan kisah kakak Ifa, putri pertama Farel dan Sinta. Namun, Alurnya akan Author ambil dari kisah nyata kehidupan seseorang dan di bumbui pandangan Author untuk menghiasi jalan cerita.
Semoga kalian suka ya🥰🥰

------------------------

"Haruskah aku mengutuk takdir yang tak pernah adil?"

Adiba Hanifa Khanza, Seorang gadis tomboy tapi penurut. Selalu mendengarkan setiap perkataan kedua orang tuanya. Tumbuh di lingkungan penuh kasih dan cinta. Namun, perjalanan kehidupan nya tak seindah yang di bayangkan.

"Aku pikir menikah dengannya adalah pilihan yang terbaik. Laki-laki Sholeh dengan pemahaman agama yang bagus tapi ..., dia adalah iblis berwujud manusia."

Mampu kan Ifa bertahan dalam siksa batin yang ia terima. Atau melepas semua belenggu kesakitan itu?

"Kenapa lagi, kau menguji ku Tuhan?"

Ikutin kisahnya yuk, jangan sampai ketinggalan.

Salam sapa Author di IG @Rahmaqolayuby dan Tiktok @Rahmaqolayuby0110

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rahma qolayuby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18 Surat cerai

Akmal benar-benar kesal pada Ifa. Ifa tak bisa di ajak damai. Memohon dan minta maaf dengan cara apapun. Keputusan Ifa tetap sama. Ifa meminta pisah.

Mau tak mau, Akmal mengabulkannya. Apalagi, mengingat bagaimana keluarga Ifa. Akmal tak mau cari masalah dengan mereka. Lebih baik menyelamatkan diri saja. Toh, Akmal juga sudah merasakan kemewahan kekayaan Ifa dan juga tubuhnya.

Sungguh picik dan biadab nya pikiran Akmal. Yang hanya ingin enak nya doang. Hidup numpang, di keluarga Ifa. Tidak bertanggung jawab sama sekali.

Laki-laki banci dan bajingan, cocok tersemat di diri Akmal. Laki-laki tak bermoral. Hanya ingin hidup enaknya saja.

Tapi, Ifa merasa lega karena tak ada harta yang Akmal berikan hingga tak ada yang harus di perdebatkan. Karena memang selama ini Akmal tak pernah memberikan apapun pada Ifa. Bahkan, uang mahar pun Ifa kembalikan karena gak mau di tuntut ganti rugi.

Hallo, ganti rugi apanya. Dari awal menikah pun semua biaya di tanggung keluarga Ifa. Akmal hanya tinggal menikmatinya saja. Dasar laki-laki tidak bersyukur, ingin untung nyatanya jadi buntung.

Allah tak akan membiarkan kezaliman itu terus terjadi.

Pada akhirnya, Akmal datang ke kediaman Adam Hawa membawa surat cerai. Akmal tak mau terus mengemis dan merendahkan diri. Jika Ifa ingin cerai maka Akmal akan menceraikannya. Toh, Akmal bisa mencari wanita lain yang jauh lebih cantik dari Ifa.

Yang rugi, Ifa sendiri. Bagaimana pandangan orang memandang Ifa rendah karena statusnya jadi janda. Apalagi pernikahan mereka baru berusia dua bulan lebih.

Tak ada kata maaf yang terucap di bibir Akmal sebagai basa-basi.

Akmal datang mengantarkan surat cerai lalu pergi setelah bicara dengan Abi Farel. Entah apa yang mereka bicarakan. Yang jelas, Akmal terlihat memerah seperti menahan malu.

Belum lagi Harfa menatap sinis, Akmal dan mencibirnya. Membuat Akmal kesal. Walau tidak di hadapan Akmal langsung, Akmal masih tetap mendengarnya.

"Dasar tak tahu, malu. Laki-laki banci."

