Arabella harus menelan kekecewaan dan pahitnya kenyataan saat dirinya mengetahui jika pria yang selama dua tahun ini menjadi kekasihnya akan bertunangan dan menikah dengan wanita yang sudah dijodohkan dengan pria itu.
Arabella pikir dirinyalah wanita satu-satunya yang dicintai pria itu, tapi ternyata dirinya hanyalah sebagai pelampiasan selama wanita yang dijodohkan berada di luar negeri.
"Bagaimana jika aku hamil? apa kau memilih ku dan membatalkan perjodohan mu?"
"Aku tidak mungkin mengecewakan kelaurga ku Ara."
Jawaban Maher cukup membuat hati Arabella seperti ditikam benda tajam tak kasat mata. Sakit, terlalu sakit sampai dirinya lupa bagaimana melupakan rasa sakit itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Five years later
Lima tahun kemudian...
"Amara jangan lari-lari sayang!" Arabella sedikit mempercepat jalannya saat putrinya berlari di keramaian kota.
"Mama! aku mau naik itu!" Asmara berteriak sambil menunjuk sebuah permainan biang lalai.
"Hah," napas Arabella sedikit ngos-ngosan saat harus mengejar putrinya, "Tapi tidak dengan berlari Ara, nanti kamu jatuh." Arabella meraih tangan putrinya dan menggenggamnya.
"Ara mau naik itu ya Mah!" Tunjuknya lagi.
"Iya, tapi nunggu Om Sam ya, Mama tidak bisa naik itu," Ucap Arabella memberi pengertian kepada putrinya.
Gadis kecil cantik dengan rambut panjang hitam yang diikat dua, ada jepit pelangi disisi kanan dan kirinya membuat gadis cantik itu semakin menggemaskan.
"Kenapa kalian meninggalkan Om!" Samuel mendekati keponakan dan adiknya yang sedang berdiri tidak jauh dari permainan yang Amara minta.
"Om papa, ayo naik itu. Ara mau naik!" Tangan gadis kecil itu bergantian menarik tangan Samuel untuk lebih dekat dengan permainan yang berputar dan banyak lampunya.
"Eh, tapi Ara Om papa gak bisa naik itu,"Samuel menatap Arabella yang malah menunjukan wajah meringis.
"Kau tau kan kak, aku bisa pingsan jika naik itu." Cicit Arabella agar kakaknya mengerti.
Samuel mendelikkan matanya, "Sayangnya Om papa, kita beli kembang gula aja ya, di sana." Tunjuk Samuel pada penjual aneka jajanan.
Mereka berada di pasar malam yang baru saja di buka, Amara yang belum pernah melihat pasar malam membuat gadis kecil itu sangat antusias untuk melihatnya.
Amara menatap penjual jajanan yang banyak, belum pernah dirinya lihat di tempat tinggalnya. Amara berpikir Sepertinya dia tertarik dengan rayuan Om papanya.
"Bagaimana, kita ke sana saja ya. Ara boleh beli apapun," rayu Samuel lagi agar Amara tertarik.
"Oke mau, tapi Ara boleh beli banyak ya."
"Beli seperlunya sayang, berlebihan itu tidak baik, nanti jadi mubazir." Tegur Arabella pada putrinya.
"Nah, benar kata Mama ayo!" Samuel menggandeng tangan kecil keponakanya dan berjalan menuju penjual aneka jajanan khas pasar malam.
Sedangkan Arabella tersenyum melihat putrinya yang penurut, Amara anak yang baik dan penurut, sejak bayi gadis kecil itu tidak pernah merepotkan.
Kini usianya sudah hampir genap lima tahun, beberapa bulan lagi Amara akan masuk sekolah kanak-kanak, tidak terasa sudah lima tahun dirinya berada di titik ini, membesarkan Arabella bersama keluarganya.
Terkadang mereka bertanya, dimana ayah gadis cantik menggemaskan itu, dan Arabella hanya memberikan jawaban 'jika ayahnya pergi tanpa kembali'
"Mama!"
Arabella mengusap sudut matanya yang basah, mengingat perjuangannya membuatnya melow.
"Iya sayang!"
Amara berlari menuju Mamanya sambil membawa kembang gula berbentuk love.
"Untuk Mama." Gadis kecil itu tersenyum manis sambil memberikan kembang gula pada ibunya.
"Uhh, manis sekali anak Mama." Arabella berjongkok dan mencium pipi putrinya.
Keduanya tertawa dan momen itu di abadikan oleh seseorang yang tidak sengaja melihat keduanya.
*
*
"Mbak, minggu depan ada undangan untuk acara ke Jakarta."
Arabella yang sedang fokus pada laptopnya menatap Samira yang berdiri sambil memberikan undangan.
"Acara apa Mira?" Tanya Arabella pada wanita yang sudah bekerja padanya sejak tiga tahun lalu.
"Pameran besar, salah satu konsumen pelanggan menyertakan nama Mbak di sana," Jelas Samira.
Arabella membaca alamat dan acara yang akan terselenggara. Meskipun memiliki kesempatan besar untuk bisa ikut ajang pameran besar tersebut tapi dalam hati kecil Arabella merasa sedikit takut.
"Sepertinya gaun yang anda simpan akan keluar untuk menunjukan keindahannya," Samira dengan senyum mengembang menatap lemari kaca dipojok ruangan Arabella.
Gaun itu sudah satu tahun di simpan, karena Arabella enggan untuk menjualnya atau memamerkan hasil gaun yang sangat dia impikan itu.
Kehidupan yang harus terus berjalan membuat Arabella megambil pekerjaan yang dia impikan, bermodal dari kedua orangtuanya yang menurutnya untuk membuka usaha, Arabella mulai menekuni pekerjaan desainer yang memang keahliannya selain menjadi sekertaris dulu.
Kini karena usaha dan dukungan dari kedua orangtuanya Arabella mendirikan sebuah butik di tempat tinggalnya selama lima tahun ini, di mana butik itu Ia namakan Amara Coletion.
"Aku pikirkan dulu Mir," Arabella tidak ingin mengambil tindakan yang akan membuatnya menyesal, dirinya akan meminta pendapat orang tuanya.
Meskipun berpeluang besar untuk karirnya, tapi ada sesuatu yang membuat Arabella berpikir kembali, Jakarta memang luas kecil kemungkinan jika dirinya akan bertemu dengan seseorang, tapi semua itu tidak bisa Arabella sepelekan karena jujur dirinya belum siap jika bertemu Maher.
Tinggalkan jejak kalian sayang 😘😘😘
JANGAN lupa mampir ke Karya teman author yang baru masuk kedunia author, beri semangat untuknya yaa🤗