Rizki Bayu Saputra adalah seorang anak yang di besarkan oleh kakeknya yang merupakan pensiunan angkatan bersenjata.
Sebelum Kakeknya wafat dia telah menitipkan amanat bahwa dia harus mencari sebuah kebenaran di salah satu kota besar di negara tersebut.
apakah Rizki mampu menyelesaikan amanat mendiang kakeknya?
serta mendapatkan kebenaran tentang semuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Frans Teguh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencari Tahu
Master Lao yang mendengar hal itu pun menjadi sedikit emosional.
Karena Master Lao dan Master Wei adalah sahabat sejak masih menimba ilmu beladiri.
Mereka manjadi yang terbaik dan bahkan di sayang oleh tetua dan guru guru mereka.
Jadi sangat wajar jika ikatan emosional mereka terjalin dengan baik.
Walaupun begitu, Master Lao tetap mencoba mempertahankan ketenangannya.
“lalu bagaimana kau tahu bahwa yang menyerang mereka adalah dari dojo ku?!” tanya Master Lao dengan tenang.
“apa kau lupa bahwa kita belajar pada guru yang sama dan kita pun selalu dapat mencetak murid murid terbaik di negara ini?!” ujar Master Wei mengingatkan.
"tetua Xing tolong kumpulkan semua murid yang belajar di Universitas Nozel!" perintah Master Lao kepada tetua Xing.
"Baik Master, semua akan aku kumpulkan di aula latihan!" ucap tetua Xing dengan patuh.
"Saat menunggu bukan kah lebih baik jika kita berlatih terlebih dahulu!" ucap Master Lao kepada Master Wei.
"kau selalu ingin menguji kekuatan mu bukan?!" tanya Master Wei yang langsung berdiri dan bersiap.
"itulah kenapa kita bisa menjadi yang terbaik di perguruan kita!" ucap Master Lao dengan tertawa.
***
Setelah selesai berlatih tanding akhirnya tetua Xing datang.
"Master Lao, semua murid sudah berada di aula latihan!" ucap tetua Xing dengan hormat.
“baiklah aku paham, mari kita menuju ke aula latihan!” ajak Master Lao dan seraya menunjuk tetua Xing untuk menunjukan jalan.
“mari ikuti aku Master Wei dan tetua Harbert!” ujar tetua Xing dengan ramah.
Semua murid dojo Telapak Suci yang saat ini menjadi mahasiswa di Universitas Nozel sudah dikumpulkan di aula latihan.
“semuanya hanya lima belas orang saja?!” tanya Master Wei yang di balas anggukan Master Lao.
"tetua Xing apa benar murid yang belajar di Universitas Nozel hanya limabelas orang saja?!" tanya Master Wei ragu.
"benar Master Wei, karena jaraknya yang jauh jadi tidak memungkinkan untuk Dojo Telapak Suci mendapat murid dari Universitas Nozel!" ungkap tetua Xing dengan serius.
“baiklah, kalian semua apa benar mahasiswa di Universitas Nozel?!” tanya Master Wei dengan keras.
“benar!!” teriak mereka bersamaan.
“apa kalian ada yang mengenal mahasiswa bernama Joe Steward dan Shawn Luke?!” tanya tetua Harbert saat ini.
Lima belas orang itu hanya saling bertatapan satu sama lain seolah ingin menanyakan siapa Joe dan Shawn ini.
Master Wei yang melihat ini menjadi sedikit emosi dan berteriak menggunakan tenaga dalamnya.
“apa pertanyaan tetua Harbert tidak bisa di dengar oleh kalian!” teriak Master Wei dengan tegas.
Teriakan itu menyebabkan beberapa orang langsung jatuh pingsan karena tidak kuat menahan dengung di telinga mereka.
“apa kau harus seperti ini Master Wei?!” tanya Master Lao yang kurang setuju dengan teriakan tadi.
“maafkan aku sahabatku, aku sedikit terbawa emosi!” jawab Master Wei menyesal.
