Kesalahan yang terjadi pada dua manusia yang saling mencintai. Hubungan keduanya yang sudah tidak direstui. Mungkin karena tidak memiliki status sosial yang setara. Alina hanya gadis biasa yang duduk di bangku SMA dan menggunakan beasiswa dan sementara Fathan anak seorang pengusaha kaya raya dan juga seorang ibu yang bekerja dalam dunia entertainment.
Fathan dan Alina terjebak dalam hubungan gairah yang akhirnya menjadi skandal dan siapa yang dirugikan dalam hal itu.
Alina harus menerima nasibnya yang masih duduk di bangku SMA dan mengandung akibat kesalahan fatal yang dia lakukan bersama dengan kakak kelasnya yang juga menjadi pacarnya.
Karena hubungan yang tidak direstui itu yang ternyata membawa Fathan pergi dari Alina.
Bagaimana Alina menjalani kehidupannya dengan janin yang ada di dalam kandungannya.
Lalu apakah mereka dipertemukan kembali?
Jangan lupa untuk mengikuti cerita Saya dari awal sampai akhir dan follow akun Instagram saya .
ainunnharahap12.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonecis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 4 Di Sukai.
Alina dan Andre yang berada di atas motor dengan Andre yang mengendarai motor tersebut dengan kecepatan santai.
"Siapa itu Alina?" tanya Andre penasaran dengan pria yang menemani adiknya tadi. Dia sejak tadi memperhatikan pria tersebut yang merasa tidak asing.
"Yang mana, Kak?" tanya Alina.
"Yang duduk di dekat kamu? Dia memakai seragam yang sama dengan kamu. Apa dia teman sekolah kamu?" tanya Andre penasaran.
"Dia Kakak kelas Alina," jawab Alina.
"Wajahnya terlihat tidak asing. Apa kakak pernah bertemu dengannya?" tanya Andre.
"Mungkin karena dia seorang selebritis," batin Alina yang sejujurnya memang tidak mengetahui bahwa Fathan adalah orang yang terkenal. Alina juga tidak penasaran untuk mencari tahu Fathan.
"Kamu tidak mendengarkan Kakak?" tanya Fathan yang tidak mendapatkan respon apapun.
"Entahlah! Mungkin Kakak sering mengantar Alina ke sekolah dan pasti sering juga melihat orang yang tidak itu saja. Jadi wajar saja wajahnya tidak asing," jawab Alina.
"Seperti itu," sahut Andre yang tidak ingin membahas lagi.
**
Pagi-pagi seperti biasa Alina yang di antar Andre ke sekolah. Hari ini Alina tidak datang kesiangan dan bahkan tidak buru-buru. Karena masih ada beberapa menit lagi agar bersekolah berbunyi.
"Alina masuk dulu, Kak. Kakak hati-hati ke kampus," ucap Alina.
"Kamu juga belajarnya yang benar. Oh. Iya Alina nanti kayaknya Kakak tidak bisa menjemput kamu, soalnya ada tugas kuliah, Kakak yang harus diskusi dengan teman Kakak. Kamu tidak apa-apa ya pulang naik bis," ucap Andre.
"Iya. Kak tidak apa-apa," jawab Alina yang tidak mempermasalahkan hal itu.
"Kalau begitu Kakak pergi dulu. Kamu pulangnya hati-hati dan jangan sembarangan mau diajak orang lain pulang," ucap Andre memberikan pesan kepada adiknya yang membuat Alina menganggukkan kepala. Alina menunggu motor Andre pergi dulu dan setelah itu dia memasuki gerbang sekolah.
"Alina!" langkah Alina terhenti dan menoleh ke belakang yang ternyata temannya Sarah.
"Alina aku lupa menanyakan ini kepada kamu," ucap Sarah yang berbicara begitu buru-buru sekali yang membuat Alina bingung.
"Mau bertanya apa memangnya?" tanya Alina heran.
"Benar! Kamu mendapatkan masalah dengan Kak Fiony?" tanya Sarah memastikan.
Alina mengangguk pelan, "aku tidak sengaja menabraknya dan mereka bertiga marah padaku," jawab Alina.
"Lalu mereka mengganggu kamu?" tanya Sarah yang begitu khawatir sekali. Alina menganggukkan kepala yang memang apa adanya.
"Lalu apa yang mereka lakukan kepada kamu? Apa mereka melukai kamu dan melakukan tindakan yang di luar batas?" Sarah bahkan sampai memeriksa tubuh sahabatnya itu apakah ada yang terluka atau tidak.
"Tidak Sarah, aku tidak apa-apa sama sekali. Mereka memang mengusikku, menggangguku dan bahkan sampai mengambil kacamataku dan ingin membuang sepatuku. Tetapi untung saja aku tidak apa-apa," jawab Alina dengan tenang yang akhirnya membuat Sarah lega dengan menghela nafas.
"Alina, please kamu jangan sampai terlibat dengan Kakak senior. Mereka itu orang-orang yang tidak punya hati dan sangat suka sekali mempermainkan adik kelas. Aku tidak ingin kamu menjadi korban selanjutnya. Kamu pasti sering mendengar bahwa mereka bertiga itu sangat menyeramkan dan bahkan tidak ada yang berani menegurnya," ucap Sarah yang memberikan saran.
