NovelToon NovelToon
Immortal Fairy Returns To The World

Immortal Fairy Returns To The World

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Reinkarnasi / Dikelilingi wanita cantik / Kelahiran kembali menjadi kuat / Budidaya dan Peningkatan / Perperangan / Penyelamat
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Made Budiarsa

Yan Chen yang unik, memiliki roh Wajan dan di putuskan tunangan, tapi siapa yang menyangka ia bukan pemuda biasa.

dari wajah lucu dan sering bersikap bodoh, mencuri perhatian, memiliki rasa yang besar di dalamnya.

dengan itu, satu persatu perubahan mengejutkan semua orang dan pandangan tentangnya semakin baik dan lebih baik.


saya berharap bisa konsisten menulisnya.

selamat membaca, jangan lupa Like, komentar dan favoritnya, supaya penulis tahu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Made Budiarsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Masa lalu Lu Yan

Yan Chen tersenyum. Memperhatikan Lu Yan yang makan dengan sopan dan Tang Mei yang sedikit belepotan seperti anak desa pada umumnya. Ia bahagia dan benar-benar bahagia setelah sekian lama. Kekeliruannya sekarang tercerahkan. Betapa sunyi, bosan dan kesepiannya berdiri di atas puncak yang hanya di temani angin. Semua yang terjadi, pembunuhan, pengejaran, penjarahan dan kerja keras rasanya tidak ada artinya jika itu untuk diri sendiri.

Yan Chen menyadari salah satu hal yang penting dan perlu dilakukannya dalam hidup ini. Ia mengeluarkan sumpit dan ikut makan.

“Lu Yan, jangan makan terlalu banyak, itu membuatmu cepat gemuk.”

“Tang Mei, ayo makan lebih banyak, kamu sedikit kurus.”

Dengan begitu, mereka makan dengan lahap tanpa mempedulikan apa pun. Angin bertiup, api berkobar dan dedaunan beterbangan. Suasananya benar-benar hangat dan menyenangkan.

Setelah satu jam berlalu, mereka membaringkan tubuhnya dan menghela nafas. Lu Yan tersenyum menatap bintang-bintang. Tang Mei mengelus-elus perutnya yang besar. Yan Chen menyilangkan kedua tangannya di belakang kepalanya sebagai bantalan. Ia menikmati bintang-bintang.

“Yan Chen, aku selalu ingin masakanmu,” Lu Yan berkata.

“Tidak kusangka, kau benar-benar hebat dalam memasak,” puji Tang Mei.

“Baru kau sadar. Adik, datanglah kepada kakak jika kau memerlukan makan lezat.”

“Akan kupikirkan.”

Yan Chen terbangun. “Baiklah, kakak-kakak cantik, sekarang giliranku.”

Tang Mei dan Lu Yan terbangun. Ia memperhatikan Yan Chen dan tidak mengerti.

Tidak lama mereka merasakan sakit kepala dan penglihatannya mulai memudar.

Wajah Tang Mei menjadi marah. “Bajingan, apa yang kau lakukan...”

Ia ambruk tidak sadarkan diri.

“Mengapa kau melakukannya?”

Lu Yan juga menyusul dan terjatuh.

Yan Chen tersenyum dan menghela nafas. Tidak lama burung merpati muncul dan mendarat di bahunya. Ia memperhatikan Lu Yan yang tidak sadarkan diri.

“Jangan khawatir,” kata Yan Chen. “ Dia akan baik-baik saja.”

Burung merpati percaya dengannya dan hanya terdiam. Ia mengepakkan sayapnya kembali dan terbang menjauh.

Yan Chen kemudian berjalan mendekati Lu Yan dan tersenyum.

“Mari kita lihat, apa saja yang kau alami.”

Ia lalu memosisikan Lu Yan bersila. Menyatukan seluruh tangannya dan memejamkan matanya.

Jiwa Yan Chen kemudian masuk ke dahi Lu Yan. Ia muncul dalam jembatan awan yang panjang dan berliku-liku.

