NovelToon NovelToon
Tumbal Jenazah

Tumbal Jenazah

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat / Iblis / Hantu / Tumbal
Popularitas:36.2k
Nilai: 5
Nama Author: dtyas

Gita, putri satu-satunya dari Yuda dan Asih. Hidup enak dan serba ada, ia ingat waktu kecil pernah hidup susah. Entah rezeki dari Tuhan yang luar biasa atau memang pekerjaan Bapaknya yang tidak tidak baik seperti rumor yang dia dengar.

Tiba-tiba Bapak meninggal bahkan kondisinya cukup mengenaskan, banyak gangguan yang dia rasakan setelah itu. Nyawa Ibu dan dirinya pun terancam. Entah perjanjian dan pesugihan apa yang dilakukan oleh Yuda. Dibantu dengan Iqbal dan Dirga, Dita berusaha mengungkap misteri kekayaan keluarganya dan berjuang untuk lepas dari jerat … pesugihan.

======
Khusus pembaca kisah horror. Baca sampai tamat ya dan jangan menumpuk bab
Follow IG : dtyas_dtyas

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

31 ~ (End)

“Aku kenapa, Mas?” tanya Gita agak berbisik pada Dirga.

Dirga tersenyum dan mengusap kepala Gita. Kaivan ikut bergabung dengan anak, menantu dan keponakannya.

“Arka akan bantu kamu lepas dari jerat pesugihan bapak kamu,” terang Kaivan.

“Tapi … sudah lebih dari dua tahun berlalu. Apa aku masih dalam bahaya?”

“Sepertinya masih, Bang Arka melihat dan merasakan kamu dalam bahaya.” Kali ini Dirga yang bicara.

“Kamu sering bermimpi diganggu mahluk gaib atau diajak oleh Bapakmu?”

Gita menganggukan kepalanya. Ia memang sering mengalami mimpi itu, bahkan tidak jarang ketakutan dan enggan tertidur karena sosok bapak di mimpinya selalu ingin mengajaknya bersama makhluk gaib yang disembah semasa hidup.

“Kita mulai saja Ka, mau diapain dia?” tanya Kaivan.

“Mau diapain, iya kali kita mau ngapa-ngapain,” jawab Arka dan dibalas Kaivan dengan terkekeh.

Arka mulai melantunkan ayat suci, diikuti oleh Dirga. Meski tidak sehebat Arka, tapi Dirga memang memiliki kemampuan dari lahir lebih peka dan bisa melihat makhluk tak kasat mata. Gita di ruqiyah, cukup lama. Bahkan sempat berteriak dan mengeluarkan isi perutnya.

Aldo menemani Yura, juga istri dan anak Kaivan di lantai dua. Tidak ingin keluarga Arka terganggu dengan apa yang dilakukan dari proses pengobatan Gita. Hampir dua jam, akhirnya ruqyah selesai. Tubuh Gita sangat lemah dan berapa dalam dekapan Dirga.

“Kasih minum dulu,” ucap Kaivan menyodorkan botol air mineral ke arah Dirga.

“Git, minum dulu.”

“Nanti pas tidur, pastikan dia baca doa. Kamu jangan tidur, malam ini makhluk itu akan memaksa mengambil Gita.”

“Kenapa tidak kamu buat pagar aja tubuh Gita tidak diganggu jin?”

“Sudah,” jawab arka pendek. “Bawa saja istrimu ke kamar , biar dia istirahat.”

Arka menuju lantai dua untuk menemui keluarganya. “Sudah beres?” tanya Aldo melihat Arka.

“Sementara sudah, entah nanti malam.”

“Ya sudah, biar Mama kamu yang temani Davina dan anak-anak di sini. Kita temani Dirga di bawah. Gadis itu harus kita bantu, dia datang ke mimpi kamu dan Papa juga sampai datang ke Jogja. Ini sudah takdir kita terlibat dengan urusannya.”

Arka hanya menganggukan kepala lalu menghampiri anaknya, menggendong dan bercanda. Davina sedang berbincang dengan Yura sesekali tertawa pelan.

***

Gita masih terlelap, entah mimpi atau nyata ia mendengar namanya dipanggil. Selalu begitu. Suara memanggil namanya agar ikut, entah ikut kemana. Akhirnya Gita terjaga, menatap aneh sekeliling kamar dan menyadari kalau ia berada di rumah Aldo.

Terdengar pintu kamar mandi terbuka dan keluarlah Dirga.

“Sudah bangun?”

Dirga menghampiri Gita dan duduk di samping gadis yang sudah menjadi istrinya.

“Kenapa melamun?”

“Mas, aku nggak enak sama keluarga kalian. Baru kenal sudah bikin repot sekarang ….”

