Setelah tepat 5 tahun hubungan Alessa bersama seorang pria yang dikenal sebagai Ketua Mafia, tanpa dia sadari akhirnya mereka berpisah karena satu hal yang membuat Alessa harus rela meninggalkan Xander karena permintaan Ibunya Xander.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NisfiDA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melarikan Diri
Hari telah berganti malam.
Setelah 7 jam lebih, Xander menggempur Alessa terus-menerus tanpa ada lelahnya.
Kini tepat jam 8 malam, dimana Alessa mencoba membuka matanya perlahan-lahan.
Seluruh tubuhnya terasa sangat remuk sekali akibat Xander yang tidak memberikannya waktu untuk istirahat.
Alessa mengangkat tangannya Xander dari perutnya, dengan perlahan-lahan dia bergerak menghindar.
Tiba-tiba!
Xander bisa merasakan Alessa bergerak di dadanya, dan dia membuka matanya tepat pada waktunya untuk melihat Alessa mencoba menjauh darinya.
Dia memegang pergelangan tangannya, menahannya di tempat, cengkeramannya kuat tetapi lembut.
"Mau ke mana, Sayang? Kita belum selesai," katanya, suaranya rendah dan kasar.
Mata Alessa terbelalak saat mendengar ucapannya Xander.
"Belum selesai katamu?" Ucap Alessa dengan terkejutnya
Xander menyeringai melihat ekspresi tidak percaya di wajah Alessa. Dia tahu Alessa lelah, tetapi dia belum selesai dengannya. Belum sepenuhnya, terutama setelah Alessa menggodanya sepanjang sore.
"Benar sekali, Sayang," katanya dengan nada rendah dan menggoda. "Kita baru saja mulai. Kau tidak mengira aku akan membiarkanmu begitu saja, kan?"
Xander menarik Alessa kembali, hal itu membuat Alessa sekarang ada dibawahnya Xander.
Dia merasa Xander benar-benar tidak memberikannya waktu untuk istirahat sebentar.
"Hubby, kau menggempurku dari siang hingga menjelang sore lalu kau sekarang mengatakan belum selesai?" Protesnya Alessa
Xander menyeringai lebih lebar mendengar protes Alessa. Dia tahu Alessa lelah, tetapi pikiran untuk berhenti sekarang sama sekali tidak dapat diterima olehnya.
Dia menginginkannya, dan dia tidak akan berhenti sampai dia merasa cukup dengannya.
"Itu benar,"katanya, suaranya serak karena hasrat. "Kita punya waktu sepanjang malam, Sayang. Dan aku belum selesai denganmu. Aku tidak ingin berhenti sebelum aku merasa puas denganmu."
"Xander kau memang benar-benar mesum" teriak Alessa
Xander terkekeh mendengar luapan amarahnya. Dia tahu dia serakah, tetapi dia tidak bisa menahannya.
Dia kecanduan padanya, dan pikiran untuk berhenti sekarang hampir menyakitkan.
"Kau tidak tahu apa-apa," gumamnya, suaranya penuh nafsu. "Kau membuatku liar, Sayang. Aku tidak bisa berhenti mencintaimu."
" Ah" desahannya Alessa saat Xander mulai kembali
Alessa benar-benar hanya bisa pasrah saja kali ini.
Dia merasa menyesal telah menggoda Xander jika tau akhirnya begini dia tidak akan menggodanya.
" Apa Juniormu tidak bisa menahannya Xander? Punyaku masih terasa nyeri Xander bagaimana bisa kau menggempurku terus" protesnya Alessa
Xander menyeringai saat ia terus bergerak di atasnya, tubuhnya merespons protesnya dengan rakus.
Ia tidak dapat menahan perasaan yang ditimbulkannya, itu terlalu kuat. Ia membungkuk, mulutnya mendekat ke telinga wanita itu.
"Jangan khawatir tentang itu, Sayang. Aku akan menjagamu," katanya, suaranya rendah dan penuh nafsu. "Dan kamu seharusnya tidak menggodaku seperti itu jika kamu tidak ingin aku menjadi gila seperti ini. Ini semua salahmu."
Alessa sangat menyesali perbuatannya karena telah membiarkan Xander pulang dari rumah sakit.
Dan pada akhirnya dia kena batunya sendiri dimana Xander tidak bisa berhenti menggempur Alessa.
Xander dapat melihat ekspresi penyesalan di wajah Alessa, dan dia tertawa kecil. Dia tahu Alessa kini merasakan akibat dari tindakannya. Dia mencondongkan tubuhnya mendekat, suaranya seperti bisikan kasar.
"Kau sendiri yang menyebabkan ini, Sayang. Kau ingin aku menginginkanmu, dan kau mendapatkan apa yang kau inginkan. Sekarang kau hanya perlu menghadapinya. Kau milikku sampai aku puas, dan aku bahkan belum selesai."
Alessa hanya bisa menikmati setiap pergerakannya Xander, walaupun sebenarnya perih tetapi dia tetap menikmati setiap permainannya Xander.
********
Setelah melewati malam yang panjang dimana tepat jam 12 malam Xander baru berhenti menggempur Alessa.
Alessa yang sudah tertidur karena terlihat sangat lelah sekali melayani nafsunya Xander.
Kini Xander menarik selimut dan menutupi tubuh Alessa yang sedang telanjang itu.
Lalu dia beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan kearah kamar mandi untuk membersihkan dirinya
Xander memperhatikan Alessa yang tertidur sejenak, merasa sedikit bersalah karena terlalu lelah meninggalkannya.
Namun, ia menepisnya, karena tahu bahwa ia tidak dapat menahan diri.
Alessa telah membuatnya marah, dan ia tidak dapat menahan diri untuk tidak melakukannya lagi dan lagi.
