Berawal dari sahabatnya yang fans sekali dengan seorang Gus muda hingga mengadakan seminar yang akan diisi oleh Gus yang sedang viral dikalangan muda mudi itu.
Dari seminar itulah, Annisa menemukan sosok yang selama ini dikagumi oleh banyak orang salah satunya Bunga, sahabatnya sendiri.
Awalnya, menolak untuk menganggumi tapi berakhir dengan menjilat air ludah sendiri dan itu artinya Annisa harus bersaing dengan sahabatnya yang juga mengagumi Gus muda itu.
Lantas gus muda itu akan berakhir bersama Annisa atau Bunga?
Ketika hati telah memilih siapa yang dia cintai tapi takdir Allah lebih tau siapa yang pantas menjadi pemilik sesungguhnya.
Aku mencintai dia, sedangkan dia sudah bertemu dengan takdir cintanya dan aku masih saja menyimpan namanya didalam hati tanpa tau bagaimana cara untuk menghapus nama itu.
Bukan hanya aku yang mengejar cinta, tapi ada seseorang yang juga tengah mengejar cinta Allah untuk mendapatkan takdir cinta terbaik dari yang maha cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sebuah Kata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gaun Pernikahan Zulaikha
Satu bulan berlalu...
Annisa Pov
Usai pertemuan bersama gus Habibi waktu itu, aku tak pernah lagi mendengar kabar tentangnya, bahkan pria itu tidak lagi aktif disosial media hingga semua fans nya kehilangan sosok gus kesayangan.
Begitupun denganku, aku kehilangan sosok gus Habibi tapi aku rasa semua lebih baik begini, aku dan gus Habibi memang tidak layak bersama walau sampai detik ini hati kecilku masih belum bisa melupakan beliau.
Terkadang aku juga menanyakan perihal beliau kepada Bunga, aku merasa Bunga tahu banyak tentang Gus Habibi, namun pikiranku salah, Bunga juga tidak tau dimana keberadaan Habibi.
"Gus, semua orang mencarimu, mereka merindukan mu begitupun aku," batin Annisa.
Hari ini aku sedang ditoko, membersihkan dan merapikan beberapa baju yang tampak berantakan. Seperti yang sudah-sudah, aku menghabiskan masa semester akhirku dengan bekerja sebagai karyawan toko.
"Assalamualaikum," salam seseorang mengintruksiku, aku berbalik menghadap sumber suara.
"Mba Ikha," lirihku senang.
Wanita berparas ayu itu tersenyum manis kearahku dan berjalan mendekatiku, pelukan hangat darinya mampu aku rasakan setelah sebulan kita tidak bertemu.
Sebulan yang lalu bukan hanya menjadi pertemuan terakhirku dengan Gus Habibi melainkan juga menjadi pertemuan terakhirku dengan Mba Ikha. Namun, hari ini aku senang sekali karena wajah ayu itu kembali aku lihat.
Aku dan Mba Ikha memang tidak pernah bertemu selama satu bulan tapi komunikasi kami selalu berjalan lancar di Whattsap.
Zulaikha melepaskan pelukannya, "Apa kabar?" tanyanya.
Aku tersenyum, "Kabar baik, Mba sendiri?" tanyaku balik.
Zulaikha memutar badannya, "Seperti yang kamu liat, aku baik-baik saja." ucapnya.
"Mba kesini pasti mau nemuin aku karena mba rindu kan? Aku tau itu, soalnya aku memang ngangenin." ucapku percaya diri diakhiri kekehan kecil.
Mba Zulaikha ikut tertawa mendengar ucapanku sembari mencubit hidung minimalis milik yang aku punya, "Aw sakit mba." rengekku sambil mengelus hidung mungil yang tidak sakit sama sekali. Katakan saja aku gadis penuh dengan drama.
Mba Zulaikha terkekeh karenaku, "Aku kesini mau ngambil pesanan baju pernikahan, bukan kangen kamu. Pede banget." ucapnya membuat aku membeku.
Pernikahan?
