NovelToon NovelToon
Kala Cinta Menggoda

Kala Cinta Menggoda

Status: tamat
Genre:Komedi / Tamat / Cintamanis / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:12.1M
Nilai: 5
Nama Author: Me Nia

Putri Kirana

Terbiasa hidup dalam kesederhanaan dan menjadi tulang punggung keluarga, membuatnya menjadi sosok gadis yang mandiri dan dewasa. Tak ada waktu untuk cinta. Ia harus fokus membantu ibu. Ada tiga adiknya yang masih sekolah dan butuh perhatiannya.

"Put, aku gak bisa menunggumu tanpa kepastian." Satu persatu pria yang menyukainya menyerah karena Puput tidak jua membuka hati. Hingga hadirnya sosok pria yang perlahan merubah hari dan suasana hati. Kesal, benci, sebal, dan entah rasa apa lagi yang hinggap.

Rama Adyatama

Ia gamang untuk melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan mengingat sikap tunangannya yang manja dan childish. Sangat jauh dari kriteria calon istri yang didambakannya. Menjadi mantap untuk mengakhiri hubungan usai bertemu gadis cuek yang membuat hati dan pikirannya terpaut. Dan ia akan berjuang untuk menyentuh hati gadis itu.

Kala Cinta Menggoda

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Me Nia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

32. Saatnya Tiba

Rio maju selangkah masuk ke dalam rumah. Membuat Rama mundur pula selangkah memberi jarak. Kedua pandangan saling beradu. Saling menelisik ke dalam bola mata hitam. Seolah ingin saling mengorek makna dari tatapan tajam yang saling mengunci itu.

"Om, aku ada urusan urgent di kantor. Nanti akan kembali lagi ke sini." Rama tidak mengalihkan tatapannya yang kini melembut.

"Pa, biarkan Rama pergi. Syukur dia mau datang ke rumah juga. Ada kemajuan hubungan sama Zara." Ema, istrinya Rio mulai bersuara.

"Kenapa harus tegang kalau tidak bikin salah?!" Rio mengabaikan ucapan istrinya. Bersikap santai sambil memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana. Pandangannya kini memindai Rama dari ujung rambut sampai ujung kaki.

"Aku gak tegang, Om. Hanya kaget aja pas mau keluar buru-buru eh....ada Om di depan pintu." Rama beralasan.

Suara gedoran pintu diiringi teriakan Zara sayup-sayup terdengar di tengah rumah yang senyap itu. Membuat Rio dan Ema memasang telinga baik-baik untuk mendengar jelas teriakan Zara.

"Sayang....udah 10 menit lebih. Buka dong pintunya!"

Namun teriakan itu terdengar samar. Membuat Rio menyuruh Ema naik ke lantai atas untuk melihatnya.

Rama menelan saliva. Dirinya memprediksi jika Rio sudah mencurigainya. Ditambah kunci pintu kamar Zara sudah dibuangnya tadi lewat jendela.

"Apa yang kamu lakukan di ruang kerja saya?!" Pertanyaan yang menohok bagi Rama. Karena Rio terus menatapnya penuh selidik.

Belum sempat menjawab pertanyaan Rio, muncul lagi Ema datang mendekat dengan langkah tergesa.

"Rama kenapa kamu kurung Zara di kamar?! Mana kuncinya?" tanya Ema dengan raut heran.

"Tadi kami lagi main game. Kuncinya tadi jatuh dari jendela, Tante. Aku akan cari dulu."

"Diam di tempatmu!" Hardik Rio dengan nada marah. Semakin mencuat rasa curiganya. Ia pun meminta Ema untuk menyuruh dua ART mencari kunci yang dimaksud di taman depan sesuai posisi jendela balkon lantai dua.

"Ada apa ini sebenarnya....kenapa Papa marahin Rama?!" Ema masih bingung dengan situasi yang tengah terjadi.

"Calon mantu kita ini, Ma.....Papa lihat di cctv saat nunggu di dokter tadi, dia masuk ruang kerja Papa seperti pencuri. Dia harus digeledah dulu sebelum keluar dari rumah ini." Rio lantas menghubungi seseorang lewat ponselnya. Terdengar perintah untuk masuk ke rumah.

Ema nampak terkejut. Beralih menilik penampilan Rama dengan seksama. Sekilas tidak ada yang mencurigakan dari tampilan stylish calon menantunya itu.

