Adeline adalah putri dari kerajaan kecil yang diabaikan, setelah di jodohkan ia malah melarikan diri dari pernikahan dengan Grand Duke Kaivan Bahdrika yang terkenal dingin setelah bercerai dari istri pertamanya.
"Aku tidak akan menikah dengan siapa pun sampai kapan pun, jika aku mengenalnya maka akan ku bantu pelarian wanita itu. Tapi karena aku tidak mengenalnya maka wanita itu harus lari dengan benar, pantau terus kabar tentangnya dan jika ada kabar dia tertangkap maka bunuh saja dia." Kaivan tidak memiliki belas kasih, sejak awal dia berniat membuat Adeline menderita setelah menikah jadi sama saja dengan membunuhnya.
Siapa sangka setelah semua itu ia malah terlibat dengan putra grand duke, menjadi pengasuh duke muda dan tinggal di dalam Kediaman Bahdrika.
Akankah identitas Adeline terbongkar suatu saat nanti?
Nantikan kisah selengkapnya pada bab-bab yang akan datang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lasri Anariya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 Hantu Adeline
Bab 35
"Bagaimana keadaanya sekarang?" Tanya Jayden pada murid Melvin, Rosana.
"Ini sungguh keajaiban, organ dalamnya pulih dengan cepat padahal aku tidak menggunakan ramuan kelas atas. Racunnya sementara dikeluarkan, ini adalah racun Vitalia yang efeknya bisa menghancurkan inti tenaga dalam serta merusak jantung dan sel pembunuh darah. Kecuali dengan ramuan guru, aku tidak yakin orang ini bisa selamat dari efek Vitalia Tapi aku sepertinya sudah sehebat guru bisa menyembuhkan pengasuh ini, beruntung tenaga dalamnya tidak hancur jadi masih bisa aku selamatkan," jelas Rosana.
"Vitalia adalah racun yang ada di penjara bawah tanah, akses ke sana sangat ketat. Siapa pelaku yang berani mencuri racun ini?"
"Entahlah, aku juga tidak tahu. Tapi pikir lah lagi dengan baik, penjahat itu ada di dalam kediaman ini. Mengingat waktu pengasuh ini terkena racun sekitar tengah malam, aku yakin pengasuh saat itu disergap saat tidur pasti ia juga memberontak maka petunjuk paling dekat adalah pakaian. Vitalia bisa saja mengenai pakaian pelaku kejahatan, jika dia pintar maka pakaian itu sudah di bakar."
"Sepertinya aku harus mengintrogasi kesatria yang berpatroli tadi dalam serta yang menjaga dalam kediaman, menyelidiki siapa saja yang masuk ke ruang bawah kemarin serta pelayan yang meminta baju ganti cadangan."
"Benar, selamat bekerja ketua." Salam Rosana meninggalkan Jayden untuk memeriksa pasien lain, ia sangat sibuk saat ini.
Lingkup pencarian diperkecil oleh Jayden menjadi beberapa orang, Ruby termasuk sebagai tersangka bersama dengan beberapa pelayan. Jayden meminjam kekuatan spirit untuk mendeteksi kebohongan, Oksana juga datang membantu melakukan penyelidikan dengan bantuan undine ia mengontrol seisi kediaman melalui cermin air buatannya yang bekerja seperti CCTV.
Semua tersangka tidak terlihat mencurigakan, Ruby juga lolos berkat alat sihir pemberian Olive agar sihir apa pun tidak mempan padanya termasuk kemampuan para spirit. Hari-hari setelah itu berjalan lancar, Adeline masih belum sadarkan diri walau pun kondisinya semakin membaik. Namun mereka lengah, tiba-tiba saja kondisi Adeline memburuk memuntahkan banyak darah tanpa sebab. Rosana panik akhirnya menggunakan ramuan pemulihan kelas atas untuknya, ahli ramuan serta dokter di paviliun heran kenapa Adeline yang sudah membaik mendadak lemah sampai menunjukan gejala aneh.
Anggota medis mulai mengawasi Adeline dengan ketat, sementara Rosana berpikir keras untuk menyelamatkan Adeline setelah semua pengobatan telah dilakukan. Racun sudah dikeluarkan semua, penawar serta ramuan pemulihan sudah diberikan lantas apa yang salah, pikirnya.
