Cerita ini berkisah tentang perjalanan ketiga saudara kembar...Miko, Mike, dan Miki dalam menemukan cinta sejati. Bisakah mereka bertemu di usianya yang sangat muda?
Ikuti kisah mereka bertiga ^^
Harap bijak dalam membaca...
Plagiat dilarang mendekat...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Phine Femelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
"Sebentar. Gue gak sombong dan lo salah. Gue pasti tahu teman satu sekolah apalagi kalau sesama kelas XII. Lo kelas berapa? IPA atau IPS?" kata Mike dengan merasa heran.
"Aneh. Kenapa gue bisa gak tahu kalau dia satu teman sekolah gue? Bukankah selama ini gue mencari info tentangnya? Gak. Gimana bisa luput dari pandangan gue? Apa ada yang salah?" pikir Mike sangat heran.
"Buktinya lo gak tahu gue, bukan?" kata Winda dengan merasa tidak senang.
"Lo memang gak pernah terlihat sekalipun. Gue juga gak bohong kalau gue pasti tahu teman satu sekolah gue" kata Mike meyakinkan Winda.
Winda melihat terus Mike dan sekian lama jadi berpikir.
"Lo Miko, bukan?"
"Miko? Loe kenal Miko?"
Winda merasa heran.
"Mik, lo membingungkan. Bukankah..."
Mike tertawa pelan hanya sebentar.
"Kenapa lo justru tertawa?" tanya Winda dengan merasa heran.
"Menurut gue di sini kita ada salah paham. Kenalkan. Gue Mike. Jadi lo teman Miko?"
"Oh...apa lo saudara kembarnya? Astaga. Gue salah. Pantas saja gue heran. Lo menyapa gue dulu dan...bisa yakin kalau kenal teman satu sekolah"
"Memangnya salah kalau gue menyapa dulu apalagi dengan pelanggan?" tanya Mike dengan tersenyum.
"Gak. Maksud gue..."
Winda berpikir sebentar.
"...Miko gak akan mungkin menyapa orang lebih dulu. Jangankan menyapa dia sangat dingin dan...ya...begitulah" lanjut Winda dengan mengangkat bahu.
"Begitulah? Maksudnya?" tanya Mike dengan merasa ingin tahu.
"Lo tanya sendiri dengan saudara lo. Gimana sikapnya ketika di sekolah?" kata Winda dengan merasa tidak senang.
"Baiklah. Tampaknya lo sangat malas membicarakan kakak gue" kata Mike dengan tersenyum.
"Oh...jadi lo yang adiknya"
"Ya. Kami tiga saudara kembar. Gue yang kedua. Miko yang tertua"
"Ya. Ya. Kenapa bisa kebetulan ya?"
"Lo sendiri mau apa? Cuci mobil atau...?"
"Itu mobil gue" potong Winda menunjukkan mobilnya.
Mike menoleh ke arah yang ditunjuk Winda. Mobil silver yang mulai dicuci karyawan papanya.
"Baiklah lo tunggu saja. Rileks di sini" kata Mike dengan tersenyum.
Winda mengangguk dan duduk lalu Mike berjalan menuju kulkas dan mengambil minuman dingin. Mike berjalan menghampiri Winda dan memberikan lalu Winda melihat minuman itu dan mau mengambil tapi tidak jadi karena ditarik oleh Mike. Winda merasa heran.
"Siapa nama lo? Boleh gue tahu?" tanya Mike dengan tersenyum.
"Minumannya memang untuk pelanggan atau berkenalan?"
"Jadi gue gak boleh tahu nama lo?" tanya Mike dengan mengangkat salah satu alisnya.
"Gak apa juga, sih. Siapa tahu lo bisa membantu gue untuk protes kepada Miko karena dia sok" kata Winda sedikit sinis.
"Oh...jadi lo merasa Miko sok ya?" tanya Mike dengan tersenyum lucu.
"Lo gak perlu tersenyum. Hal itu kenyataan"
"Akhirnya lo membicarakan Miko di hadapan saudaranya" kata Mike dengan mengangkat bahu dan duduk di sebelah Winda.
Winda menoleh dan melihat Mike. Mike memberikan minuman itu.
"Ambil saja. Memang untuk pelanggan"
Winda mengambil.
"Segitunya lo gak senang dengan Miko. Apa sebenarnya lo naksir?"
Winda merasa risih dan Mike tertawa pelan.
"Siapa tahu? Biasanya orang yang begitu justru ada sesuatu"
"Gak cuma gue yang menilai begitu. Semua teman seangkatan kenal Miko dengan sifat itu" kata Winda dengan mengerutkan dahi.
"Ya. Ya"
Winda melihat terus Mike.
