Novel ini squel dari novel DIKIRA TUKANG OJEK TERNYATA PENGUSAHA Dan MENTARI TERTUTUP AWAN.
Novel ini menceritakan kisah cinta dan kecewa, seorang Nadia, Putri dari Arkan dan Senja, Sedangkan yang lelaki Putra dari Awan dan Mentari.
yang penasaran dengan percintaan mereka, yok ikuti novel ini yang berjudul.DIKIRA GADIS DESA TERNYATA KAYA RAYA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pelangi senja11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 22. Bertemu Monica
Mertua dan menantu itu bergandeng tangan memasuki pusat perbelanjaan. Keduanya tampak sangat senang karena bisa berjalan-jalan.
Sampai didalam mall, Nadia dan Mentari melihat-lihat lebih dulu sebelum membeli.
Mentari melihat pakaian kantor untuk wanita yang terpajang di manikin sangat bagus, dia langsung menarik tangan menantunya itu mengajak untuk melihatnya.
"Baju ini sangat bagus dan elegan, apa kamu suka?" tanya Mentari pad menantunya itu.
"Nanti aja Ma, kita lihat-lihat dulu," Jawab Nadia. Sebenarnya Nadia enggan menjawab, karena melihat lebel harga baju itu terlalu mahal.
Nadia bukan tidak mampu untuk membeli baju itu, tapi dia tidak mau menghabiskan banyak uang, karena untuk membayar harus pakai kartu suaminya.
Nadia tidak mau dianggap matre oleh suaminya maupun keluarga suaminya.
Mentari mengerti, dia mengira mungkin Nadia tidak menyukai baju yang dia tunjuk, dan Nadia tidak suka tapi dia tidak berani memberitahunya.
"Baiklah, mari kita lihat-lihat lagi, disana mungkin ada yang cocok dan yang kamu suka." Mentari mengajak Nadia lagi berkeliling mencari baju yang cocok dan yang disukai oleh menantunya.
Nadia mengangguk dan mengikuti langkah Mentari kemanapun Mentari pergi.
Disaat Samapi pada ditoko pakaian yang banyak model dan merek ternama, Mentari kebelet, dia ingin ketoilet.
"Nak, kamu tunggu disini sebentar, kamu lihat-lihat dulu, Mama mau ketoilet sebentar." Ujar Mentari kemudian pergi dengan terburu-buru.
Nadia hanya mengangguk, dan menatap punggung wanita yang melahirkan suaminya itu.
Setelah Mentari tidak terlihat lagi, Nadia kembali melihat-lihat baju yang terpajang, dan juga beberapa tas bermerek terkenal yang terpajang di toko itu.
Disaat Nadia ingin melihat tas yang menurutnya sangat bagus dan cocok untuknya, dua orang datang menghampiri, membuat Nadia tidak jadi menyentuh tas itu.
"Wah, wah, sejak kapan disini menjual baju murah, hei kampungan, kamu pikir ini pasar hah?" Tanya orang itu yang tidak lain adalah Monica dan temannya.
"Disini semuanya barang berkualitas, kamu tidak akan mampu membayar, kamu tau berapa harga tas ini?" tanya Monica lagi menunjuk tas yang ingin Nadia lihat tadi.
Nadia hanya diam, dia malas berurusan sama wanita seperti Monica. Nadia bukan takut pada Monica, tapi dia malas aja, bagi Nadia Monica itu hanya wanita yang sekolah tinggi tapi tidak punya etika.
Sedangkan teman Monica hanya menatap sinis pada Nadia dengan kedua tangannya dia selangkan didada.
Nadia tetap tidak meladeni Monica, biarkan saja Monica mengoceh sendiri.
Nadia kembali ingin melihat tas itu, karena tas itu terlihat sangat bagus dimatanya.
Ketika Nadia hendak memegang tas itu lagi-lagi tangannya terhenti karena suara seseorang sudah berdiri dengan senyum ramah disampingnya.
"Mbak, tas ini keluaran terbaru dan terbatas, tas ini hanya ada tiga di Negara ini, apa Mbak menyukainya?" Tanya pelayan toko yang sudah berdiri disamping Nadia dengan ramah.
"Memangnya berapa harga tas ini, kenapa tidak ada Lebel harganya?" tanya Nadia pada pelayan toko sebelum menjawab pertanyaan yng ditanyakan oleh pelayan toko padanya tadi.
"Tas ini kami sengaja tidak memberikan lebih, karena harga tas ini mencapai seratus juta." Jelas pelayan itu pada Nadia.
Pelayan toko itu juga menjelaskan kualitas dan bahan pembuatan juga dibuat dengan tangan bukan dengan mesin.
