Aku Bukan Wanita Penghibur

Sendu duduk di tepi ranjang tempat tidur. Dia menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Ada rasa bersalah dan penyesalan yang cukup besar di hatinya. Tak pernah terbesit sedikit pun di pikirannya untuk membuat Alex menjadi anak yang durhaka kepada orangtuanya.

Sebab niat awal sendu meminta Alex menikahinya bukanlah untuk terus menjadi istri Alex. Tapi hanya menginginkan hubungan badan yang halal saja. Karena dia sudah terlanjur di anggap sebagai wanita penghibur oleh Alex saat itu.

Sekarang, setelah dia tahu jika Alex ternyata jatuh cinta padanya, Sendu semakin sulit untuk melepaskan diri dari Alex. Sebab alasan Alex menikahinya telah berpindah arah. Dari sekedar ingin menikmati tubuhnya menjadi keinginan untuk menjadi pasangan suami istri sesungguhnya. Sendu menjadi bingung sendiri.

Apakah tadi aku sudah berdosa ya Allah, karena sudah meminta cerai pada suami ku sendiri?

"Sendu... " Alex datang dan ia langsung duduk di samping Sendu. Tangannya ingin sekali mengelus kepala sang jelita. Namun dia tarik undur lagi tangannya.

"Sendu... kamu mau aku bagaimana?" Tanya Alex. Mencoba untuk membuka celah untuk hubungan mereka.

Sendu masih terdiam. Tak berani lagi dia berucap apa-apa. Perlahan dia lalu melepaskan dekapan tangannya dari wajahnya. Mengalihkan atensinya kepada pria yang ada di sampingnya.

قُلْ تَعَالَوْا اَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ اَلَّا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًاۚ وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَوْلَادَكُمْ مِّنْ اِمْلَاقٍۗ

Katakanlah (Muhammad), “Marilah aku bacakan apa yang diharamkan Tuhan kepadamu. Jangan mempersekutukan-Nya dengan apa pun, berbuat baik kepada ibu bapak, janganlah membunuh anak-anakmu karena takut miskin.

"Surah Al an'am ayat 151." Ucap Sendu setelah dia selesai membacakan sepenggal ayat alquran dan terjemahannya di hadapan Alex.

Mata Alex dan Sendu kembali bertemu pandang. Alex sampai bingung harus berkata apa lagi kepada istrinya itu. Jika sudah berbicara prinsip Sendu selalu lebih dominan. Sebab memang tak ada kata yang bisa membantah apa yang sudah Kitab Suci tuliskan.

"Jadi kamu mau aku sekarang berbuat apa?" Tanya Alex.

"Pulanglah dulu pak. Minta maaflah pada orangtua bapak. Setelah itu nanti kita bisa pikirkan lagi. Yang penting sekarang, bapak sudah mendapatkan pengampunan dari mereka." Jelas Sendu.

Alex terdiam lagi mendengar permintaan Sendu. Antara logika dan hatinya sekarang tengah berperang ricuh. Ego Alex yang tinggi seangkasa raya tiba-tiba saja runtuh seketika hanya dalam satu kalimat sang jelita.

Alex mengangguk pelan lalu tersenyum kepada Sendu. Dia meraih tangan sang istri lalu mengecupnya.

...🍃🍃🍃...

Mama Gita sedang duduk di tempat yang biasa menjadi spot favorit wanita paruh baya itu. Tepi kolam renang.

"Hai ma..." Gianna lalu duduk di samping mama Gita.

"Adek mu, Na..." Ucap mama Gita lirih.

Gianna lalu memegang tangan mamanya. Dia berusaha menenangkan wanita tua itu.

"Ma, nggak usah di pikirin. Nanti juga dia bakal balik ke sini."

Belum lama Gianna bicara, Alex sudah berdiri di depan pintu. Dia datang sendiri, tanpa Sendu.

"Nah, itu dia." Seru Gianna dan berlalu meninggalkan mama Gita.

Gianna ingin memberi ruang kepada ibu dan putra itu untuk mengobrol berdua saja. Mama Gita langsung berbalik melihat ke arah Alex.

Alex langsung berjalan mendekati sang mama. Dia peluk wanita paruh baya itu yang langsung di sambut dengan isak tangis sang mama.

"Gilang minta maaf ma..." Ucap Gilang.

"It's oke my son. It's oke..."

Alex melepaskan pelukannya. Dia lalu duduk di dekat mama Gita dengan tangannya merangkul sang mama. Alex mengusap air mata wanita yang telah melahirkannya itu. Keriput di wajahnya tak dapat berdusta jika ia sudah tidak muda lagi.

"Aku boleh minta sesuatu sama mama?" Tanya Alex.

"Apa? Kamu mau apa?" Tanya mama Gita.

"Aku mau mama menerima Sendu sebagai menantu mama."

