PACAR TARUHAN
...Assalamu'alaikum, selamat datang di novel ke empat aku. Semoga kalian suka ya.. jangan lupa kasih dukungan dengan like, komen, subscribe dan vote! ❤❤...
...----------------...
"Kenalin, ini pacarku, Silvi,"
Kalimat itu diucapkan dengan begitu entengnya oleh Kevin, sembari merangkul mesra seorang wanita cantik yang sudah sangat dikenal Daliya.
"Ya?" Daliya bertanya dengan nada bingung, masih berharap semoga telinganya salah dengar, atau kalau ini mimpi, tolong bangunkan dia sekarang juga!
"Lo kenal Silvi kan? Dia dulu satu kampus sama kita," ucap Kevin menambahkan.
Daliya menelan ludahnya kasar. Mana mungkin dia tidak mengenal Silvi? Musuh bebuyutannya selama kuliah dulu? Daliya pikir hubungannya dengan wanita licik itu sudah berakhir sejak mereka lulus kuliah tiga tahun lalu. Tapi ternyata takdir berkata lain. Mereka malah dipertemukan kembali dengan status Silvi yang telah merebut pria yang disukai Daliya selama sepuluh tahun!
Memang, Daliya diam-diam sudah memendam rasa pada Kevin, sahabatnya sendiri. Mereka bertemu pertama kali di kelas satu SMA, dan sejak saat itu Daliya sudah jatuh hati. Entah Daliya yang buta atau bodoh, yang jelas sejak saat itu dirinya tak pernah melirik lelaki lain. Selama ini Ia tak peduli jika Kevin punya pacar, karena biasanya hubungan mereka tak bertahan lama. Beberapa tahun belakangan Daliya malah sudah percaya diri mengira Kevin juga menyukainya, karena lelaki itu tidak terlihat punya pacar.
Bahkan satu jam sebelum keberangkatan Daliya ke kafe ini, ia sudah seratus persen yakin Kevin akan menembakknya. Pasalnya, lelaki itu mengirimkan pesan sok misterius, meminta bertemu karena ada hal penting yang akan disampaikan.
Kevin: Ketemuan yuk? Udah lama kan kita nggak ngopi bareng? Sekalian ada yang mau Aku sampein ke Kamu❤
"Tuh, kan? Chat-nya aja begini, siapa yang nggak salah paham coba? Kenapa dia pakai emotikon love segala sih?" Daliya menggerutu saat dirinya sedang berada di dalam toilet kafe. Baru lima belas menit duduk bersama Kevin dan Silvi, dia sudah tidak tahan dan ingin cepat-cepat kabur. Alhasil, toilet menjadi tempat pelariannya.
"Kenapa Kamu nggak peka-peka sih Vin?" Daliya mengusap air matanya yang sudah mengalir di pipi. "Apa Aku kurang cantik sampai Kevin nggak ngelirik Aku sama sekali?" ucapnya sembari memandangi wajahnya pada cermin kecil di tangan.
"Nggak bisa begini," Daliya bangkit dari duduknya di atas kloset. "Silvi nggak boleh tahu air mataku. Bisa-bisa malah jadi bahan bulan-bulanan dia,"
Daliya mengambil tisu di dalam tas, kemudian cepat-cepat mengusap pipinya sendiri. Tak lupa ia memperbaiki riasannya yang sudah berantakan karena air mata. Meskipun terluka, Daliya tidak mau memperlihatkan hal itu kepada Silvi. Karena kalau itu terjadi, musuh bebuyutannya itu akan merasa sangat senang.
Permusuhan Daliya dengan Silvi dimulai sejak hari pertama mereka OSPEK dulu. Daliya yang pintar bicara dan punya banyak bakat sering mendapatkan sorotan dari kakak-kakak tingkat, dan itu membuat Silvi merasa iri. Sejak saat itu, dimulailah persaingan tidak sehat di antara mereka. Silvi seakan-akan ingin mengalahkan Daliya dalam hal apapun. Mulai dari IPK, organisasi, sampai mengambil perhatian dosen. Itulah yang membuat Daliya kesal dengan wanita itu sejak dulu. Rasa kesalnya semakin bertambah karena sekarang Silvi bahkan merebut Kevin darinya!
Daliya menghela napas panjang. Dia harus tenang. Jangan sampai Silvi melihatnya kalah. Dia tidak akan sudi jika wanita itu memandangnya dengan tatapan meremehkan.
"Ayo Daliya, Kamu pasti bisa," Daliya menguatkan tekad, kemudian membuka pintu toilet. Baru hendak melangkah keluar, Daliya malah mendengar suara cempreng seseorang.
"Oh, ternyata lagi sembunyi di sini.." ujar Silvi dengan nada mengejek. "Habis nangis ya?"
Sontak Daliya naik pitam. Kesabaran yang sudah ia pupuk sejak tadi hilang seketika. Meski begitu ia berusaha tenang, menampilkan senyum terbaiknya.
"Siapa yang sembunyi? Aku sakit perut," kilah Daliya. Dengan langkah santai ia beranjak melewati Silvi, berniat keluar dari kamar mandi. Jelas Daliya tidak berniat untuk berlama-lama di sana bersama wanita itu.
