Dia meninggalkan kemewahan demi untuk hidup sederhana. bekerja sebagai pengantar makanan di restoran miliknya sendiri.
Dan dia juga menyembunyikan identitasnya sebagai anak dan cucu orang terkaya nomor 1 di negara ini.
Dia adalah Aleta Quenbi Elvina seorang gadis genius multitalenta.
"Ngapain kamu ngikutin aku terus?" tanya Aleta.
"Karena aku suka kamu," jawab Ars to the point.
Penasaran dengan kisah mereka? baca yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 6
.
.
.
"Aku suka kamu," ucap Ars to the point.
Aleta berbalik menatap wajah tampan Ars, memang jauh berbeda dengan yang dulu sewaktu kecil. Dulu kumel dan pokoknya tidak setampan sekarang.
"Apa aku gak salah dengar?" tanya Aleta.
"Tidak, aku berkata dari hatiku," jawab Ars.
"Apakah kamu sudah tahu kalau aku sudah punya kekasih?" tanya Aleta memancing Ars.
"Tau, jangankan baru kekasih, yang sudah menikah saja bisa bercerai," jawab Ars.
"Apa yang membuat mu nekad seperti itu? Apa kamu tau kalau kekasihku itu cucu orang terkaya di negara ini?" tanya Aleta.
"Aku tau, dia pemilik perusahaan Al Corp, aku tidak peduli semua itu," jawab Ars.
"Hahaha, jangan konyol kamu, kamu mau perusahaanmu hancur dalam hitungan jam?" tanya Aleta.
"Aku tidak peduli, karena kamu mengingatkan aku pada gadis kecilku," jawab Ars keceplosan.
"Gadis kecilmu? maksudmu?" tanya Aleta.
"Maaf, aku keceplosan," jawab Ars.
"Sudahlah, sebaiknya kamu kembali ke perusahaan milikmu," kata Aleta.
"Aku akan tetap mengganggumu kalau kamu tidak menerimaku," ucap Ars.
Aleta menghentikan langkahnya, karena ia tadi sempat berjalan beberapa langkah. Kemudian Aleta berbalik menghampiri Ars. Aleta memegang tangan Ars dan berkata.
"Bekerjalah dengan baik, untuk masa depanmu. Kalau kamu bertemu dengan gadis kecilmu, maka kamu akan melupakan aku," kata Aleta.
Jantung Ars saat ini tidak bisa dikondisikan lagi, apalagi saat Aleta memegang tangannya.
"Mengapa makin kesini dia semakin mirip dengan gadis kecilku," batin Ars.
"Kalau begini bagaimana aku bisa tidak jatuh cinta?" batin Ars.
"Nanti aku antar pesanan makan siangmu, bilang saja apa yang kamu ingin pesan," kata Aleta.
"Ehh, iy-iya. Aku ingin pesan makanan kesukaanmu," jawab Ars yang baru tersadar dari lamunannya.
Aleta berlalu sambil tersenyum. Ia ingin melihat sejauh mana Ars berjuang untuk mendapatkannya. Aleta tidak ingin menyerahkan diri terlalu cepat. meskipun Aleta sudah tau kalau yang Ars cari adalah dirinya. Tapi Aleta akan berpura-pura tidak mengetahui semuanya.
Ars mengusap dadanya yang berdebar saat berdekatan dengan Aleta. Ia sudah bertekad ingin mengejar gadis itu.
"Kamu akan menjadi incaranku sekarang, aku berusaha untuk mendapatkanmu. Walaupun saingan ku adalah cucu orang terkaya di negara ini," gumam Ars.
Kemudian Ars pergi dari restoran tersebut. Ia mencium tangannya bekas Aleta genggam tadi. Sampai masuk kedalam mobil pun Ars masih terus tersenyum.
Sementara disudut lain, sepasang mata menyaksikan kejadian tadi dan tersenyum karena akan ada bahan gosip untuk menjatuhkan Aleta dengan mempermalukan nya. Dia adalah Madona yang lebih senang dipanggil Madam.
"Aku akan menyingkirkan mu Aleta. Siapa suruh merebut perhatian Rangga dariku," batin Madona.
Rangga adalah pekerja Aleta di restoran ini, ia juga menyukai Aleta tapi tidak berani untuk bicara. Aleta juga selalu menghindar saat Rangga mulai perhatian dengannya.
Madona tersenyum smirk karena sudah berhasil mengambil foto Aleta saat memegang tangan Ars. Dan itu akan dijadikannya poin untuk menjatuhkan Aleta nantinya.
Aleta masuk keruang ganti, mengganti pakaiannya dengan pakaian seragam khusus kurir.
Kemudian ia masuk kedalam ruangan Dara secara diam-diam tentunya. Agar karyawan lain tidak curiga.
"Aku ingin kamu pecat Madona, aku tidak mau reputasi restoran ini buruk karena ulahnya," ucap Aleta to the point.
