Floating Destiny
...Cerita dimulai....
Episode satu.
Cahaya biru, sedikit terpantul pada ambang jendela yang mulai terbasahi embun malam. Astin memandangi kilauan tersebut dengan mata ruby-nya yang menatap kosong.
Helaan napas merasuk ke dalam dada yang sedikit terasa sesak, mencari kesegaran udara yang berhembus di bawah angkasa bertabur sinar cemerlang.
Suasana dingin mulai menyentuh diri yang tengah terduduk bersandar, pada kaca crystal bening yang membiarkan pemandangan di luar terlihat jelas.
Bunga Alfilis berkelopak putih di taman terlihat agak bergoyang, dengan beberapa kelip cahaya putih terbang mengitari sekitar. Akan tetapi...
Begitu sepi. Jelas sekali bila malam sudah semakin larut. Walau demikian, Astin yang tengah mengemban berbagai pemikiran masih tetap terjaga.
Kepalanya yang berhias rambut putih bersih nan panjang mulai ikut bersandar. Sehingga cerminan paras yang begitu menawan samar terlihat.
"Haah... Konyol sekali, bisa-bisanya aku menerima tantangannya tanpa mengetahui batasan diri."
Hembusan napas keluar dari bibir tipis cream pucat Astin yang sedikit terbuka, berharap itu dapat mengusir rasa sesak di dada.
-
Siang tadi. Saat ia berada di academy. Astin mendekati seorang gadis yang sangat ia sukai. Namun sayang, gadis itu merasa risih dengan pendekatan yang Astin lakukan.
Setelah sekian kali ia menahan diri, akhirnya gadis itu mengungkapkan ketidaksukaannya. Tetapi Astin yang tidak terima, menyeret gadis tersebut menuju sudut yang cukup sepi.
Gadis itu lantas memberontak sembari berteriak. Sungguh sial! Teriakannya malah terdengar oleh seseorang.
Dia merupakan anak laki-laki yang selalu bersama dengan gadis tersebut. Melihat gadis yang ia lindungi hendak diserang, oleh lelaki yang dirumorkan gemar bermain wanita,
Jelas sekali membuat anak laki-laki itu sangat marah. Ia lantas mengarahkan pedang pada Astin sembari mengutuk.
Astin yang merasa tidak bersalah lantas membela diri. Pada dasarnya ia sama sekali tidak memiliki niat melakukan hal sejauh itu, apalagi terhadap gadis yang sangat ia hargai.
Tetapi rumor tentang dirinya suka bermain wanita, telah membuat pembelaannya tidak mungkin di dengar.
Beruntung gadis itu masih mau membela Astin. Sehingga anak laki-laki yang hendak menghakiminya mengambil keputusan lain.
Dan sekarang, Astin tengah dipusingkan oleh tantangan berduel dari anak laki-laki tersebut.
Mustahil bagi Astin untuk memenangkannya. Anak laki-laki yang menantang dirinya adalah siswa peringkat teratas dari semua angkatan murid tahun pertama.
Walau dia hanya anak dari seorang kesatria yang memiliki status sosial rendah, tetapi dia memiliki kemampuan yang sangat luar biasa. Bahkan dia sudah mendapat julukan sebagai calon kesatria suci pada usia muda,
Dan digadang-gadang akan menjadi pahlawan masa depan. Sedangkan Astin?
Ia hanyalah siswa peringkat bawah, yang sering membuat ulah. Bahkan peringkatnya tersebut sedikit terselamatkan oleh statusnya.
Astin merupakan tuan muda penerus keluarga bangsawan kelas atas. Walau kemampuannya tidak setinggi statusnya.
Kebanggaannya lah yang membuat Astin menerima tantangan yang tidak mungkin ia menangkan tanpa pikir panjang.
Akan jatuh harga diri Astin jika menolaknya. Apalagi saat itu Astin berada di hadapan gadis yang sangat ia sukai.
Yah, sangat konyol memang. Mungkin besok ia hanya akan dihajar habis-habisan tanpa dapat melakukan perlawanan.
Oleh sebab itu otaknya sedang berputar mencari solusi. Tetapi pikirannya sekarang agak kacau.
Bukan saja hal tersebut yang membuat Astin masih terjaga sampai saat ini. Dia dibuat bingung oleh sebuah ingatan yang tiba-tiba muncul di kepalanya.
-
Sepulang dari academy. Seperti biasa Astin menggeluti hobinya, membongkar serta memasang berbagai macam artefak.
Astin menenggelamkan diri dalam dunianya. Berharap itu dapat sedikit menambah rasa percaya diri, untuk menghadapi pertandingan esok hari.
Kesalahan terjadi. Artefak yang ia otak-atik mengalami kerusakan dan akhirnya meledak. Pikirannya yang kehilangan fokus membuat kecelakaan itu tidak dapat dihindari.
Bekas noda darah yang telah dibersihkan terlihat tidak jauh dari kursi putih yang ia singgahi.
Yang tersisa kini hanyalah perban untuk membalut luka di kepala. Beserta sebuah ingatan bahwa...
.
Astin pernah hidup di dunia yang benar-benar berbeda dengan dunianya saat ini. Di dunia tersebut Astin menjalani kehidupan sebagai seorang lelaki dewasa.