"Maaf, Tuan. Kuncinya tidak ketemu." Salah seorang ART melapor dengan kepala menunduk.

Raut wajah Rio berubah marah dan kesal. "Panggil security suruh dobrak!" ucapnya dingin.

Tanpa menunggu perintah kedua kali, ART tersebut tergesa pergi keluar rumah menuju pos jaga.

Kemudian masuk seorang pria berperawakan tinggi besar khas penampilan bodyguard.

"Geledah seluruh badan orang ini!" Rio langsung memberi perintah untuk memeriksa Rama. Yang dengan sigap mendapat anggukkan pria berpakaian serba hitam itu.

"Om nuduh aku pencuri. Padahal selama ini Om yang mencuri dan memeras Papi!" Sarkas Rama sambil menepis tangan orang suruhan Rio itu. Melakukan perlawanan.

Nampak raut keterkejutan di wajah Ema. Menoleh menatap Rio dengan sorot mata meminta penjelasan.

"Jangan didengerin, Ma! Dia hanya ngarang untuk bela diri." sahut Rio masih bersikap tenang.

"Hei...stop-stop!" Suara Zara terdengar melengking dari bawah tangga. Berhasil keluar kamar setelah handle pintu dirusak oleh security. Mendekat dengan marah terhadap orang yang tengah berusaha mengikat tangan Rama ke belakang.

"Lepas! Kamu jangan kurang ajar sama pacar aku!" Membentak dengan mata melotot sambil mencakar tangan budyguard itu.

"Zara! Kamu menjauh dari Rama! Dia harus digeledah. Dia udah mempermainkan kamu, Zara." Rio menatap marah terhadap anaknya yang pasang badan di depan Rama.

Yang terjadi kemudian adalah bersitegangnya Rio dengan Zara yang sama-sama keukeuh dengan pendirian masing-masing. Zara tidak percaya akan ucapan sang ayah. Membuat Rio meradang dan menarik tangan anaknya itu.

"Jangan bergerak!" Suara ultimatum itu membuat semua mata tertuju pada asal suara. Tiga orang berpakaian preman mengangkat senjata mendekati Rio. Menyusul masuk kemudian Damar, Krisna dan Ratna.

Rio tidak berkutik saat tangannya diborgol ke belakang oleh Tim Buser. Membuat Zara dan Ema menjerit histeris dan menghadang langkah polisi yang akan membawa Rio keluar.

"Apa-apaan ini. Lepaskan suami saya!" Ema meradang sambil memukul-mukul tangan orang yang memborgol suaminya itu.

"Pak Rio sudah melakukan tindak kejahatan. Menjebak dan melakukan pemerasan terhadap Pak Krisna. Bukti-bukti sangat kuat. Suami anda akan kami bawa ke kantor polisi." salah seorang tim Buser memberi penjelasan. Membuat Ema dan juga Zara terhenyak kaget. Menggeleng-gelengkan kepala tidak percaya.

Krisna berjalan mendekati Rio yang tidak bisa berkutik lagi. Pandangan keduanya beradu dengan kilat mata yang berbeda.

"Aku sudah lama menunggu saat ini tiba. Kamu pantas menerimanya, PENGKHIANAT!" Krisna berkata tajam dan dingin. Yang dibalas Rio dengan kilat amarah yang nampak di bola matanya.

"Jangan senang dulu, Kris. Pengacara pasti bisa membebaskan aku. Kamu punya barang bukti apa hah," ledek Rio dengan tertawa sinis.

Krisna tidak menanggapi. Memberi jalan kepada petugas untuk membawa Rio keluar. Menyisakan Ema dan Zara yang menangis sambil berpelukan saking syok.

"Ema, jika memang selama ini kamu tidak tahu kelakuan jahat suamimu terhadap aku, hari ini Tuhan membuktikannya. Aku menarik lagi ucapan menjodohkan Rama dengan Zara. Karena memang dari awal juga tidak sungguh-sungguh, dipaksa oleh Rio. Mulai saat ini juga keduanya PUTUS." Tegas Krisna menatap istrinya Rio yang pias.

Ema diam tak bersuara. Berbeda dengan Zara yang menggeleng-gelengkan kepala.

"Tidak, Om. Jangan putusin! Aku cinta sama Rama. Rama harus jadi suami aku. Harus!"