"Baik," jawab Dara.
Setelah itu Aleta pun keluar dari ruangan Dara, dan menyiapkan pesanan untuk Ars. Kali ini Aleta sendiri yang memasak.
Aleta memasak beberapa menu makanan untuk Ars, yang nantinya akan diantar ke perusahaan milik Ars.
"Lihat teman-teman kelakuan pengantar makanan di restoran ini," ucap Madona. Aleta tidak peduli sama sekali, ia melanjutkan memasaknya.
"Aku dapat berita bagus nih," ucap Madona sambil memperlihatkan foto Aleta dengan seorang pria, dan beberapa orang pria lainnya. Aleta menyungging kan senyumnya.
Rekan satu profesi pun berkumpul melihat foto tersebut. Tapi hanya sekejap setelah itu mereka kembali bekerja.
Ada beberapa pelayan dan koki di restoran ini tidak menyukai Madona yang sok berkuasa. Terlebih lagi saat ia diangkat menjadi kepala koki, semakin membuat dia semena-mena memerintah. Sedangkan dia sendiri pekerjaan nya ia limpahkan ke orang lain.
"Dia tidak tahu kalau cowok itu semua saudaraku," batin Aleta.
"Dona, sudah berapa kali aku bilang. Jangan mencari masalah. Gara-gara kelakuanmu itu, aku sudah beberapa kali ditegur oleh bos," kata Dara.
"Bu Dara," ucap Madona gugup.
"Kali ini aku tidak akan mentoleransi, daripada reputasi restoran ini jelek, dengan sangat terpaksa aku harus memecat mu," ucap Dara.
"Bu, jangan dong Bu, saya masih ingin bekerja," kata Madona.
"Maaf Dona, saya tidak mau dipecat hanya karena mempertahankan kamu. Sebaiknya kamu cari pekerjaan lain saja yang lebih layak dengan profesi mu," kata Dara.
Madona termangu ditempat, rencana untuk menyingkirkan Aleta, tapi malah dia yang tersingkir.
Pelayan dan koki yang tidak suka padanya, bukan mereka sedih. Mereka malahan terlihat senang karena Madona dipecat.
"Sebenarnya apa salah dia?" tanya Rangga.
"Kamu tidak tahu atau pura-pura tidak tahu?" tanya Iwan rekan kerja Rangga.
"Tapi hanya karena masalah sepele, masa harus dipecat sih," kata Rangga.
"Aku lebih suka kalau dia dipecat," ucap Nia menimpali.
"Kamu gak tau ya? Hampir semua karyawan disini tidak menyukainya," tanya Ririn. Rangga menggeleng.
"Aku kurang memperhatikan semua itu, yang penting aku bekerja dan bekerja," jawab Rangga.
Aleta yang sedang memasak hanya diam saja mendengar curhatan mereka. Aleta tidak ingin ikut campur dalam masalah ini.
Madona keluar dari ruangan Dara dengan perasaan sedih. Kemudian ia pergi keruang ganti untuk mengemasi barang-barangnya.
Aleta yang sudah selesai memasak pun menghampiri Madona.
"Ini ambil, mungkin pekerjaan disini tidak cocok untukmu. Mungkin dengan bekerja di tempat lain kamu akan senang," ucap Aleta sambil menyerahkan amplop berisi uang.
"Semua gara-gara kamu, puas kamu sekarang?" tanya Madona.
"Aku mau tanya. Yang memulai semua ini, siapa? Dari kamu masuk kerja disini, aku perhatikan kamu sudah bertingkah. Mungkin karena itu bos tidak suka denganmu," tanya Aleta.
Madona terdiam, apa yang dikatakan oleh Aleta memang benar. Aleta dan rekan lainnya tidak pernah mengganggunya.
"Aku tidak pernah menyukai Rangga, bahkan aku selalu menghindar darinya saat dia ingin dekat denganku," ucap Aleta.
Deg... Rangga yang tidak sengaja mendengar percakapan mereka pun, jantungnya berdegup sakit.
Apalagi saat Aleta mengatakan hal itu. Rangga masih betah menjadi pendengar didekat pintu ruangan itu.
"Aku tau kamu suka Rangga, sebab itu kamu menggunakan segala cara untuk menyingkirkan aku dari sini," ucap Aleta lagi.
Madona masih terdiam, sejujurnya ia menyesali perbuatannya. Tapi karena egonya mengalahkan akal sehatnya.
"Ambillah uang ini. Aku tau kamu perlu," kata Aleta. Kemudian iapun pergi dari ruangan itu.
Rangga yang masih disitu, cepat-cepat ia bersembunyi agar tidak ketahuan.
"Hmmm, aku harus mengantar makanan sekarang," gumam Aleta.
Aleta pun mulai mengantarkan pesanan tersebut kepada pelanggannya.
.
.
.