“kalian semua jawab, apa kalian mengenal Joe dan Shawn atau tidak!” tanya Master Lao kepada muridnya.
“kami tidak mengenalnya Master!” ujar salah seorang murid.
“benar Master, kami tidak tahu!” tambah murid lain meyakinkan.
“Master Wei sepertinya kau salah mengira, sepertinya muridku tidak ada yang mengenal murid mu!” ujar Master Lao dengan santun.
Melihat perubahan ekspresi Master Wei yang sepertinya kurang puas.
Master Lao pun mencoba menawarkan sebuah kesepakatan.
“bagaimana jika aku tawarkan bantuan untuk mencari tahu siapa yang sudah memukuli murid kesayanganmu itu!” ujar Master Lao kepada Master Wei.
Master Wei yang masih emosi dengan semua ini hanya dapat menggertakan giginya.
“baiklah kita bekerja sama untuk mencari tahu siapa yang telah berani memukuli muridku!” ujar Master Wei langsung.
“Harbert segera kita tinggalkan tempat ini!” perintah Master Wei yang berjalan menjauh dan menuju mobilnya.
“maafkan kami, karena telah menganggu kalian terutama Master Lao, aku dan Master Wei pamit!” ucap tetua Harbert dengan sopan.
Setelah Master Wei dan tetua Harbert telah pergi meninggalkan dojo.
Master Lao langsung mengarahkan pandangannya kepada para muridnya.
“coba kalian bantu cari tahu, siapa yang memukuli Joe dan Shawn besok di Universitas Nozel!” ucap Master Lao kepada muridnya.
"baik Master!!" teriak mereka bersamaan.
"sekarang kalian kembali ke kamar atau lanjutkan latihan kalian!" perintah Master Lao kepada muridnya.
Setelah semua muridnya pergi dan tersisa hanya tetua Xing, Master Lao pun berucap.
“aku penasaran siapa yang bisa mengalahkan bahkan membuat kaki dan tangan dari anak murid kesayangan Master Wei patah!” ucap Master Lao dengan bingung.
tetua Xing tidak berani berkomentar dan hanya diam saja.
***
Pagi ini di Universitas Nozel.
Rizki dan Dina sudah di berikan banyak pertanyaan dari teman temannya yang penasaran dengan kejadian kemarin di bengkel belakang Universitas.
“bagaimana bisa kau tidak tahu apa yang terjadi?!” tanya Alice dengan penasaran kepada Rizki.
“benar saat tersadar ternyata Joe dan Shawn sudah tergeletak bersama teman temannya!” jawab Rizki dengan gugup.
“apa benar begitu Dina?!” tanya Frans kepada Dina.
“entahlah yang aku tahu Joe dan Shawn dipukuli oleh Tyson!” jawab Dina dengan malas.
Banyak teman temannya yang merasa bahwa cerita Rizki dan Dina ada yang janggal.
Bagaimana bisa seorang Tyson yang ingin menyerang Rizki dan Dina malah berbalik menolong mereka.
Semua pertanyaan selesai setelah ada dosen masuk untuk mengisi mata kuliah hari ini.
Dina yang semula duduk dekat dengan sahabatnya tiba tiba bergerak pindah duduk disamping Rizki.
“aku tidak perduli siapa yang telah menolong ku kemarin, tapi aku hanya ingin mengucapkan terimakasih kepada mu!” ujar Dina dengan tegas.
“kau salah jika harus berterima kasih kepadaku, kau harusnya mengucapkannya kepada Tyson!” jawab Rizki dengan gugup.
“tapi aku ingin mengucapkannya kepada mu!” ujar Dina dengan cemberut.
Rizki yang melihat perubahan ekspresi Dina menjadi sedikit luluh.
“baiklah aku terima ucapan terimakasih mu!” ujar Rizki dengan malas.
“sebagai hadiahnya kau harus mau menemaniku belanja dan makan malam nanti!” ajak Dina yang langsung pergi meninggalkan Rizki yang bengong karena belum sempat menjawab.