"Dari dulu pun, Gue yang selalu menang," Silvi berkata dengan suara keras, membuat Daliya seketika menghentikan langkahnya. "Dan Lo selalu kalah,"
Daliya memejamkan matanya sejenak. Sabar Daliya, jangan terpancing emosi.. Orang sabar disayang Tuhan..
Dengan senyum karir yang masih tersemat di wajahnya, Daliya membalikkan badan, menghadap Silvi. "Sorry, maksudnya gimana ya?"
"Nggak usah pura-pura deh," Silvi melipat tangan di depan dadda, kemudian melangkah mendekati Daliya. "Lo udah lama suka sama pacar Gue kan?"
"Hah?"
"Yah, sayangnya, hubungan kalian itu cuma sebatas SA-HA-BAT aja," Silvi menekankan kata 'sahabat', membuat dadda Daliya terasa panas. "Dan nggak akan lebih dari itu, jadi nggak usah coba-coba gangguin hubungan Gue sama Kevin,"
"Jangan salah paham," Daliya menjawab setenang mungkin. "Dari awal, Aku nggak ada niat buat ganggu hubungan kalian berdua. Lagian, Aku udah sibuk sama pacarku sendiri. Nggak ada waktu buat ngurusin percintaan orang,"
"Oh ya?" Mata Silvi terbelalak lebar saat mendengar kalimat terakhir Daliya.
Sial, umpat Daliya dalam hati. Dia tahu betul arti tatapan Silvi itu. Wanita licik itu tidak akan melepaskannya dengan mudah.
"Lo beneran udah punya pacar?" Selidik Silvi dengan semakin mendekatkan wajahnya pada Daliya. "Kok Gue nggak pernah tahu?"
"Sejak kapan urusan pribadiku harus laporan ke Kamu?" sewot Daliya. "Lagian, kok Kamu kaya tahu banget sih tentang kehidupan Aku? Jangan-jangan, selama ini Kamu stalking Aku ya?" serang Daliya sambil tersenyum lebar, membuat Silvi langsung terdiam kikuk. "Ck, ck, ck, aku nggak nyangka kalau selama ini Kamu segitu perhatiannya sama Aku,"
Wajah Silvi sudah memerah saking malunya. Ia tak menyangka kalau perbuatannya selama ini yang selalu memantau kehidupan Daliya akan ketahuan. Tapi bukan Silvi namanya kalau dia pasrah dan menerima begitu saja.
"Kalau Lo emang udah punya pacar! Kasih bukti ke Gue!" teriak Silvi. "Mana bisa Gue percaya begitu aja kalau nggak ada bukti?"
Daliya menghela napas kesal. "Kamu mau bukti kaya gimana sih? Udah lah, nggak usah ngurusin percintaan orang. Kamu urus aja urusan kamu sama pacar kamu!"
"Kenapa? Lo takut ketahuan kalau cuma bohong kan?" Silvi tersenyum penuh kemenangan. "Makanya Lo nggak berani nerima tantangan Gue,"
Tangan Daliya mengepal kuat-kuat. Harga dirinya terasa terluka. Tidak, dia tidak boleh kalah!
"Siapa bilang Aku takut! Kamu minta bukti kan? Oke, aku kasih! Mau bukti apa?"
Silvi menyipitkan matanya, mencari kebenaran dari ucapan Daliya. "Kalau gitu, kita taruhan," Silvi mengambil handphone dari tasnya, kemudian menekan tombol perekam suara.
"Di reuni minggu depan, Lo harus bawa pacar Lo. Kalau Lo nggak bisa bawa dia, Lo harus nembakk Rio di depan anak-anak kampus,"
"Rio?" Alis Daliya terangkat mendengar nama itu disebut. "Rio mantan kamu itu? Si cupu yang suka ngejar-ngejar kamu itu kan?"
"Heh! Dia bukan mantan Gue!" Silvi membantah. "Gue emang pernah pacaran sama dia! Tapi cuma dua hari! Stop ngomong seolah dia beneran mantan Gue!"
"Emang beneran mantan kamu kok, nggak usah menyangkal deh," Daliya mencibir. "Terus, kalau aku bisa bawa pacar, keuntungan aku apa?"
"Gue akan cium kaki Lo,"
"What?" Daliya mendelik. Ia sama sekali tak menyangka pilihan Silvi akan seektrem itu. Yah, meskipun hukuman untuk dirinya tak kalah ekstrem sih. Nembakk anak cupu sekampus di depan teman-temannya sendiri? Big No!
"Oke, aku terima! Jangan sampai kamu mengingkari janji. Aku akan menantikan hari dimana Silvi sang selebgram mencium kaki Gue," Daliya mengulurkan tangan, membuat kesepakatan.
"Gue lebih nggak sabar lagi buat ngeliat Lo nembakk Rio," Silvi tersenyum licik sembari menyambar tangan Daliya.
"DEAL!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
🇮🇩A Firdaus🇰🇷
mampir lagi ke lapak mu yg ini kayaknya seru 👍
2024-10-26
2
❤️⃟Wᵃf 🐬Aisyah Ais
wkwkwk aku pingin liat juga sih gimna silvi bakalan nyium lapak kaki🤣🤣🤣
2024-11-14
0
🇮🇩Imelda🇰🇷
baru mampir cerita nya bagus
2024-10-26
0