"Gus Habibi bakal menikah sama Mba Ikha?" batinku.
"Hey, kamu kok ngelamun?"
"E-eh itu, aku gak nyangka aja, nanti kita bakalan LDR lagi, mba pasti bakalan sibuk sama rumah tangga mba." alibiku.
Mba Zulaikha tersenyum sambil mengusap kepalaku, "Kita tidak akan LDR karena calon suamiku bekerja disini dan kita akan tetap bertemu kapanpun kamu mau." ucapnya.
"Mereka akan tinggal disini? Sungguh, aku belum siap untuk terluka lagi tuhan." lanjutku membatin.
"Jadi pesanan aku mana?" tanyanya.
"Bentar mba, aku ambil dulu, mba bisa tunggu disana bentar?" Aku berlalu meninggalkan Mba Zulaikha dan hendak mengambil pesanannya.
"Mau kemana Cha?" tanya Mona padaku.
"Mau ngambil pesanan Mba Ikha, Mon." balasku.
"Oh, ini pesanannya." Mona memberikan gaun bewarna biru muda itu padaku.
Aku menatap gaun itu bingung, "Bukan yang ini, Mon. Gaun mba Ikha warna putih." ucapku.
Mona menggeleng, "Gaun yang putih ga jadi Cha, mba Ikha waktu itu minta gaunnya ditukar sama yang ini aja." jelas Mona sambil menunjukan gaun biru muda kehadapanku.
"Kenapa ditukar?" tanyaku heran.
Mona mengangkat bahunya, "Aku gak tau juga, Cha, mending kamu kasih ini ke mba Ikha takut kelamaan." ucap Mona berlalu pergi meninggalkan aku yang bingung sendirian.
Aku berjalan penuh tanda tanya didalam otak sembari membawa gaun bewarna biru muda lengkap dengan baju pengantin prianya yang juga senada dengan gaun mbak Ikha.
Saat sampai ditempat Mba Zulaikha menunggu, Aku memberika gaunnya penuh ragu, seakan mengerti dengan raut kebingunanku, Mba Zulaikha pun tersenyum dan mengambil alih gaunnya, "Aku tidak jadi memakai gaun putih itu Icha, aku dan masku ingin memakai warna biru muda yang melambangkan lautan." ucapnya menjelaskan.
Aku kembali melihat baju ditanganku, baju pengantin pria yang nantinya akan dipakai oleh Gus Habibi, aku mengusap baju itu, "Bahagia selalu ya Gus." batinku.
Usai membayar kekurangan pesanannya, kini Mba Zulaikha berpamitan padaku, "Aku pamit dulu, oh iya jangan lupa buat datang keacara nikahan aku ya. Awas aja kalau ga datang, aku ga mau kenal sama kamu lagi." ucapnya bercanda.
Aku tersenyum kikuk mendengar hal itu, bagaimana bisa aku menghadiri pernikahan Mba Zulaikha dan Gus Habibi sedangkan aku sendiri masih belum bisa move on akan pria itu.
Aku tau, jika aku telah mengkhianati Mba Zulaikha, namun aku juga tidak bisa berbuat banyak karena cinta itu datang tanpa bisa aku cegah. Aku hanya bisa meminta maaf kepada tuhan untuk tidak menghukumku karena telah mencintai pasangan orang lain.
"InsyaAllah aku datang Mba," jawabku ragu.
"Acarannya hari minggu ini ya, jangan lupa dandan yang cantik dan aku juga udah pesankan baju khusus buat kamu, nanti kamu tanya saja sama Mona, kemarin aku titip sama dia." ucap mba Zulaikha yang kembali membuatku membeku.
Bagaimana bisa, Mba Zulaikha memberikan gaun khusus untukku?
Aku tidak akan sanggup berlama-lama diacara itu, sungguh itu akan membuatku terluka untuk yang kesekian kalinya.
"T-tapi mba, aku gak bisa lama-lama disana." ucapku jujur. Lebih baik begitu daripada aku menghilang setelah menampakkan diri, terlihat lebih tidak sopan, bukan?