"Zara, kamu terbiasa dimanja oleh orangtuamu. Segala hal yang kamu inginkan harus dimiliki apapun caranya. Kamu mau Rama. Itu namanya bukan cinta. Tapi obsesi dan sakit jiwa." Ratna yang sedari tadi menjadi penonton, tampil memberi peringatan dengan kedua tangan terlipat di dada.

Rama maju. Mengeluarkan cincin dari saku baju dan menyimpannya ke telapak tangan Zara. "Hubungan pertunangan kita sudah berakhir sampai di sini!" ujarnya dengan tegas.

"Sayang, tunggu!" Zara mencegat langkah Rama yang sudah sampai teras bersama Damar. "Kemarin kamu bilang akan memperbaiki hubungan kita. Masalah orangtua kita itu urusan mereka. Kita harus tetap melanjutkan hubungan, please!" dengan memelas sambil memegang lengan Rama.

"Kemarin dan hari ini hanya akting. Demi mendapatkan barang bukti kejahatan papa kamu." Rama memperlihatkan ponsel warna merah yang telah dicurinya. "Foto-foto di dalam hape ini menjadi alat papa kamu memeras Papi selama 6 tahun. Termasuk perjodohan kita ini dilakukan papa kamu penuh intimidasi pada Papi."

"Sejak awal perjodohan aku tidak menyukai kamu. Hanya terpaksa demi bakti pada orangtua. Sorry, Zara!" Rama menepis tangan Zara dan melangkah cepat menuju mobilnya.

Menyusul Krisna dan Ratna keluar melewati Zara yang berdiri terpaku dengan tatapan yang sulit diartikan. Tiga mobil milik Rama, Krisna dan Damar, keluar meninggalkan pekarangan.

...***...

Tiga hari berlalu sejak kejadian. Ada yang berubah dari roman Krisna. Nampak lebih cerah ceria karena sudah lepas rantai beban yang membelenggu di hati dan pikirannya. Sekarang waktunya ia memantau proses hukum yang tengah menjerat Rio, mantan sahabatnya itu.

Pun dengan Rama. Wajah tampannya nampak semringah setelah mengucapkan kata putus. Lepas dari rasa tertekan dan beban pertunangan. Merasa terlahir menjadi manusia baru.

"Nambah lagi, Mi!" Krisna merajuk ingin diambilkan nasi. Makan malam yang hanya bertiga itu hening tanpa percakapan. Ratna tidak bisa membujuk Cia pulang. Si bungsu mengabari jika masih betah tinggal bersama Enin.

"Setelah makan, jangan dulu bubar. Mami mau bicara!" Ratna menyendokkan nasi ke dalam piring Krisna. Ucapannya ditujukan pada dua pria yang kini saling tatap dengan sorot mata penuh tanya.

Melanjutkan lagi makan dalam diam sampai semuanya selesai. Rama dan Krisna menunggu nyonya rumah berkata, sambil melipat tangan di meja. Tidak berani bertanya lebih dulu mengingat suasana hati Mami Ratna belum 100 persen normal. Masih sensitif.

"Rama, apa yang kamu rahasiakan dari Mami? Plis, jangan main rahasia-rahasiaan seperti Papi kamu." Ratna melirik dengan ekor mata, suami yang duduk di sampingnya itu.

"Rahasia apa?! Aku gak punya rahasia kok, Mi." Rama balik bertanya dengan kening mengkerut. Di dalam hati tertawa geli melihat reaksi Papi yang mengusap dada mendapat sindiran Mami.

"Kata Papi, kamu menyukai gadis yang nolongin Cia. Mami penasaran tanya Cia. Eh ternyata semua orang udah tahu termasuk Enin. Kenapa Mami harus tahu paling akhir sih. Mami ini dianggap apa?! ujarnya dengan memberengut dan mata berkaca.

Rama beranjak dari kursinya. Berputar menghampiri Mami yang duduk di sebrangnya. Memeluk bahu dari belakang sambil mengusap-ngusapnya.

"Mi....gak ada yang aku rahasiakan kok. Memang benar aku suka sama Puput, gadis yang nolong Cia itu. Aku belum bilang sama Mami karena mau beresin dulu urusan sama Zara. Aku juga gak bilang sama Papi kok."

