mampir mampir mampir
“Mari kita berpisah,”
“Mas rasa pernikahan kita sudah tidak bisa di pertahankan, mungkin ini memang salah mas karena terlalu berekspektasi tinggi dalam pernikahan ini.” Lirih Aaron sambil menyerahkan sesuatu dari sakunya.
Zevanya melakukan kesalahan yang amat fatal, yang mana membuat sang suami memilih untuk melepasnya.
Namun, siapa sangka. Setelah sang suami memutuskan untuk berpisah, Zevanya di nyatakan hamil. Namun, terlambat. Suaminya sudah pergi dan tak lagi kembali.
Bagaimana kisahnya? jadikah mereka bercerai? atau justru kembali rujuk?
Baca yuk baca!!
Ingat! cerita hanya karangan author, fiktif. Cerita yang di buat, bukan kenyataan!!
Bijaklah dalam membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Raihan tahu siapa ayah Marsha
Aaron pun memasangkan cincin pada sofia yang memang Laras siapkan sejak tadi, cincin yang bertahtakan berlian itu tersemat di jari lentik sofia.
Di saat itu pula, Raihan sampai di kediaman Rafassyah. Langkah terhenti dengan nafas memburu, tabuhnya pun mendadak lemas saat melihat Aaron yang telah melamar Sofia.
"Raihan? kamu disini?" Adinda lah yang menyadari kehadiran Raihan lebih dulu. Hingga kini atensi semua orang mengarah padanya.
Raihan menatap Aaron dengan tatapan tajam, tangannya terkepal kuat. Bagaimana bisa abangnya melamar wanita lain di saat putrinya membutuhkan kehadiran ayahnya.
Di sisi lain, pertunangan sudah di selenggarakan. Dia akan membuat orang tuanya malu jika memberitahukan tentang status Aaron pada keluarga Rafassyah saat ini.
"Gue akan buat lo menyesal bang, lo akan menyesal karena telah meninggalkan istri dan anak lo dalam kesusahan." Gertak Raihan dengan rahang mengeras.
"Raihan! ada apa?" Tanya Laras menghampiri putranya.
Saat Laras akan menggapai tangan Raihan, remaja itu justru menepis tangannya.
"Aku mau pulang." Ujar Raihan dengan suara lirih.
"Kamu baru sampai, kenapa pulang? kita rayakan duku pertunangan kakakmu," ujar Laras dengan bingung.
Netra Aaron dan Raihan bertemu, keduanya saling menatap dengan kandangan berbeda. Raihan dengan kekecewaan dan Aaron dengan kebingungan.
"Seharusnya mommy gak lakuin ini." Lirih Raihan dan berlari pergi.
"Raihan!" Panggil Laras dengan perasaan bingung.
"Kenapa anak itu berkata seperti tadi?" Batin Laras.
Raihan pun memutuskan untuk pulang, saat sesampainya di rumah. Dia langsung mencari Zeva, dan ternyata wanita itu tengah menemani si kembar yang tidur siang.
"Kak, boleh aku masuk?"
Zeva yang sedang mengelus rambut Ariel seketika terkejut saat melihat Raihan yang berada di ambang pintu.
"Masuklah." Ajak Zeva.
Saat di pastikan Ariel tak terganggu, Zeva menarik tangannya. Dia membenarkan letak duduknya sembari menatap Raihan yang kini duduk di sofa dekat ranjang.
"Kenapa? apa kamu perlu sesuatu? biar saya ambilkan." Tanya Zeva.
"Kak Zeva, aku sudah bertemu dengan putrimu. Marsha."
Deghh!!
Seketika netra Zeva terbelalak kaget, Raihan sudah menebak bagaimana respon Zeva.
"Ba-bagaimana kamu bisa tahu soal Marsha?" Tanya Zeva yang kembali tersadar.
Raihan pun menceritakan tentang perjalanannya, tentang dirinya bertemu Marsha dan Ayla.
"Ayla menunggu kabar dari kakak, Marsha selalu merindukanmu. Dia rindu bundanya, bisakah kakak menelponnya?"
Zeva sempat menangis, dia menghapus air matanya dan mengangguk.
"Kakak akan menelponnya." Ujar Zeva meraih ponsel barunya yang bary sempat kembali ia mainkan.
"Dan, tentang lamaran mas Aaron dengan putri keluarga Rafassyah. AKu tahu hati kaka tengah hancur saat ini, bukan begitu kakak ipar?" Sepertinya lagi-lagi Raihan kembali membuat Zeva syok.
Deghh!!
Sontak Zeva mengangkat wajahnya, dia menatap Raihan dengan tatapan tak terbaca. Bagaimana bisa Raihan tahu tentang statusnya?
"Raihan, ka-kamu mungkin salah paham." Ujar Zeva dengan nada lirih.
Raihan mengeluarkan sebuah foto dari kantong celananya, dia menunjukkannya kada Zeva.
"I-itu foto pernikahan kami. Bagaimana bisa ada padamu?!" Sepertinya Zeva tak sadar mengucapkan hal itu.
"Kamu mengakuinya kak, jadi suami yang meninggalkan mu dan putrinya adalah bang Aaron. Aku benar, atau benar kakak ipar?" Tak ada yang salah, semua yang Raihan katakan benar adanya.
Zeva bangkit dari duduknya, dia menangkupkan kedua tangannya pada Raihan. Seketika Raihan bangkit dan menepis tangkupan tangan Zeva.