"Ternyata walaupun saudara beda ya?" pikir Winda.
Mike berhenti tertawa.
"Why?" tanya Mike.
"Gue Winda"
"Winda. Baiklah. Gue akan mengingat agar kelak ketika bertemu gue bisa langsung memanggil nama lo" kata Mike dengan tersenyum.
Winda tersenyum heran.
"Kenapa reaksi lo begitu? Bisa saja suatu hari kita bertemu kembali"
"Ya. Bisa saja" kata Winda dengan melihat ke depan.
Winda berpikir sebentar dan melihat Mike.
"Lo atau bukan yang ketika itu bertemu Novita, teman gue?"
Mike merasa heran.
"Maksud lo?"
"Oh...berarti bukan" pikir Winda.
"Bukan. Lupakan. Tadi lo cerita kalau kalian tiga saudara kembar. Jadi yang ketiga siapa?"
"Miki. Kenapa? Lo pernah bertemu juga?"
"Gak pernah. Semirip apa lo dengan Miki? Apa seperti Miko karena gue menilai lo sangat mirip dengan Miko? Gue sampai gak mengenali?"
Mike melihat ke depan dan berpikir.
"Ya. Kami memang sangat mirip tapi banyak orang bicara ketika kami bertiga bersama baru ketahuan bedanya" kata Mike dengan berhenti berpikir.
"Apa benar?"
"Apalagi kalau kenal dekat pasti tahu perbedaannya"
"Secara sifat?"
"Sifat kami pasti beda. Tadi maksud gue secara fisik"
"...tapi gue merasa kalau lo gak sesombong Miko"
Mike tertawa pelan.
"Memangnya Miko sombong ya?"
"Sangat"
Mike berhenti tertawa.
"Miko gak sombong"
"Coba lo datang ke sekolah gue dan tanya anak seangkatan kita. Kenal Miko? Pasti dijawab Miko yang sombong itu"
Mike tertawa pelan.
"Lo lucu ya?"
"Hey, gue serius"
"Ya. Ya" kata Mike dengan berhenti tertawa.
Mike menatap Winda tanpa sepengetahuannya.
"Gimana kalau kita berteman?"
"Berteman ya berteman saja. Apa harus mengajak? Aneh"
"Berapa nomor lo?" tanya Mike dengan merasa senang.
"Segitunya lo senang ya?"
Mike tertawa pelan.
"Memangnya kenapa? Gue senang kalau ada teman baru"
"Lebih tepatnya teman perempuan?"
"Gak juga. Lelaki juga senang"
"Agar bisa mengajak orang untuk datang ke bengkel lo?"
"Wah. Wah. Lo senang protes ya?" kata Mike dengan merasa tertarik.
"Gak juga...tapi gak zaman nomor"
"Lalu? Apa sosial media lain? Gue jarang memakai sosial media"
"Chating"
"Bukankah chating harus ada nomor handphone? Apa nomor handphone lo beda?"
"Gak juga"
"Lalu? Jadi gue gak boleh chat dengan lo?"
Winda melihat terus Mike.
"Kenapa?"
"Sangat jauh dari Miko" pikir Winda.
"Lo catat"
Mike berhenti tertawa lalu segera mengambil handphone dari dalam sakunya dan mulai mencatat ketika Winda memberitahu.
"...tapi kalau gue chat dibalas, bukan?"
"Gue bukan Miko yang sombong apalagi lo saudaranya jadi gak masalah kalau gue berteman dengan lo"
"Baguslah" kata Mike dengan merasa senang.
Mike selesai mencatat.
"Gue coba chat lo. Simpan ya?"
Winda mengambil handphone dari dalam tasnya.
"Enaknya gue beri nama apa? Apa saudara dari anak yang sombong?"
"Hey, gak begitu jugalah" kata Mike dengan tertawa pelan.
Winda tersenyum. Di dalam hati Winda merasa sifat Mike asyik.
"Segitunya lo? Simpan dengan nama gue, donk" kata Mike dengan merasa lucu.
"Gak. Gak. Gue simpan dengan nama lo" kata Winda dengan tersenyum.
Mike melihat terus Winda.
"Sekolah lo di mana?"
"SMA Berkilau"
"Wah...lo sekolah di sana?"
"Ya. Kenapa?"
"Di sana sekolah elit"
Mike tersenyum.
"Gak juga. Buktinya gue gak. Gue biasa saja"
"Kalau lo biasa saja pasti di sekolah lain. Lo memang beda, sih. Lo terlihat sekali kalau dari keluarga orang kaya"
"Lo sendiri?"
"Maksud lo?"
"Menurut gue lo juga. Kenapa jadi lo gak sekolah di sana?"
semangat💪