Mama Gita lalu mengalihkan pandangannya ke depan. Tak lagi mau melihat sang putra. Permintaan putranya itu adalah permintaan yang berat baginya. Kalau saja Alex minta uang, atau mobil terbaru, atau pesawat jet pribadi sekali pun, of course mama Gita akan berikan. Namun soal menerima gadis kampung itu...

"Lang, kamu yakin mau menjalani biduk rumah tangga bersama dia? She is a woman not on the same level as our family. Kamu lihat kan kita siapa, dia siapa. Nanti dia sendiri akan susah beradaptasi dengan kita Lang."

"Tapi Gilang mencintai Sendu, ma. Only her and the only one. Dia udah bawa perubahan besar dalam hidup Gilang. Gilang berhenti main perempuan, Gilang udah ngurangi minum-minum. Karena motivasi dari dia, ma. Please... Gilang mohon sama mama."

Alex menatap jauh ke dalam mata mama Gita. Berharap dia bisa mendapatkan toleransi dari sang mama untuk merestui pernikahannya dengan Sendu.

Mama Gita menutup matanya sesaat dan kembali membuang wajah dari Alex. Alex menggenggam tangan sang mama. Sebuah isyarat jika ia sangat mengharapkan restu sang Ibunda.

"Oke. Kita coba. Tapi kamu harus membawa dia tinggal di sini bersama mama. Mama harus tahu apakah dia layak untuk keluarga kita atau tidak."

Mama Gita membuat sebuah uji kelayakan bagi Sendu. Emangnya test drive, nyonya?

"Tinggal di sini?" Tanya Alex yang terkejut dengan permintaan sang mama.

"Iya... tinggal di sini. Bersama mama, papa dan kak Gianna. Kamu keberatan?" Tanya mama Gita.

Alex lalu mengalihkan atensi dari mama Gita. Bagaimana bisa dia membawa Sendu tinggal bersama keluarga besarnya. Sementara dia tahu jika keluarganya sangat tidak menyukai istrinya itu.

"Tapi ma... "

"Kalau kamu menolak, artinya kamu tidak mengharap restu mama dan papa. Ya udah, terserah kamu aja." Mama Gita lalu bangkit dan meninggalkan Alex sendiri.

"Ma... " Alex berusaha untuk memberikan argumen lainnya, namun mama Gita sudah terlanjur jauh masuk ke dalam rumah.

Astaga, penawaran apa itu tadi...?

Alex menghela napas panjang. Pikirannya mulai kacau. Dia sangat khawatir akan kebahagiaan sang jelita jika sampai mereka tinggal seatap dengan mama Gita dan papa Gio.

Oke, tentang mama Gita Alex tidak terlalu ambil pusing. Apa lagi Gianna. Tapi Pak Gio? Apa papanya mau menerima gadis desa itu tinggal bersama, sedangkan kemarin saja Alex lihat jika sang papa sebegitu bencinya kepada Sendu.

Alex keluar dari rumah orang tuanya dan langsung berjalan menuju ke mobilnya. Namun Gianna datang dan menepuk pundaknya.

"Gimana?" Tanya Gianna.

"Apanya?" Tanya Alex tidak mengerti tas pertanyaan sang kakak.

"Is, masalah kamu dan istrimu. Di restui nggak?" Tanya Gianna. Kepo!

"Mama merestui, tapi dengan satu syarat..."

"Syarat? Emang apa syaratnya?"

"Aku dan istri ku, harus tinggal bareng mama dan papa."

"What? Are you sure? Gilak... mereka mau apa dengan syarat itu?" Tanya Gianna. Alex hanya mengangkat kedua bahunya.

"Yang aku tahu, mama tadi bilang... kalau mama mau melihat kelayakan Sendu dulu."

"Hah? Kelayakan? Kelayakan gimana maksudnya?" Gianna bengong mendengar kata-kata Alex.

Emang kendaraan?

"Entah lah Na, Ya udah... aku balik apartemen dulu ya."

"Oke. Ati-ati kamu..."

"Bye... " Alex masuk ke dalam mobilnya. Dia lalu menarik napas panjang. Kemudian melakukan mobilnya kembali ke apartemen tempat dimana sang jelita berada.

Sementara di apartemen, Sendu baru saja selesai sholat maghrib. Dia kemudian berjalan keluar teras apartemen dan melihat pemandangan kota di malam hari.

Angin sepoi-sepoi mengibaskan kerudung gadis 22 tahun itu. Tatapannya jauh ke atas langit. Mengirim doa kepada Tuhan lewat bahasa telepati. Teringat pada sang nenek yang ada jauh di sana. Sendiri menahan rindu tak terperi.

Apa kabar Nek...?

Sendu kangen sama nenek...?

*Bersambung...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

*Novel AKU BUKAN WANITA PENGHIBUR terpilih sebagian Novel dengan 20 BAB pertama terbaik.

Jangan lupa untuk terus mendukung novel ini agar masuk nominasi lainnya. Terima kasih ...