“Sekarang kamu bagian dari keluarga ini,” sahut Dirga sambil mengusap kepala Gita. “Waktu kamu tidur, Ikbal telpon. Besok hubungi balik ya, walaupun sudah bicara denganku keluarga kamu di sana pasti cemas.” Lagi-lagi Gita menganggukan kepalanya.

“Kamu nggak masalah tinggal di Jakarta?”

“Nggak Mas, lagi pula di sana masih ada yang tidak suka denganku. Apalagi keluarga yang jenazahnya sempat hilang, sudah pasti menduga karena ulah bapak. Imbasnya ke aku. Makanya aku jarang pulang ke Barungan.”

“Baiknya isya dulu lalu lanjut istirahat. Ingat, sebelum tidur baca doa dan jangan banyak pikiran,” titah Dirga, Gita heran karena Dirga tidak berganti piyama padahal ini sudah malam.

“Mas nggak ikut istirahat?”

Dirga terkekeh. “Kamu aja yang duluan tidur lagi, aku sih maunya tidurin kamu, tapi takut di seret Papa sama Om Aldo.”

Hampir tengah malam, Dirga masih menemani Gita yang sudah terlelap. Di luar kamar, ada Arka dan Kaivan sedang berjaga. Sesekali Arka akan memejamkan mata merasakan apakah Gita dalam bahaya atau tidak.

Dirga berkali-kali menguap dan menggelengkan kepala agar hilang kantuknya. Gita terlihat gelisah dalam tidur. Keningnya berkeringat, mulutnya mengerang pelan. Dalam mimpi ia bertemu lagi dengan bapak yang terus mengiba agar ia ikut dengannya.

“Aku nggak mau ikut. Aku mau bertemu ibu,” ucap Gita yang tangannya sudah dicengkram oleh Yuda.

“Iya kita bisa bertemu ibu kamu. Dia pasti senang lihat kamu, ayo Gita.”

Gita luluh, ia ikut melangkah dengan Yuda. Perlahan tangannya yang dicengkeram Yuda di dalam mimpi, menghitam seperti lebam. Dirga mengucek matanya memastikan yang dia lihat.

“Gita,” panggil Dirga lalu menepuk pipi gadis itu.

“I-bu,” ucap Gita lirih.

“Sstttt. Gita, bangun. Kamu jangan terpengaruh, mereka tidak nyata,” ucap Dirga lagi. “Bang Arka,” teriak Dirga.

Arka mendengar teriakan Dirga, langsung memejamkan mata dan melantunkan doa. Kaivan gegas berdiri lalu mendatangi Dirga dan Gita.

“Pah, bang Arka ….”

“Dia sudah mulai, kamu coba bangunkan Gita,” sahut Kaivan.

“Gita,” panggil Dirga sambil terus menepuk pipi gadis itu.

Gita merasa mimpinya sangat nyata, melihat Asih melambaikan tangan ke arahnya. Ia rindu, sangat rindu. Kepergian Asih dua tahun lalu masih menyesakan dadanya sampai sekarang. Bahkan diikuti dengan banyak kejadian yang sungguh tidak pernah ia duga.

“Ibu.”

“Gita, ikut bapak, Nak!” Yuda sudah berada di hadapan Gita. Mengulurkan tangannya.

“Nggak Pak, aku nggak mau ikut.” Menatap sekeliling, tidak menemukan lagi Asih. “Aku di mana?”

“Kita sudah di dimensi berbeda, lihat gerbang itu!” tunjuk Yuda. “Di sana hidup kita enak Gita,” ajak Yuda lagi.

“Aku tidak pernah minta hidup enak sama bapak, aku hanya ingin kita bahagia.”

Perlahan wajah Yuda berubah, sosoknya berganti menjadi makhluk pemilik pesugihan. “Sudah waktunya kamu ikut!”

“Tidak!!!!”

Gita hendak berlari, tapi tidak bisa. tubuhnya kaku, langkahnya sangat berat. ini bukan dimensi manusia, tentu saja tidak mudah untuknya melarikan diri.

“Jangan, aku tidak mau.” Tangan makhluk itu kini mencengkram leher Gita, membuatnya tidak bisa berkutik dan sulit bernafas.

“Lepaskan dia!”

“Hai manusia, jangan ikut campur!”

“Dia juga manusia, jadi lepaskan!” teriak Arka.

“Ini sudah bagian dari perjanjian. Yuda merelakan seluruh keluarganya, jika tidak berhasil memberikan tumbal untukku.”

“Itu hanya jerat agar mereka menjadi budakmu. Kamu sendiri yang mengatur agar pesugihannya gagal. Untuk yang satu ini, aku ikut campur. Dia sudah menjadi bagian dari keluargaku. Jadi, lepaskan!”

Makhluk pesugihannya itu tertawa menggelegar, Arka tidak takut. Pandangannya sudah tertuju pada Gita yang semakin lemah dalam cekikan makhluk tersebut.