"Aku tahu itu. Aku lain kali akan hati-hati dan tidak akan mencari masalah dengan mereka. Aku juga tidak mau berurusan dengan mereka," ucap Alina.
"Syukurlah kalau begitu," sahut Sarah.
"Terima kasih Sarah kamu sudah khawatir padaku dan memberikan ingatan padaku," ucap Alina.
"Itu memang harus. Ya sudah kalau begitu sekarang kita masuk kelas," ajak Sarah yang membuat Alina menganggukkan kepala.
**
Jam istirahat yang membuat semua murid-murid ke kantin sekolah yang mengikuti antrian untuk mengambil makan siang dan begitu juga dengan Alina dan Sarah. Mereka berdua selalu saja bersama dan mepet-mepet. Alina juga senang memiliki sahabat seperti Sarah dan begitu juga dengan Sarah.
Persahabatan keduanya sangat positif yang tidak suka mencampuri urusan orang lain dan pasti saling mengingatkan satu sama lain.
"Kita duduk di sana!" tunjuk Sarah yang melihat bangku kosong yang membuat Alina menganggukkan kepala dan mereka langsung menduduki tempat tersebut.
"Huhhh, dari tadi cacing ku sudah berbunyi terus," ucap Sarah yang tidak sabaran untuk makan. Belum juga makanan itu masuk ke dalam mulut Sarah dan tiba-tiba mata Alina menoleh ke sebelahnya dan begitu juga dengan Sarah yang tidak jadi makan.
Ternyata ada Fiony, Nada dan Tari yang berdiri di samping mereka dengan tatapan yang sangat sinis. Alina menelan salivanya yang sangat takut melihat tiga orang tersebut.
"Minggir! Tempat ini milik kami," usir Nada.
Sarah yang melihat di sekelilingnya dan padahal masih ada bangku kosong dan kenapa mereka yang disuruh minggir.
"Malah bengong. Ayo cepat minggir! Atau kamu ingin kita bergabung makan bersama kalian berdua?" tanya Tari yang sama saja judesnya.
"Sarah ayo kita pergi," Alina yang sudah berdiri membawa makanannya yang tidak ingin berurusan dengan senior itu.
Sarah harus menurut pada Alina, karena dia juga tidak ingin berurusan walau sangat kekal yang diusir begitu saja dan akhirnya mereka berdua pergi
"Dasar!" umpat Fiony yang mengambil tisu dan terlihat melap bangku tersebut karena sudah bekas duduk dari Alina dan Sarah.
Alina dan Sarah menduduki bangku lain dengan wajah Sarah yang kesal.
"Huhhh! padahal begitu banyak bangku kosong dan kenapa harus duduk di bangku kita. Menggangu makan saja. Nanti kalau dibantah dibilang berani dengan senior dan kalau diam saja malah diinjak-injak!" kesal Sarah yang tidak hentinya merocos.
"Sudahlah Sarah. Tidak apa-apa kita makan di sini saja dan itu sama saja yang terpenting seperti apa yang kamu katakan, kalau kita berdua tidak mencari masalah dengan mereka," ucap Alina.
"Tetapi tetap saja aku begitu kesal dengan mereka!" sahut Sarah.
"Sudahlah! Kamu tidak perlu kesal lagi dan sekarang kita sebaiknya makan saja," ucap Alina tersenyum. Sarah yang mau tidak mau kembali menikmati makanan tersebut walau sudah tidak mood lagi.
Mata Sarah yang tiba-tiba melihat ke arah kanannya yang sangat bertepatan dengan Fathan yang duduk bersama teman-temannya. Sarah mengerutkan dahi melihat tatapan Fathan yang melihat ke arah Alina dan Sarah berusaha untuk memastikan.
"Alina. Kenapa Kak Fathan sejak tadi terus melihat kamu?" tanya Sarah
"Maksud kamu?" tanya Alina.
Sarah memegang wajah sahabatnya itu mengarahkan ke tempat duduk Fathan dan yang benar saja Fathan bukannya mengalihkan pandangannya dan semakin memperjelas bahwa dia sejak tadi ngomong memperhatikan Alina. Alina menjadi gugup dan dengan cepat mengalihkan pandangannya.
"Cieeee, diperhatikan Kakak kelas," goda Sarah
"Kamu bicara apa Sarah," sahut Alina menjadi salah tingkah yang terlihat makan dengan buruk-buru dan bahkan tangannya bergetar.
Sarah melihat ke arah Fathan lagi dan ternyata memang masih saja Fathan terus saja melihat Alina.
"Apa jangan-jangan Kak Fathan suka lagi sama kamu," celetuk Sarah begitu saja yang membuat Alina mengangkat kepala.
"Sudahlah, kamu kalau berbicara terus saja tidak masuk akal. Ayo lanjutkan makan," sahut Alina yang tidak ingin membahas hal itu.
Sarah senyum-senyum sendiri sembari makan melihat sahabatnya yang semakin gugup dan bahkan Alina kembali menoleh ke arah tempat duduk Fathan dan masih saja Fathan melihat dirinya yang membawa Alina kembali mengalihkan pandangannya.
Bersambung.....