Di sekitarnya hanya ada bintang-bintang dan kegelapan peka seperti berada di luar angkasa.

Ini adalah jembatan waktu dan ingatan Lu Yan.

Yan Chen berjalan pelan.

Tidak lama gambar muncul. Di sana seorang gadis kecil kumbal dan kotor mengemis-ngemis di depan jalan. Pakaian kotor dan berwarna coklat. Pipinya kusam. Dengan sepotong bambu kecil meminta-minta uang.

Bibirnya membiru dan sedikit gemetaran. Jelas ia sedang sakit. Tidak ada orang yang mempedulikannya, bahkan meliriknya.

Sampai ketika seorang pria paru baya berpakaian biru tua menghampirinya.

“Tuan....”

Gadis itu mengulurkan bambunya.

“Ikutlah denganku.”

Begitu berkata, ia berbalik pergi meninggalkan gadis itu.

Gadis itu memiringkan kepalanya dan memiliki ekspresi heran.

Gadis itu Lu Yan kecil. Pria itu Grand master Chen.

Itu pertemuan pertama mereka, yang mengikat hubungan diantara keduanya.

Yan Chen berjalan lagi.

Kemudian muncul gambar di atas gunung yang tinggi dan dipenuhi awan-awan.

Seorang gadis bersimpuh. Pakaiannya indah berwarna biru keputihan. Diletakkannya kedua tangannya di atas pangkuannya dan dengan wajah serius mendengarkan dan menatap seorang pria yang sedang menerangkan sesuatu. Itu adalah pertemuan benar-benar pertama dan awal bagi Yan Chen. Gadis itu seperti berubah dalam sekejap, menjadi bersih setelah lama di penuhi kotoran.

Yan Chen berjalan lagi.

Umur Lu Yan menginjak remaja. Ia tertawa, berlarian dan usil dengan gurunya. Ketika menemukan bahagia, mereka tertawa, ketika menemukan kesusahan, mereka bersama-sama berusaha melawan bersama.

Banyak waktu di habiskan bersama dalam perjalanan panjang. Hati Lu Yan mulai terbentuk dan pada saat itulah, Grand master Chen memberinya pil, kemudian mengambil inti dari tubuh peri dua belas warna kemudian menggunakannya untuk meningkatkan kultivasinya dan sebagai bayaran atas kehidupan Lu Yan.

Yan Chen terdiam. Ia tahu itu sebuah kesalahan dan tidak bisa diulang kembali.

“Aku akan mengembalikannya. Percuma saja, gadis itu lebih penting dari pada itu.”

Ia melangkah lagi dan tiba pada saat Lu Yan dewasa. Di bawah pohon besar, tubuhnya yang langsing, rambutnya yang panjang terlihat indah. Tentu saja ia cantik memukau. Menunduk, meletakkan tangannya di belakang punggung dan bersandar. Wajahnya merah dan malu-malu. Sesekali menoleh dengan wajah merah.

“Apa guru... mengetahunya?”

Sementara di sebelahnya, Grand master Chen bersila dan memejamkan matanya sembari berkultivasi. Ia duduk tenang tanpa gangguan apa pun.

Lu Yan pada saat itu benar-benar jatuh cinta. Yan Chen menyadarinya tapi ia mengabaikannya. Gadis itu hanya muridnya dan setengah bonekanya. Ia tidak penting dan tidak ada kedudukan yang istimewa dalam hatinya.

Kemudian terlihat Grand master Chen naik ke surga. Lu Yan hanya menghela nafas, menyayangkan perasaannya tidak tersampaikan. Ia berusaha menahan diri untuk tidak menangis, dan kemudian hari-harinya dihabiskan hanya untuk berlatih dan terus berlatih. Hidupnya menjadi kesepian, tanpa teman atau seorang pun. Lu Yan menjalani hidupnya dalam kebisuan demi harapan di masa depan.