Cibir Harfa belum puas. Harfa tidak pernah di ajarkan berkata kasar oleh kedua orang tuanya. Tapi, mengingat bagaimana kondisi sang kakak membuat Harfa kesal dan juga benci. Rasanya Harfa ingin menendang dan meninju Akmal agar terpental ke Laut Antartika. Biar membeku di sana dan mati pula hasratnya. Agar tak ada lagi korban seperti Ifa di kemudian hari.

Saking kesalnya, Harfa benar-benar tak bisa menjaga ucapannya.

Sumpah sarapan terus Harfa lontarkan. Seolah belum puas. Sampai suara Harfa menjadi serak sendiri.

Rintik hujan mulai turun, seolah sedang menghapus jejak Akmal. Bahkan jejak kakinya pun seolah alam ingin menghilangkannya.

Sudah cukup puas mengupat, Harfa menatap ke arah ruang keluarga. Tidak mendapati kakak Ifa di sana. Harfa tahu, pasti kakaknya sudah masuk ke dalam kamar. Hanya ada Abi Farel dan ummah Sinta saja di sana.

Terlihat raut kesedihan di wajah kedua orang tuanya. Membuat Harfa tak tega. Harfa pun tak berani mendekat. Di sini pasti Abi Farel dan ummah Sinta yang paling sedih akan ujian yang menimpa kakak Ifa.

Tidak ada yang tahu, jika pada akhirnya jalan kehidupan Ifa harus begitu.

Di dalam kamar, Ifa menatap surat cerai yang di berikan Akmal. Ifa tersenyum getir. Antara sedih dan juga bahagia, Ifa tak tahu. Yang, jelas, hati Ifa merasa lega akan semuanya.

Hari ini, resmi Ifa menyandang status janda. Tidak terlalu buruk. Itu lebih baik dari pada tekanan batinnya rusak.

Ifa tak peduli pandangan orang lain. Yang terpenting, bagi Ifa semua keluarga nya mendukung.

"Ini bukan jalan yang aku inginkan. Tapi, bukan pula jalan yang ingin aku pertahankan. Lebih baik melepas, dari pada bertahan hanya luka yang di dapatkan."

Gumam Ifa menekan dadanya. Meyakinkan diri, jika semua akan baik-baik saja.

Ifa menatap keluar jendela. Tercetak jelas, jejak air hujan yang menelusuri jendela. Membentuk abstrak, mengalir jatuh ke bawah.

Hujan seolah sedang menyelimuti Ifa. Menunjukan jika semua akan baik-baik saja. Jejak langkah dan baunya pun sudah menghilang saat air hujan jatuh. Berganti bau tanah kering yang berubah basah. Dedaunan mengeluarkan harum khas nya.

Ifa tersenyum, mengulurkan tangan. Membiarkan air hujan membasahinya.

"Terimakasih, sudah menjadi perantara kesedihan ku."

Ucap Ifa, hatinya benar-benar merasa lega. Tak ada drama tangis atau apapun. Seolah kesedihan Ifa sudah terwakili oleh air hujan.

Sudah puas berdiri di depan jendela sambil bermain air hujan. Ifa perlahan menutup jendela kamarnya kembali.

Ifa merasa tubuhnya mulai kedinginan. Memilih naik ke atas ranjang menyelimuti diri.

Ifa ingin tidur sejenak, seolah apa yang terjadi pada hidupnya adalah sebuah mimpi buruknya. Ifa berharap ketika bangun, ia kembali pada diri Ifa tiga bulan lalu sebelum menikah.

Ifa benar-benar tertidur pulas. Mencoba menghapus mimpi buruknya dengan mimpi indah.

Ketukan pintu tak membuat Ifa terusik. Ifa malah menarik selimutnya.

Di luar, depan pintu kamar Ifa, Harfa sedang berdiri dengan kening mengerut. Merasa heran kenapa tak ada sahutan dari sang kakak. Takut terjadi sesuatu pada sang kakak. Harfa kembali mencoba mengetuk pintu kakak Ifa.

