Update hari RABU, JUM'AT DAN MINGGU
Ini lanjutan cerita penghianatan Suamiku dan sahabatku.
Gerhana Kavindra seorang Mafia kejam. Siapapun yang berani mengusiknya, ia akan menghancurkan orang itu tanpa sisa. Sifat dinginnya membuat banyak orang takut berurusan dengannya. Namun seperti itu banyak wanita berusaha menggoda Gerhana agar bisa memiliki Gerhana. Bahkan mereka selalu berusaha menghalalkan segala cara agar Gerhana bisa jadi miliknya.
kemudian satu ketika Gerhana menolong Mahasiswa baru yang menggunakan cadar dikerjai oleh seniornya. disaat itu Gerhana mulai penasaran dengan Gadis Gerhana yang menurutnya mempunyai sejuta rahasia. Ketika ia ketemu dengan wanita itu Gerhana merasakan berdebar.
Apakah Gerhana dapat menaklukkan gadis bercadar itu?
ataukah Gadis bercadar bisa membuat Gerhana meninggalkan dunia bawah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chinta Maulana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MMGM 033
Gerhana turun dari motornya dengan tergesa-gesa. Dia langsung masuk kekediaman Bintang dan Mentari.
"Bi.. Tuan dan Nyonya kalian mana?"
Sebelum Bi Ijah menjawab perkataan Gerhana. Dia mendengar suara tangisan Bintang yang sangat keras. Dan itu semakin membuat Gerhana khawatir dengan saudara kembarnya.
"Hiks.. Hiks.. Dia mau ambil kamu dariku.." Rengek Bintang.
Sedangkan Mentari hanya bisa menghela nafas dan berusaha menenangkan Bintang.
Mentari memegang wajah Bintang dengan lembut agar menatapnya. "Liat aku, walaupun seribu laki-laki tampan yang mengejarku, Hanya kamu yang ada di hatiku."
Pipi Bintang memerah, Dia sangat malu mendengar perkataan Mentari. "Janji..." Bintang mengulurkan jari kelingkingnya seperti anak kecil dan itu membuat Mentari terkekeh.
Brak
Pintu terbuka dengan kasar membuat yang berada didalam terjingkat kaget.
"Ngapain lo kesini." Ucap Bintang sinis. Entah kenapa dia sangat tidak suka kehadiran saudara kembarnya. Mata Bintang melotot ke arah Gerhana.
Sementara Gerhana menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Aku... aku kesi... "
Bintang memotong perkataan Gerhana cepat. "Lo mau merebut mentari dari gue ya..." Bintang kembali menangis dan itu membuat keduanya bingung. Dia tidak tahu harus melakukan apa agar Bintang diam dan tidak menangis lagi.
"Diam... diam.. jangan nangis lagi. Gini ajah, apapun yang lo mau gue turuti."
Bintang langsung berhenti menangis dan menatap Gerhana dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Sial, Kok pirasat gue tidak enak ya." Batin Gerhana menatap was was Bintang.
"Hemm, Gue mau liat lo pakai baju badut. Pasti lo akan keliatan sangat lucu."
Mata Gerhana melotot kearah saudara kembarnya. "Gue nggak mau. Minta yang lain ajah. Misalnya, Mansion atau pulau."
Bintang mendengus kesal. "Lo lupa kalau gue kaya dan bisa beli apa yang li sebutkan barusan."
"Ya usah kalah lo tidak mau turutin kemauan gue. Sana pergi." Usir Bintang.
Gerhana menatap Mentari untuk meminta bantuan. Sedangkan yang ditatap hanya mengedikkan bahunya karena dia tidak tahu harus melakukan apa.
"Ngapain lo tatap istri gue." Marah Bintang berdiri di depan Gerhana sambil berkacak Pinggang.
Gerhana menepuk keningnya. "Astaga salah lagi gue."
"Sana pergi, Gue tidak mau lihat muka jelek lo."
Gerhana memutar matanya malas. "Lo sadar apa yang lo katakan. kalau gue jelek, lo juga jelek. Karena kita ini kembar."
"Terserah.." Bintang naik keatas kasur dan menutup seluruh badannya dengan selimut.
"Dia kenapa?" Bisik Gerhana.
"Mana gue tahu. Tiba-tiba ajah seperti itu." Jawab Mentari.
"Gerhana.... Jangan dekatin istri gue..." Teriak Bintang menatap tajam Gerhana.
"Berhenti cemburu. Gue sama istri tidak akan pernah memiliki hubungan. Gue juga sudah punya istri. Gue telpon istri lo, Ada perlu yang gue mau bicaraiin kedia mengenai misi kita." Dengan sabar, Gerhana berusaha menjelaskan ke Bintang mengapa di menghubungi Mentari.
"Oohhh.."
Gerhana sangat gemes mendengar respon Saudara laknatnya entah kenapa Bintang hari ini sangat menyebalkan. Gerhana berfikir, apakah Bintang salah minum obat atau Kepala kejedot pintu.
"Bisa pinjam istri li sebentar."
"Gue ikut." Dengan cepat Bintang turun dari tempat tidur menghampiri keduanya.
"Ayo sayang." Metari merangkul lengan Bintang dengan mesra. Dan itu membuat Bintang sangat bahagia dan senang.
"Jangan cemburu dengan Gerhana sayang. Dia itu hanya aku anggap kakak iparku tak lebih." Bisik Mentari.
"Ya aku percaya." Mereka bertiga berjalan ke ruang kerja Bintang. Hanya disitu tempat aman untuk membicarakan yang penting. Tidak akan ada yang berani masuk keruangan itu tanpa isin dari Bintang dan Mentari.
ᥴ⍴𝗍ᥒ kk