Ia menuju kamar mandi, menyalakan pancuran, dan melangkah di bawah semprotan air panas.
Saat air mengalir deras ke tubuhnya, ia merasa dirinya mulai rileks, otot-ototnya terasa nyeri akibat aktivitas malam itu.
Setelah 15 menit, akhirnya Xander selesai membersihkan dirinya lalu keluar dari kamar mandi.
Saat keluar dia berjalan menuju Walk-i closet untuk mengganti pakaiannya.
Xander masuk ke dalam lemari, meluangkan waktu sejenak untuk mengagumi koleksi pakaian dan aksesori yang banyak di dalamnya.
Dia tidak pernah menyukai barang-barang material, tetapi dia senang memanjakan Alessa dengan pakaian bagus dan barang-barang mewah.
Dia mengobrak-abrik rak pakaian, memilih celana olahraga dan kemeja putih polos sebelum kembali ke kamar tidur.
Saat Xander sedang berpakaian, pikiran tentang cedera Alessa akibat pernikahan tiba-tiba muncul kembali dalam benaknya. Ia merasa sedikit khawatir, meskipun ia tahu Alessa aman dan sehat di tempat tidur saat ini.
Ia selesai berpakaian, lalu berjalan ke tempat tidur, menatap tubuh Alessa yang sedang tidur. Ia menyisir rambut Alessa sebentar, lalu mendesah pelan.
Dia tahu bahwa dia perlu pergi dan berbicara dengan Luca untuk mendapatkan kabar terkini mengenai situasi Andreson, tetapi dia tidak tega meninggalkannya saat ini.
Xander tetap berdiri di sana, memperhatikan Alessa yang tertidur beberapa saat lagi. Ia tahu ia perlu berbicara dengan Luca, tetapi ia tidak ingin meninggalkannya sendirian.
Ia tahu Alessa aman, tetapi ia tidak bisa menghilangkan rasa khawatirnya.
Akhirnya, dengan berat hati ia bangkit dari tempat tidur. Ia meliriknya sekali lagi sebelum keluar dari kamar dan menuju kantor tempat ia tahu Luca akan menunggunya.
********
" Bagaimana dengan Andreson apakah kalian melihatnya?" Tanya Xander saat tiba diruang kerja Luca
Luca mendongak saat Xander memasuki ruangan, wajahnya tampak lelah. Ia memberi isyarat agar Xander duduk, lalu mendesah.
"Kami masih mencarinya," katanya sambil menggelengkan kepala. "Bajingan sialan itu licik. Kami pikir kami telah menyudutkannya beberapa kali, tetapi setiap kali kami mendekat, dia lolos dari genggaman kami seperti ikan."
"Jadi sekarang yang kamu maksud adalah Andreson melarikan diri?"
Luca mengangguk, ekspresinya muram. "Ya, itulah yang kumaksud. Kami pernah melihatnya di beberapa lokasi berbeda, tetapi setiap kali kami mengirim tim untuk mengejarnya, dia menghilang lagi. Sepertinya dia punya semacam indra keenam, atau ada seseorang yang membantunya dari dalam."
Xander terdiam saat mendengar penjelasan Luca, seperti ada sesuatu yang janggal.
"Maksud kamu ada seseorang dibalik semua itu sehingga membuatnya bisa kabur begitu saja?"
Luca mengangguk lagi, ekspresinya masih serius. "Ya, itu dugaanku. Ada seseorang di dalam yang membantunya, aku hampir yakin akan hal itu. Dan siapa pun orangnya, mereka hebat. Mereka tahu persis di mana kita akan menyerang selanjutnya, dan mereka memperingatkan Andreson terlebih dahulu dan membantunya keluar dari sana sebelum kita dapat menangkapnya."
Semakin membuat Xander menjadi curiga, sepertinya memang ada seseorang yang masuk ke dalam perangkapnya.
"Sepertinya ada seseorang yang masuk ke dalam perangkap kita Luca, bahkan kamu ingat waktu kita menyerang Black Snakes tiba-tiba saja Andreson menyerang?"
Luca mengangguk, raut wajahnya tampak menyadari sesuatu. "Ya, aku ingat itu. Kami memasang jebakan, lalu tiba-tiba, Andreson menyerang kami. Sepertinya dia tahu apa yang telah kami rencanakan dan mencoba mengejutkan kami."
"Cari tau siapa dalang semua ini, dan jangan lupa besok mulai untuk seleksi semua pengawal kita supaya kita akan mengetahui siapa sebenarnya orang itu yang masuk ke perangkap kita"
Luca mengangguk, ekspresinya serius. "Baiklah. Aku akan segera melakukannya. Dan aku akan memastikan untuk memulai proses pemeriksaan keamanan untuk semua orang kita. Kita perlu mencari tahu siapa yang telah membantu Andreson sebelum terlambat."
"Aku percaya itu padamu Luca" kata Xander sambil menampar-nepuk pundaknya Luca
Xander langsung pergi setelah merintahkan kepada Luca.
Xander kembali ke kamar tidur dan naik ke tempat tidur di samping Alessa. Ia melingkarkan lengannya di pinggang Alessa, menariknya mendekat.
Meskipun ada kekhawatiran dan ketakutan yang terus berkecamuk dalam benaknya, ia mencoba menyingkirkan semua itu dan fokus pada perasaan Alessa dalam pelukannya.
Ia memejamkan mata, menarik napas dalam-dalam, dan mencoba untuk rileks.
Namun, sekeras apa pun ia berusaha, ia tidak dapat menghilangkan perasaan bahwa ada sesuatu yang tidak beres.
Ia terus memeluk Alessa, memeluknya erat-erat, seolah-olah berusaha melindunginya dari bahaya apa pun yang mungkin akan datang.