“Kamu mau apa?”

Arka tidak memiliki senjata apapun, tapi kakeknya sudah mengajarkan banyak hal masalah hal gaib. Bukan tanpa alasan, Arka memang terlahir berbeda. Bahkan lebih peka dari Papanya. Bibirnya perlahan melantunkan doa, pelan dan lirih. Namun, efeknya luar biasa. Makhluk itu menjerit dan berteriak sambil menutup telinganya. Cengkraman di leher Gita terlepas, gegas Arka menarik Gita agar menjauh dari makhluk itu.

“Ini terakhir kali aku melihat Gita diganggu. Lain kali aku aku akan binasakan kamu!”

“Wahai anak manusia, bukan salahku, tapi iman kalian yang lemah. Orang Tuamu sudah menjadi budakku sampai akhir zaman. Bertobat lah kamu agar aku tidak datang lagi menjemputmu,” tutur makhluk itu sambil menunjuk Gita.

“Tolong, lepaskan aku. Gita, tolong bapak, nak,” teriak Yuda berjalan tertatih karena tangan dan kakinya dirantai. Berjalan mengekor langkah makhluk pesugihan. Bukan hanya Yuda, tapi juga Asih yang menatap putrinya sambil menangis.

“Ibu, bapak.” Gita hendak berlari, tapi ditahan oleh Arka.

“Kamu tidak akan bisa menolongnya.”

“Tapi Bapak sama Ibu ….” Gita tidak bisa melanjutkan ucapannya, ia menangis menyaksikan orang tuanya menjadi budak iblis.

“Doakan mereka, agar mendapat bantuan dari Allah. Aku tidak bisa menolong mereka, sudah perjanjian bapakmu dengan iblis itu.”

“Gita, bangun, Git.” Terdengar suara Dirga, Gita menatap sekeliling sambil menghapus air matanya.

“Sudah waktunya kita kembali,” ajak Arka.

“Pah, ini gimana?” tanya Dirga panik, melihat bukan hanya tanda di lengan Gita, tapi juga di leher gadis itu. Dirga tidak tahu kalau Gita berada dalam cengkraman iblis yang akan membawanya dalam mimpi.

“Sabar, Arka pasti bawa Gita kembali.”

Air mata menetes dari kedua sudut mata Gita, tampak semakin gelisah. Mulutnya mengerang pelan memanggil Bapak dan Ibunya.

“Gita, bangun, Git.” Dirga meraih tubuh Gita ke dalam pelukannya. Belum genap satu hari, gadis itu menjadi istrinya. Tidak ingin terjadi sesuatu dan membuat penantiannya selama ini sia-sia. “Git, ada aku di sini yang sayang sama kamu. Di kampung, keluarga besar kamu juga menantikan kamu. Kembali Git, bangunlah sayang.”

“Mas.”

“Hah, Gita.” Dirga mengurai pelukannya menatap wajah Gita yang perlahan membuka mata, gegas ia mengusap wajah menghapus air mata istrinya.

“Alhamdulillah,” ucap Kaivan lalu menepuk bahu Dirga dan meninggalkan kamar.

***

“Ayo, kamu udah kelamaan jongkok,” ujar Dirga lalu membantu Gita berdiri.

Gita mengusap air matanya. Menatap pusara Yuda dan Asih. Sejak menikah dan langsung dibawa ke Jakarta untuk disembuhkan oleh Arka, tiga bulan sekali ia akan pulang ke Desa Barungan. Mengunjungi keluarga Ikbal dan nyekar ke makam orang tuanya.

“Berapa hari kalian di sini?” tanya Ikbal yang berjalan lebih dulu menuju gerbang pemakaman.

“Tiga hari, aku nggak bisa lama-lama. Bang Arka mau cuti, istrinya akan melahirkan anak kedua mereka.”

“Nggak lama lagi, kamu ikutan cuti. Aku juga mau melahirkan,” sahut Gita mengusap perutnya yang membuncit. Dirga tersenyum lalu mengusap kepala Gita.

Ikbal sudah berada di depan kemudi, Dirga membuka pintu untuk Gita lalu mereka duduk di kabin belakang.

“Git, dua toko kamu ini sudah maju pesat. Aku perlu masukan, kita buka cabang baru atau gimana?” tanya Ikbal sambil mengemudi.

“Terserah kamu aja, diskusikan dengan orangtuamu,” jawab Gita.

Ikbal berdecak pelan. sejak kematian Yuda, dua toko usaha milik pria itu diteruskan oleh Ikbal dan keluarga besar Asih. Sempat terpuruk dan hampir bangkrut, tapi dengan kesabaran akhirnya kembali maju dan semakin berkembang.