Yan Chen kemudian mengerti dan ia tahu bagaimana memperlakukannya dengan baik.

Membuka matanya dan melihat Lu Yan, saat mengembalikan semuanya. Ia menyentuh dahinya dan sebuah bola cahaya dua belas warna muncul kemudian melesat ke dahinya.

Cahaya itu mengembang kemudian perlahan-lahan mengecil dan akhirnya menghilang.

Yan Chen menarik tangannya dan berdiri.

Lu Yan masih bersila, dan tidak lama kemudian dua belas peri dengan warna berbeda-beda mengelilinginya dengan gerakan yang lihai.

Meski ini akan menurunkan kekuatannya, Yan Chen tahu apa yang dilakukannya.

Ia lalu memandang Tang Mei dan melambaikan tangannya.

Gelang merah muncul di tangannya.

Yan Chen tidak berkata. Ia menyimpan kembali senjatanya dan kembali ke gubuknya.

********

Ketika ia bangun di pagi hari dan seperti biasanya membuka pintu, Lu Yan bersila dan atas rumput. Memejamkan matanya dan energi dua belas warna menari-nari mengelilingi tubuhnya dan seolah ingin menjelajahi setiap jengkal tubuhnya yang indah itu.

Rumput bergoyang dan aliran sungai terlihat tenang.

Ada pohon persik tua jauh di seberang Sungai. Itu adalah pemandangan yang selalu menjadi daya tarik pondok ini. Yan Chen baru kali ini memperhatikannya.

Batangnya besar kemudian terpecah menjadi lima bagian yang bergerak berlainan arah. Mereka bergerak ke samping dan tumbuh.

Satu dahannya menjulur ke sungai dan berbunga merah muda. Para serangga sangat menyukainya dan terlihat beberapa di antara mereka yang bergerak-gerak dari satu cabang ke cabang yang lainnya.

Bunga-bunganya sudah matang, jadi beberapa mulai berguguran dan terhanyut ke sungai.

“Apa yang kau lakukan?”

Lu Yan bertanya, tanpa menoleh dan suaranya berat, mengandung kekesalan dan kemarahan.

Yan Chen berjalan mendekat kemudian memperhatikan aliran sungai.

“Grand master Chen sudah menikah.”

Kedua bola mata Lu Yan sedikit terangkat, bersamaan dengan alisnya yang terajut. Angin sedikit bertiup dan itu mampu menghembuskan tiga helaian rambutnya. Wajahnya menjadi sedikit cemberut. Jika hati-hati, maka akan terlihat rona merah yang samar di pipinya.

Ia dingin. Mematikan perasaan dan ekspresinya menjadi kebiasaannya.

Ini biasa ketika orang-orang telah hidup ratusan tahun, dan mencapai tingkat kultivasi yang tinggi. Namun, hal yang tidak pernah dibayangkan, ia menyukai masakan Yan Chen, seseorang yang baru menjalani hidup kultivasi.

Ia mulai berpikir mungkin ini seperti rasa rindu akan sesuatu yang telah lama tidak di rasakan, dan pada akhirnya akan berakhir membosankan, hingga tidak mau mencicipinya.

Tapi di dunia kultivasi, orang-orang ingin menjadi abadi. Berkultivasi seumur hidup, tanpa lelah dan bosan seperti kehidupan itu sendiri dan tidak pernah bosan, karenanya... Ada banyak hal yang dapat dilakukan.

Cinta, berpetualang, teman dan masih banyak lagi. Sebab itu, Lu Yan tidak pernah bosan.

Selain itu, juga karena Grand master Chen yang sulit di tebak. Ia bahkan tidak tahu bagaimana sikap aslinya. Tuannya selalu dingin dan tidak banyak berbicara. Namun, karena caranya itu ia menyukainya.

“Lalu, apa hubungannya?”

“Kudengar Nyonya Peri sangat mencintainya.”

“Omong kosong.”

Yan Chen menghela nafas.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!