Tengah malam saat pergantian jam kerja, Adeline bangun dari ranjang. Ia sudah membaik sejak lama. Namun semua itu ia rencanakan untuk menangkap Ruby, saat mendengar pembicaraan Jayden dengan Rosana jika tidak ada petunjuk yang merujuk pada pelaku kejahatan tersebut selama beberapa hari terakhir.
Adeline berlari keluar dari ruang rawat melalui jendela, ia bisa dengan mudah turun dari lantai 2 karena sudah terbiasa melakukannya saat masih menjadi putri dulu. Adeline sengaja memuntahkan darah beberapa sebelum keluar, muntah darah itu disengaja oleh Adeline dengan cara membuat luka dalamnya sendiri. Namun, luka itu membaik dengan cepat karena kekuatan penyembuhan dalam tubuh Adeline.
Ruby yang saat itu sedang menyisir rambut Alice bersenandung bahagia, kabar memburuknya Adeline telah menjadi berita baik untuknya, berkat itu ia yakin Adeline akan meninggal dan dia akan baik-baik saja. Pengawasan tidak lagi ketat seperti beberapa hari lalu, Alice dan Olive sudah berada di kamar mereka masing-masing.
"Selamat malam nona," pamit Ruby seraya menutup pintu kamar Alice.
Ruby membawa lentera melewati lorong dengan pencahayaan kurang, tidak ada rasa khawatir, atau takut dalam hatinya untuk Adeline. Setelah Adeline dimakamkan dia yakin posisi sebagai pengasuh pasti akan menjadi miliknya, ia sangat bahagia hanya dengan membayangkan itu.
"Ruby," panggil seseorang dari kejauhan, suara yang tidak asing. Tapi, tidak terdengar jelas olehnya siapa pemilik suara tersebut.
Orang itu tidak berjalan diatas lantai, ia melayang kearah Ruby dengan sangat cepat sambil berteriak, "Kenapa kau membunuh ku? Kembalikan kebahagian ku! Kembalikan hidup ku!"
"Kyaaaa." Ruby berteriak kemudian berbalik melarikan diri secepat mungkin, suara tidak asing milik Adeline membuatnya ketakutan bukan main.
"Ruby, apa salah ku pada mu? Kenapa kau melakukan ini pada ku? Ruby, kembalikan hidup ku!"
"Apa kau sudah gila? Matilah dengan tenang, terimalah kenyataan itu. Tidak ada yang bahagia dengan kehidupan mu, itu salah mu sendiri berani menyinggung orang yang tidak seharusnya," teriak Ruby melarikan diri tanpa tujuan, rasanya ada yang janggal karena tidak ada satu pun kesatria berpatroli dalam kediaman padahal biasanya mereka ada lebih banyak.
Ruby berlari ke kamar Olive secara tidak sadar ia langsung menerobos masuk, Olive yang sedang sibuk menikmati teh malam hari sambil membaca buku terkejut sekaligus kesal karena sikap tidak sopan Ruby.
"Lancang sekali kau masuk tanpa mengetuk pintu, keluar sekarang!" Perintah Daisy, tentu saja Ruby menolak dan malah mendekati Olive.
"Nona tolong saya. Hantu Adeline datang untuk meminta keadilan, dia mengejar saya sampai ke sini," ucap Ruby dianggap melantur oleh Olive.
"Apa bekerja melayani Alice seburuk itu sampai kau berhalusinasi, bagaimana bisa orang yang bahkan belum meninggal datang sebagai hantu? Kau hanya kelelahan, cepat keluar!" Sinis Olive.
"Nona percayalah pada saya, dia terus berteriak meminta kembali hidupnya, mungkin saja dia sudah meninggal di paviliun ahli ramuan."
"Aku tidak punya waktu untuk bermain dengan mu, kenapa juga aku harus membantu? Memangnya apa yang kau lakukan sampai setakut itu pada Adeline, jangan hanya karena kau melayani Alice maka kau bisa seenaknya pada ku. Aku tidak ada hubungannya dengan mu atau Adeline," ucap Olive menjaga jangan sampai ada kabar jika ia dekat dengan Ruby, apalagi jika ternyata ada masalah pada mental Ruby dan dia mulai mengatakan kebenaran maka Olive bisa menangkis semua itu.
"Lempar dia keluar!" Lanjutnya memerintah para pelayan.
"Nona, anda tidak bisa melakukan ini pada saya. Tolong saya, semua ini juga an ...."
Olive melemparnya dengan buku, Olive tahu ada yang berbeda dengan kediaman ini maka ia tidak mau satu kata saja tentang hubungan mereka terkuak keluar entah ada atau tidak ada orang luar.