"Apa yang kakak lakukan!" Pekik RAihan.
"Kakak mohon, jangan beritahu mas Aaron tentang Marsha. Jangan sampai dia tahu soal Marsha, kakak mohon." Ujar Zeva sambil menahan tangis.
"Marsha berhak tau siapa ayahnya, dan bang Aaron harus tahu jika dia sudah memiliki anak! dia harus tahu tentang putrinya yang hidup tanpa seorang ayah sebelumnya!" Kekeuh Raihan dengan nada marah.
Zeva menggeleng, dia beralih menatap si kembar yang tidurnya terusik. Sepertinya mereka telah mengganggu istirahat si kembar.
"Kami telah sepakat untuk bercerai, bahkan kakak sudah menyerahkan surat ke pengadilan. Kami hanya tinggal menunggu sidang keputusan saja," ujar Zeva.
"Bagaimana bisa begitu?! apa kalian tidak berpikir tentang Marsha? kenapa kakak begitu egois!!" Sentak Raihan.
Zeva menyentuh jari telunjuknya ke bibirnya sembari menggeleng.
"Jangan keras-keras, si kembar bisa bangun. Lirihkan suaramu Raihan," ujar Zeva.
Raihan berdecak sebal, dia mengusap kasar rambutnya. Dia oun menjatuhkan dirinya di sofa dengan menatap lantai kamar.
"Raihan, kakak tahu kalau kakak ibu yang egois. Kakak hanya ingin putri kakak, kakak tidak mau dia di ambil oleh ayahnya."
"Coba kamu pikir, bagaimana jika mas Aaron tahu tentang Marsha? dia pasti akan merebut hak asuh Marsha, dan apa Marsha bisa bahagia tinggal bersama ayah yang baru di diketahuinya dan ibu tirinya? Kakak bisa kehilangan segalanya, tapi kakak gak bisa kehilangan Marsha."
"Marsha harapan kaka, dia hidup kakak. Kakak mohon, jangan lakukan itu Raihan. Cukup kamu tutup mulut, anggaplah kakak ini sebagai baby sitter keponakanmu. Gak lama, hanya tiga bulan kakak disini, setelah itu kakak akan pergi menjauh dari keluarga kalian."
Raihan benar-benar tak habis pikir dengan jalan pikir Zeva, dia kembali berdiri dengan tatapan penuh emosi.
"Aku tahu kenapa kali di takdirkan untuk menikah sebelum nya, karena kalian sama-sama egois! kalian memikirkan ego kalian masing-masing! Kalian saling menutup hati kalian pada kebenaran. Kalian hanya memikirkan rasa sakit hati kalian tanpa berpikir korban yang sebenarnya. Kalian lemah! kalian tidak mau berjuang demi anak yang hadir di antara kalian!"
Raihan bergegas keluar dengan penuh emosi, meninggalkan Zeva yang menatap nanar kepergian adik iparnya itu.
"Apa salah aku mempertahankan putriku? kenapa dunia seolah-olah tengah memojokkan aku saat ini hiks ...,"
***
Semua orang merasa aneh dengan sifat Raihan beberapa hari ini, remaja itu tampak lebih diam dari biasanya dan bahkan terkesan menjauh.
Seperti pagi Ini, Raihan berjalan cepat menuju pintu utama sembari memegang jaketnya.
"Sebentar lagi aku sampai," ujar Raihan pada seseorang di telpon nya.
"Bawa Marsha makan dulu, kasihan dia lapar." Ujar Raihan kembali.
Baru saja Raihan akan mencapai pintu, tiba-tiba seseorang di belakang memanggilnya.
"Mau kemana kamu?"
Pertanyaan tegas Haikal sontak membuat Raihan menghentikan langkahnya, dia berbalik dan menatap datar daddynya itu.
"Keluar," ujar Raihan.
"Ngapain? belakangan ini kamu sering keluyuran gak jelas. Raihan, daddy bebaskan kamu tapi tidak seenaknya seperti ini!"
Raihan memutar bola matanya malas, dia menatap Haikal dengan tatakan kesal.
"Lalu seperti apa? aku sedang ada urusan di kuar, aku akan bertemu dengan temanku bersama adiknya. Mereka baru pertama kali ke kota, apa aku harus menelantarkan mereka seperti ayah anak itu yang menelantarkan anaknya?"
Di akhir kata, Raihan beralih menatap Aaron yang berjalan mendekati mereka berdua. Aaron seperti merasa jika Raihan tengah menekan perkataannya pada dirinya.
"Sudahlah, yang penting malam aku akan pulang."
Raihan berbalik dan pergi, mengindahkan amukan Haikal karena melawannya.
"Ada apa dengan Raihan? semenjak pulang dari bandung sikapnya aneh." Gumam Haikal.
"Aku tidak tahu, tapi Fajar bilang sebelum dia ke rumah keluarga Rafassyah. Dia lebih dulu ke kantorku, mungkin ada yang ingin dia bicarakan. Dan sampai saat ini, aku belum tahu apa yang mau dia katakan padaku,"
DOUBLE UP, JANGAN LUPA DUKUNGANNYA YAH. YANG PUNYA VOTE, JANGAN LUPA VOTENYA YAH. KASIH BINTANG LIMA JUGA🥰
Sabar yah kawan, reviewnya lama😭 kalau sampe di kalian pagi. berarti dari pihak lukusinnya, bukan aku😭 aku udah up ini dari malem.