Namun dia memiliki kehidupan yang cukup menyedihkan. Dia menyukai seorang wanita. Tetangganya. Sangat cantik. Dan selalu ramah terhadapnya. Kejadian mengejutkan terjadi.
Ayahnya tiba-tiba mengabari akan menikahi wanita yang ia sukai. Sehingga membuat ia sakit hati. Ia sempat bertengkar hebat dengan ayahnya sebab tidak menyetujui.
Walau pada akhirnya ia lebih memilih untuk mengalah demi keutuhan keluarga. Tetapi setelah ia memasuki universitas. Ibu tirinya terlihat mulai tertarik pada dirinya.
Ia juga sebenarnya masih memendam rasa. Tetapi dia tidak ingin hubungan keluarganya menjadi hancur hanya sebab seorang wanita.
Jadi dia memilih untuk menjalin hubungan dengan gadis sebayanya saja.
Tetapi setelah dua tahun mereka menjalani hubungan. Temannya memberitahu, bahwa kekasihnya telah berkhianat. Ia tidak percaya. Tetapi dia juga ingin memastikan kebenarannya.
Dia bergegas menuju sebuah kafe yang ditunjuk oleh temannya. Dan betapa sakit hatinya ia, kekasihnya terlihat tengah berduaan dengan seorang lelaki. Dia mengenal siapa lelaki itu.
Seorang senior yang cukup populer, dan dirumorkan suka bergonta-ganti pasangan.
Tetapi dia tidak ingin mempercayai, kemungkinan mereka hanya sedang mengobrolkan sesuatu.
Seperti itu yang ia harap. Tetapi apa?! Bahkan lebih menyakitkan. Melihat kekasihnya pergi menuju sebuah hotel bersama senior itu.
Sudah tidak ada harapan. Jelas sekali apa yang akan mereka lakukan. Ia lantas menghubungi gadis yang tega mengkhianatinya.
Dia menatap mereka yang hendak memasuki hotel dari kejauhan. Kekasihnya berteriak, menyadari kelakuannya telah diketahui.
Tetapi ia hanya bisa memasang ekspresi jijik. Setelah mengirim pesan untuk mengakhiri hubungan, dia lantas pergi menjauh.
Setiap hari mantan kekasihnya menghubungi dirinya. Meminta maaf, ingin menjelaskan, berharap mereka untuk kembali. Sia-sia. Sudah tidak ada lagi rasa percaya.
Dia merasa depresi, kisah cintanya gagal untuk kedua kali. Seperti itu sampai pada akhirnya... Dia dipanggil untuk mengikuti wajib militer.
Yah... Mungkin dengan ini dia dapat melupakan orang-orang yang telah membuatnya sakit hati. Akan tetapi...
Mengerikan. Medan perang benar-benar lebih mengerikan daripada yang ia kira.
Banyak rekannya yang berguguran. Seolah nyawa mereka tidak berharga. Berharap ingin kembali. Tetapi di rumah tidak ada sesuatu yang menyenangkan sama sekali.
Sampai akhirnya, ia terbiasa bertaruh nyawa setiap kali menjalankan misi berbahaya.
-
Empat tahun berlalu. Setelah misi perebutan wilayah perbatasan ini, akhirnya dia akan dipulangkan...
Sangat naas. Rekan-rekannya habis ter-bantai. Dia sendiri. Menyelinap menuju camp musuh yang ditelan rasa kemenangan.
Mereka berpesta, di tengah bau darah dan mesiu yang menyeruak penciuman.
Kelengahan lawan membuat dia menyelinap begitu mudah. Ratusan ranjau serta peledak telah ia tanam di sekitar camp musuh.
Dan... Tamatlah dia. Kepalanya tertembus peluru. Sepertinya itu hanya taktik musuh, untuk mengundang dia yang ditakuti dalam medan pertempuran, agar masuk ke dalam perangkap mereka.
Suara tawa serta sorakan kemenangan memenuhi medan yang sangat kacau.
Dan langit kelabu akhirnya menurunkan berkahnya. Mengirim hujan deras untuk mengguyur jasad yang tidak bernyawa.
...
Ada informasi lain. Informasi saat lelaki itu belum memiliki ketertarikan terhadap wanita yang menjadi ibu tirinya.
Sangat menarik. Lelaki itu memiliki informasi tentang dunia yang sekarang Astin tempati 'Arcania'. Bagaimana bisa?
Game? Apa dunia ini tidaklah nyata? Seperti itu sudut pandang yang dimiliki lelaki dalam ingatannya.
Tetapi Astin tidak memusingkan hal itu. Dia hanya tertarik dengan. Bahwa di dalam game tersebut, menceritakan dunia ini dari awal sampai menuju akhirnya.
Dia mengetahui masa depan. Begitu pula dengan Astin yang mewarisi ingatannya.
Astin menyeringai. Walau pikirannya masih dilanda kebingungan, tetapi akhirnya ia mendapatkan solusi...
"Lebih baik aku tidur saja untuk saat ini..."
...Bersambung....
...Astin Van' Augustine. Pinterest....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Atuk
⭐⭐⭐⭐⭐
2024-11-09
0
Bilqies
aku datang membawa subscribe dan maaf bisa setor jempol dulu Thor, poinku habis 😭😭🙏🙏
2024-08-05
1
Bilqies
gak bisa bayangin gimana perasaan si Astin, pasti nyesek tuh 😭😭
2024-08-05
1