Mba Zulaikha mengangguk, "Tidak apa, asalkan kamu datang aja aku udah bahagia banget, kalau gitu aku pamit pulang dulu ya." pamitnya.
Setelah beberapa langkah, Mba Ikha kembali berbalik badan, "Aku mau kamu yang tuntun aku nanti ya, setelah akad dibacakan. Temani aku di kamar selama akad berlangsung ya." ucapnya yang kembali membuat aku membeku.
Cobaan apa lagi?
Sungguh, aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi kedepannya, aku tidak sanggup jika harus melihat Gus Habibi dan Mba Zulaikha berjabat tangan dan Gus Habibi mencium kepala Mba Zulaikha. Ya rabb, aku tidak sanggup melihatnya, membayangkan saja aku sudah tidak kuat.
"T-tapi mba,"
"Gak ada pengecualian ya, aku mau kamu pokoknya!" paksa mba Ikha dan berlalu pergi setelah mengucapkan salam.
Aku hanya menjawab salam Mba ikha didalam hati, bibirku tak mampu berucap kala mendapatkan tugas seperti itu dari Mba Ikha. Rasanya aku ingin menghilang saja, tak akan sanggup aku berhadapan langsung dengan pria yang namanya selalu aku langitkan dan kejadian waktu itu semakin membuatku merasa bersalah terhadap Mba Ikha.
Apa yang akan Gus Habibi pikirkan jika aku yang menjadi pendamping Mba Ikha diacara nikahan mereka nanti, apa Gus Habibi memikir aku akan merusak hubungan mereka atau, sungguh aku tak sanggup lagi melanjutkan pikiran-pikiran ini.
---------
Author pov
Malam ini gadis mungil itu tengah resah akan apa yang menimpanya tadi siang. Setelah sebulan tidak bertemu dengan Zulaikha, mengapa wanita berparas ayu itu memintanya untuk menjadi pendamping dirinya selama akad?
Dosa apa yang gadis mungil itu perbuat, hingga tiada satu hari saja dirinya tentram, semua masalah selalu saja menghampiri hidupnya. Terkadang, Annisa berpikir bahwa hidup mungkin membencinya hingga dunia ini enggan memberinya kebahagiaan.
Diatas kasur yang kurang empuk itu Annisa memutar-mutar badanya kesana kesini, menutup wajah dengan bantal dan berteriak disana, berharap tak ada satu orang pun yang mendengar kegelisahannya.
"Arghhhh," teriaknya yang tertutup bantal.
Annisa merasa semuanya akan lenyap begitu saja, keputusannya sudah bulat, gadis itu akan tetap menghadiri pernikahan Zulaikha dan Habibi dengan resiko yang akan Ia tanggung sendiri.
Tidak ada yang peduli dengan hatinya, jadi biarkan saja dirinya terluka, seiring berjalannya waktu Annisa juga akan terbiasa hingga jodoh bertemu dengannya, entah itu maut atau seorang kekasih.
Annisa sudah bertekat untuk melupakan Habibi secepatnya, dirinya tak ingin menjadi seorang perempuan yang mencintai suami orang lain apalagi itu adalah Zulaikha yang sudah Ia anggap sebagai kakak sendiri.
Gadis mungil itu terlelap dalam kesedihan yang menyisahkan air mata dipipi mulusnya, terlihat seperti orang yang tidak terurus hidupnya. Semenjak mengenal Habibi, hidup Annisa semakin banyak perubahan dan hal positif bagi personal gadis itu dan perubahan besarnya juga mempengaruhi sikapnya yang awalnya ceplas ceplos dan ceria serta terkenal garang kini berubah menjadi gadis yang pendiam dan banyak mengurung diri.
Semenjak sibuk dengan skripsinya, gadis itu juga sudah mulai jarang bertemu Bunga dan teman kampus lainnya. Annisa hanya berkomunikasi dengan teman-temannya melalui whattsap dan itupun dia lakukan ketika memang ada hal yang mendesak.