"Jika kau ingin melihat kelurga mu mati maka cobalah bicara lagi, nona kami tidak semurah hati itu," bisik Daisy, Ruby pun pasrah saat dirinya dihempaskan keluar dari kamar Olive.
Rasa takut akan kematian dan hukuman menghantui dirinya, padahal semua sudah berjalan lancar dan sekarang ia malah dibuang oleh Olive sementara nyawa keluarganya terancam. Jika saja dendam itu tidak dihasut atau di dukung oleh Olive maka dia akan baik-baik saja, dalam sekejap beban pikiran serta rasa putus ada telah merusak mentalnya. Ruby berlari sambil menangis keluar kediaman sambil berteriak meminta maaf pada Adeline tentang kejahatannya.
Jayden dibangunkan oleh Rosana mengatakan Adeline menghilang dari ranjang, ia bergegas melakukan pencarian. Namun yang dicari ternyata berada di kamar Ailee, di sana ia duduk mengelus kepala Ailee yang terlelap sebagai penyalur rindu lama tidak bertemu. Ia berhenti mengejar Ruby saat melewati kamar Ailee, sementara Ruby ditangkap karena berlarian seperti orang gila tanpa siksaan ia mengakui kejahatannya pada Adeline.
"Keadaan mu sudah membaik sempurna, kau membuat ku khawatir tanpa alasan karena tiba-tiba sakit lagi. Syukurlah sekarang kau bisa kembali bekerja. Tapi jangan lakukan pekerjaan berat, jika merasa sakit pada tubuh mu jangan ragu kembali kemari pada ku," jelas Rosana, Adeline mengangguk.
"Selamat Adeline." Sachi dan Andrew memeluk Adeline yang akhirnya kembali bergabung dengan mereka.
Ailee yang berdiri malu-malu tidak jauh dari keduanya, mencuri pandang pada Adeline melihat itu Adeline tidak dapat menahan diri untuk mendekat.
Adeline berlutut untuk menyamakan tinggi mereka kemudian ia berkata dengan nada lembut, "Maaf karena tidak mengabari duke muda jika saya sakit selama beberapa hari terakhir, sebagai permintaan maaf saya akan melakukan pekerjaan saya lebih baik dari kemarin."
"Bagaimana bisa kau bekerja padahal baru sembuh? Adeline bersama ku saja biarkan pekerjaan mu dilakukan oleh Helen, percayakan saja pada Andrew sampai Adeline sembuh dengan baik," protes Ailee menolak.
"Terima kasih duke muda, bagaimana jika saya bantu anda mengganti pakaian untuk kelas berikutnya?" Tawar Adeline, Ailee mengangguk. Adeline pun menggendong Ailee kembali ke kamar, Andrew dan Sachi merasa lega untuk itu.
"Wanita itu sakit? Dia memangnya sakit apa sampai bolos selama beberapa hari, dia pasti menipu orang hanya untuk bermalas-malasan. Dasar rakyat biasa rendahan," batin Alice mengintip dari balik tembok.
*****
Bersambung.
Silakan tinggalkan jejak and dukung selalu author, karena dukungan kalian sangatlah berarti 😘
Adeline adalah karakter yang kuat dan kompleks, mewakili banyak wanita yang berjuang melawan batasan sosial. Dalam perjuangannya, dia harus menghadapi berbagai tantangan dan mempertanyakan identitasnya sendiri. Hubungan yang dia jalin dengan tokoh lain menambah kedalaman cerita, menciptakan ketegangan yang menarik.
Gaya Penulisan:
Gaya penulisan Lasri Anariya sangat engaging, dengan narasi yang mengalir dan dialog yang natural. Pembaca akan mudah terhubung dengan emosi dan perjalanan karakter, menciptakan pengalaman membaca yang mendalam.
Kesimpulan:
"Mirage of Love" adalah novel yang menarik dan relevan, memberikan pandangan mendalam tentang cinta, kebebasan, dan identitas. Dengan alur yang menegangkan dan karakter yang kuat, novel ini akan membuat pembaca terbawa dalam kisah perjalanan Adeline.
Rekomendasi:
Bagi penggemar cerita romantis dengan elemen drama dan konflik emosional, "Mirage of Love" adalah pilihan yang tepat. Ini adalah bacaan yang akan membuat pembaca merenungkan pilihan hidup dan arti sebenarnya dari cinta.
/Smile//Smile//Smile//Smile//Smile//Smile//Smile//Smile/