Tetap saja, tak ada sahutan. Harfa mulai cemas. Takut, kakaknya melakukan hal yang tidak-tidak.

Mengingat, kakak Ifa tidak pernah mengunci pintu kamarnya. Harfa langsung menerobos masuk. Tak peduli kakak nya nanti marah atau tidak.

Deg!

Harfa tertegun melihat kakak Ifa sedang tertidur. Terlihat pulas, pantas saja tak ada sahutan. Tapi, Harfa merasa heran. Tak biasanya jam segini kakak Ifa tidur. Mungkin, kejadian tadi membuat Ifa butuh istirahat.

Karena merasa aman dan baik. Harfa memilih keluar takut kehadirannya menggangu sang kakak.

Di tutup pelan pintu kamar Ifa, saking pelannya tidak terdengar bunyi sedikitpun.

Perlahan, mata Ifa terbuka. Terlihat sayu dan memerah. Sebetulnya, Ifa sudah tidur, tapi terbangun saat merasa ada langkah kaki mendekat. Ifa tetap diam saja.

Ifa menyibak selimut, mencoba mendudukkan diri. Ifa memijit pelipisnya yang terasa berat.

"Pusing."

Gumam Ifa, kepalanya terasa berdenyut. Ifa menyeret kakinya menuju kamar mandi. Guna membersihkan tubuh. Sebentar lagi magrib.

Sudah sholat magrib, Ifa menyandarkan punggungnya ke sisi ranjang. Tubuhnya merasa tak enak. Ifa tak tahu kenapa? Seolah ada sesuatu yang terjadi.

Ifa tak mau sakit, Ifa harus kuat. Ifa tak ingin kedua orang tuanya nampak sedih.

"Astaghfirullah!"

Ringis Ifa memegang kepalanya yang terasa berputar. Ifa benar-benar merasa ada yang salah dengan tubuhnya.

Entah kenapa, kepalanya sering sekali sakit. Ifa menatap jam, ternyata sudah pukul 17:34. Ifa segera beranjak ke kamar mandi guna membersihkan tubuh. Mungkin, karena Ifa tidur sore, membuat kepalanya sakit ketika terbangun.

Sudah selesai membersihkan diri, Ifa terlihat nampak segar kembali.

Seperti nya benar, kata sepuh. Jika tak boleh tidur setelah sholat ashar. Bisa membuat sakit kepala.

Ifa sudah merasa lebih baik setelah mandi. Tak lama adzan magrib berkumandang. Ifa segera menjalankan kewajibannya.

Ini lembaran baru lagi yang akan Ifa jalani. Sendiri ternyata tidaklah buruk dengan status jandanya. Ifa akan menjalaninya.

Ifa masih belum menyangka jika pada akhirnya gambaran yang ia bayangkan tentang sebuah pernikahan tidak lah sama.

Dari novel atau pun film yang pernah di baca dan tonton. Tergambar indah dan menyenangkan. Nyatanya, real nya tak sesuai realitas.

Bersambung ....

Jangan lupa tinggalkan jejak ya 🙏🙏🙏

1
DISTYA ANGGRA MELANI
Oh malang sekli hidup zain kecil, smg hnya prank aja, smg ada kesembuhan untuk baby kecil... Smngt
Siti Wiharti
bagus ceritanya jadi terbawa ikut ngerasa jadi Ifa😭
Rahma Qolayuby: Alhamdulillah, terimakasih kakak. Jangan jadi Ifa ya🤭
total 1 replies
Jumi Saddah
👍👍👍👍👍👍👍👍😍
Jumi Saddah
ntar lahir jgn mirip bapak tpi mirip ibu nya,,,
Rahma Qolayuby: Aamiin 🥰
total 1 replies
Diah Bundayaputri
dasar biadab😡😡😠😠😠👹👹👺
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!