Gita merasa itu bukan haknya, walaupun sekarang toko itu sudah maju, ia yakin bukan karena pesugihan. Namun, karena usaha keras Ikbal dan para pegawai toko. Saat melewati kediaman Gita dulu, Ikbal seakan paham dan langsung melaju dengan pelan.

Tangan Gita dalam genggaman Dirga, perlahan ia mengeratkan genggaman tangannya.

“Mau mampir dulu?” tanya Dirga.

Pandangan Gita terarah pada kediaman yang terlihat agak berantakan dengan beberapa pekerja. Gita menggelengkan kepalanya pelan. Ia rindu, sangat rindu dengan kedua orangtuanya. Mendatangi rumah itu bukan menuntaskan kerinduan malah mengingat kejadian yang membuat hatinya perih. Hanya bisa menuntaskan kerinduan lewat doa, berharap Tuhan menolong orangtuanya dari iblis yang menjadikan mereka budak.

“Baru mulai beberapa hari ini, rencananya bagian depan masjid dan belakang asrama,” terang Ikbal.

Gita sudah menyetujui rumah peninggalan orang tuanya akan dibongkar dan dibangun masjid serta pondok pesantren. Bahkan Aldo dan Kaivan ikut menjadi donatur untuk pembiayaan pembangunan. Dua tahun lebih jarang ditempati malah menambah kesan angker dan mengerikan, berharap dengan dibangun sebagai sarana ibadah dan pendidikan menghilangkan suasana seram yang terlihat.

Gangguan dari makhluk pesugihan pun sudah tidak ada lagi sejak ancaman Arka dalam mimpinya. Sesekali Yuda dan Asih memang hadir dalam mimpi Gita, tidak berkata atau berucap apapun hanya menunjukan raut wajah sedih dan menangis. Hal inilah yang membuat Gita kadang hanyut dalam kesedihan, orangtuanya masih tersiksa sebagai budak iblis.

“Agak cepat Bal, udah mau dzuhur,” titah Gita. Sudah waktunya ia melepas rindu dengan mendoakan orang tuanya, padahal baru saja meninggalkan pusara Yuda dan Asih.

“Oke,” jawab Ikbal.

“Sabar ya, Allah pasti dengar doa-doa kamu,” bisik Dirga. Gita tersenyum getir dan menyandarkan kepalanya pada bahu Dirga.

“Semoga tidak ada lagi yang tersesat seperti almarhum bapak,” ungkap Gita.

“Sulit Git, yang namanya manusia hidup bisa terbuai dengan kenikmatan dunia. Kadang lupa dan menghalalkan segala cara,” terang Ikbal.

“Semoga anak cucu keturunan kita tidak ada yang terjerat tumbal pesugihan,” ujar Gita dan diaminkan oleh Dirga dan Ikbal.

 

...~ TAMAT ~...

 

 

 

 

 

1
estycatwoman
very nice 👍💯😊
Wisell Rahayu
baru mampir thoor masih menyimak😀
Hariyanti Katu
Aamiin🤲🤲
Hariyanti Katu
mantaf
Vita Liana
baru baca
Misna Class
lebih baik kalau ada yg ketok2 pintu di biarin aja.. lagian udah sering gitu ngapain juga masih di bukain pintu.. thor2 buat cerita kok aneh banget
Rina Indriani
lanjut kk ceritamu kereen
⍣⃝ꉣ M𝒂𝒕𝒂 P𝒆𝒏𝒂_✒️
pocongny mantan spiderman ya keluar dr plafon..
⍣⃝ꉣ M𝒂𝒕𝒂 P𝒆𝒏𝒂_✒️: makany itu mgkn tuh pocong masih merasa doi spidey jdi dia lewat plafon.. 🤣🤣🤣
dtyas (ig : dtyas_dtyas): belum pernah ya, ada kisah nyata pocong jatuh dr plafon 😁😀
total 2 replies
Rina Indriani
wih... asih
Esih Esih
Luar biasa
Zuhril Witanto
aamiin
Aditya HP/bunda lia
wiiih ... tamat ditunggu yang baru
Heri Wibowo
ada cerita baru lagi Thor
ayularasati91
baru bisa baca setelah sibuk di dunia nyata, ternyata udah mau tamat aja 😭 lanjutt kak thor
⍣⃝ꉣ M𝒂𝒕𝒂 P𝒆𝒏𝒂_✒️
the myth nya hobi turing ya kesana sini..
Kustri
mending tanah diwakafin di bangun masjid ato musholla, spy tdk wingit & pocong dkk takut, Git
⍣⃝ꉣ M𝒂𝒕𝒂 P𝒆𝒏𝒂_✒️
pocongny di toilet mau p1p1s minta dibukain tuh ikatannya..
Zuhril Witanto
arka sekarang ada dimana ...kirain tinggal ma yura
Zuhril Witanto
kamu maunya kapan git
Zuhril Witanto
apa Gita bakalan terseret kasus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!