"Kalau Cia emang aku suruh buat bantu penjajakan. Soalnya Puputnya cuek banget. Pesona aku gak ada apa-apanya di mata dia, Mi." Rama memasang muka sedih sambil beralih duduk di sisi Mami.

"Masa sih anak ganteng Mami kan sejak kecil udah banyak fans nya." Mami merasa tidak percaya. Mengingat sejak kecil setiap pergi jalan-jalan, anaknya itu selalu menjadi pusat perhatian karena lucu dan selalu berceloteh riang. Membuat kaum hawa merasa gemas dan suka menjawil pipi Rama. Masa sekolah dan kuliah pun, teman-teman perempuan Rama berani datang ke rumah. Sekadar memberi coklat dan hadiah lainnya untuk mencari perhatian Rama.

"Mami heran kan?! Apalagi aku...." Rama mengangkat bahu. "Sekarang urusan dengan Zara beres. Aku akan berjuang dapetin hati Puput," sambungnya sambil tersenyum simpul.

Ratna melihat raut bahagia di wajah anak sulungnya itu. Membuatnya terenyuh.

"Mami akan bantu apapun buat kebahagiaan kamu, nak. Kalau perlu besok Mami pulang ke Ciamis, mau minta Puput sama ibunya." Ratna nampak bersemangat.

"Jangan besok, Mi...nanti aja sekalian mudik lebaran. Papi sama siapa di sini." Giliran Krisna merangkum bahu Ratna. Merajuk tidak mau ditinggalkan.

"Ada Bi Lilis sama Diah. Papi gak sendirian." uajr Ratna dengan ketus. Beranjak pergi meninggalkan meja makan tanpa permisi.

Rama terkekeh melihat Papi yang menghela nafas panjang. "Sabar, Pi......Mami gak serius kok. Cuma masih kesel aja sama Papi." Ujarnya menghibur.

"Iya gak papa. Yang penting Papi masih bisa tidur peluk Mami." Krisna pun beranjak berdiri. Menepuk bahu Rama sambil melangkah menyusul Ratna.

Memasuki kamar. Rama menuju balkon dan berdiri dengan tangan bertumpu pada pagar. Pandangannya tertuju pada langit pekat tanpa bintang. Hanya ada bulan sabit yang hampir bias tertutup awan hitam yang bergerak. Pikirannya berkelana dan singgah pada kota kecil dengan ciri khas Galendo.

Ini malam minggu. Puput lagi ngapain ya...

1
Elsi 🌻
indahnya dunia halu..
Prilya Mcvee
ternyata dari sini toh gombal blasterannya😄
Elsi 🌻
totalitas banget ini yah nikahannya, padahal dadakan..
Elsi 🌻
kelakuan.. abis itu kang foto misuh² di sosmed gegara emak² hebring..
Elsi 🌻
nah, gitu dong.. langsung aja diurus secara negara, kagak perlu nunggu A' Rama pulang dr nuyok dulu..
Nsy Dhiya
jadi baper 😭
Elsi 🌻
bukan angka yg ramah bagi kaum mendang-mending..
Elsi 🌻
Kang Damar sudah memantaskan diri skrg waktunya utk memaksakan diri..
Prilya Mcvee
gtu yak laki² selalu merasa paling BENAR😪
Prilya Mcvee
bisa ae modus nya mas akbar, pinter beud yak
Prilya Mcvee
ya Allah ngakak bgtt🤣🤣
Prilya Mcvee
wkwkwk ceileeh bang, itu beneran jodoh nya loh. sing sabar yaa mas akbar🤭
Prilya Mcvee
tar bang, nunggu Ami lulus cekolah😆
Prilya Mcvee
bkn Ami namanya klo gak kek gtu🤣🤣
Prilya Mcvee
Oalaah akbar.. jdi sebelum adek nya ternyata kepincut kakak nya dlu🤣🤣
Aku baca yg Ami dlu baru si puput.
ga papa yey, gak dpt kakaknya dpt adek nya dong.. tambah awet muda klo sama si Ami😆😆
Erna Yunita
ada udang dibalik rempeyeeeeekkkkk.... 😎😎😎😎😎😎😎😎😎😎😎😎
Ismu Aji
Luar biasa
Prilya Mcvee
ya Allah mi.. Amii.. pinter beud dah modus nya🤣
Prilya Mcvee
ya Elaaah kesian amat kang panciii🤣🤣
Sri
apa Akbar juga jadi fans berikutnya?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!