Nadia manggut-manggut mengerti, dan dia sangat suka, Nadia ingin membelinya.
"Kalau begitu, aku mau tas ini." Ujar Nadia lagi, setelah mendengar penjelasan dari pelayan itu.
Monica yang melihat pelayan toko itu ingin mengambil untuk Nadia, dia dengan sigap langsung meraih tas itu.
"Ini milik ku, aku akan membayar lebih." Ujar Monica langsung meraih tas itu.
"Tapi Mbak, tas ini lebih dulu Mbak ini yang mau." Ucap pelayan toko karena benar Nadia lah yang lebih dahulu menginginkan tas itu.
"Kamu diam, kamu hanya pelayan, kamu tidak tau siapa aku? aku bisa membuat kamu dipecat." Gertak Monica membuat pelayan itu bungkam.
Pelayan itu sangat takut dipecat, karena dia pikir sangat susah mencari pekerjaan disaat ini, jadi lebih baik dia diam aja.
Nadia menarik nafas kasar, dia tidak tau harus bagaimana, kalau dia meladeni Monica pasti akan menimbulkan kekacauan ditempat umum, tapi kalau dia tidak meladeni Monica sudah pasti Monica akan terus mengoceh dan menghina dirinya.
"Tas ini aku yang lebih dulu memilih, tapi kenapa kamu merebutnya dariku?" tanya Nadia yang sudah diambang batas kesabaran.
"Hahaha, apa aku gak salah dengar, kamu ingin membeli tas ini, uang dari mana? wanita kampungan dan miskin sepertimu mau bayar pakai apa, daun?" Monica terus menghina dan mengejek Nadia, karena berpikir Nadia seorang wanita kampung yang miskin.
"Dengar ya aku kasih tau, lebih baik kamu lupakan saja, dari pada kamu malu, lagian mana cocok wanita desa sepertimu memiliki tas mahal seperti ini." Hina Monica lagi.
"Jangan suka menghina orang, aku takut kamu sendiri nanti yang malu." Tegur Nadia sudah tidak tahan dengan hinaan Monica padanya.
"Malu? Aku malu, mimpi, kamu tau siapa aku, aku Putri satu-satunya pemilik perusahaan Argantara, aku yakin kamu pasti sudah mendengar perusahaan itu." Ujar Monica, mengaku dirinya Putri Arkan dan Senja, tanpa Monica tau kalau Putri pemilik perusahaan adalah orang yang dia hina saat ini.
Nadia tersenyum mengejek, dia tidak menyangka tanpa ada malu sedikitpun Monica mengaku dirinya Putri dari Arkan dan Senja.
"Kamu kenapa diam? bungkus ini!" titah Monica pada pelayan dan menyerahkan kartu debitnya pada pelayan untuk pembayaran.
Pelayan toko langsung mengambil kartu yang diserahkan oleh Monica dan langsung menggesek untuk pembayaran.
Nadia hanya tersenyum, dia tidak membantah apa yang Monica akui tadi, Nadia memilih mengalah, karena dia tidak mau semua orang tau kalau dia Putri dari Arkan dan Senja, yaitu pewaris asli Argantara group.
Nadia keluar dari toko itu dan melihat ke toko yang lain, Sampai ditoko lain Hp Nadia berbunyi, ternyata Mentari yang meneleponnya.
Mentari menelepon Nadia karena Nadia sudah tidak ada ditoko yang tadi saat dia kembali dari toilet.
"Kamu dimana?" tanya Mentari saat teleponnya sudah tersambung dengan Nadia menantunya.
"Aku sudah ditoko sebelah Ma, Mama kesini aja." Jawab Nadia meminta mertuanya menyusul ke toko dimana dia sekarang berada.
Setelah memberitahu lokasinya pada mertuanya, Nadia langsung menutup teleponnya dan memasukkannya kembali kedalam tas selempangnya.
Setelah itu Nadia kembali melihat-lihat dan penglihatannya terhenti pada baju yang menurutnya sangat bagus dan elegan.
Nadia langsung melihat lebel harga dia sangat terkejut, karena harga baju itu lebih dari satu juta.
"Apa Mbak mau baju ini?" tanya pelayan toko menghampiri Nadia.
"Tidak, jadi Mbak, harganya sangat mahal." Jawab Nadia ingin mengurungkan niatnya pada baju itu.
Nadia hendak berbalik ingin melihat yang lebih murah, namun dia hampir jatuh karena menabrak seseorang saat berbalik.
Untung saja lelaki itu dengan cepat menarik tangan Nadia dan memeluknya bersamaan dengan Mentari yang juga tiba disitu.
Bersambung.