Era Kekacauan dimulai setelah seorang pengembara misterius datang membawa sebuah pusaka suci. Pusaka yang dikatakan memiliki kekuatan bahkan dapat membelah dunia, siapa yang bisa mendapatkannya maka dia akan berdiri di atas puncak.
Dunia dimana seni beladiri adalah segalanya, semua orang berlomba untuk mendapatkan pusaka tersebut. Seorang pemuda bernama Zhen Liang muncul sebagai orang yang tidak pernah disangka di dunia persilatan.
Kultivator muda itu membuat para orang tua dan sesepuh di dunia persilatan tercengang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Galih Pratama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8. Menyusul ke markas.
Ada dua orang yang sengaja dibiarkan hidup oleh Zhen Liang. Mereka berdua, Wang Jian dan Xu Heng berada dalam kondisi terikat dengan luka dan pendarahan di sekujur tubuhnya.
Anggota tubuh mereka masih lengkap, tetapi beberapa anggota badannya ada yang patah sampai bengkok. Wang Jian yang beberapa waktu lalu masih bertahan, sekarang telah menghembuskan napas terakhir. Mereka berdua telah melewati siksaan yang diberikan oleh Zhen Liang.
Keduanya telah mengakui dosa mereka, Zhen Lia yang mendengar pengakuan mereka bahkan sampai ikut memukuli keduanya.
"Mereka adalah bajingan."
"Benar, korbannya tidak hanya kita. Walau sudah menguras semua harta keluarga kita. Mereka tidak pernah puas."
Kelompok mereka melakukan perampokan, pembunuhan, ditambah penculikan dan memperkosa banyak gadis. Dosa-dosa mereka telah melampaui batas yang bisa ditoleransi oleh manusia. Semua perbuatan tercela ini semakin menambah alasan bagi Zhen Liang untuk membenci para kultivator dengan sepenuh hati.
"Hei, katakanlah dimana markas kalian."
Dia mencengkeram pakaian Xu Heng. Dengan mulut bersimbah darah dan ketakutan pada pria di depannya, Xu Heng membagikan informasi markas mereka.
"Kakak! Kau tidak bermaksud menyerang markas mereka bukan?"
Zhen Lia menarik jubahnya, membuat langkah Kakaknya berhenti. Kakaknya mungkin akan berakhir buruk jika dirinya tidak menghentikannya.
Dia memeluk punggung kakaknya dari belakang. Hanya kakak dan ibunya, satu-satunya keluarga yang tersisa. Kerabat dan saudara mereka memutuskan hubungan dengan keluarganya setelah mengetahui bahwa Klan Zhen diujung kemusnahan.
"Meskipun kau menjadi kuat sekalipun, Kakak tidak mungkin bisa keluar dengan selamat!"
Zhen Lia tidak mempertanyakan bagaimana Kakaknya belajar beladiri. Sikap kakaknya memang aneh seminggu terakhir, tetapi ikatan darah mereka lebih kental dari air dan lebih kuat dari apapun di dunia ini.
Melihat adiknya yang gemetar dibalik punggungnya, Zhen Liang meraih kepalanya. Dia membelai rambut adiknya dengan lembut.
"Tidak perlu khawatir, Kakak bahkan lebih kuat dari Kaisar sendiri." Zhen Liang tertawa.
Zhen Lia semakin meremas punggung Kakaknya. Omong kosong apa yang dikatakan oleh Kakaknya? Kaisar sendiri adalah orang nomor satu sekaligus kultivator terkuat di benua.
Tapi, melihat sorot mata Kakaknya, Zhen Lia merasa tenang. Mata itu terlihat tidak berbohong. Perlahan dirinya melepaskan punggung Kakaknya.
"Mohon berhati-hati dan kembalilah dengan selamat."
"Aku mengerti." Zhen Liang mengangguk.
"Xu Fang." Zhen Liang memanggil pelayannya setelah keluar.
"Hadir, Tuan muda." Xu Fang menundukkan kepalanya.
"Aku membutuhkan bantuanmu, bisakah kau melindungi keluargaku? Sepertinya aku akan pergi untuk beberapa waktu."
"Dimengerti Tuan muda, tolong berhati-hatilah."
"Bagus. Terakhir, ada yang ingin kusampaikan."
Zhen Liang menoleh pada gadis yang seumuran dengan dirinya, kemudian memberikan senyuman lebar.
"Aku menghargai kesetiaan yang kau berikan demi Klan Zhen, Xu Fang. Tidak ada yang bisa menggantikanmu, kami bersyukur bisa memiliki anggota keluarga sepertimu."
Xu Fang kemudian menundukkan kepala. Dia menangis, sudah berapa tahun dirinya melindungi Tuan muda dan adiknya setelah kejatuhan Pemimpin Klan dan Ibunya.
Klan Zhen semakin terpuruk hari demi hari. Tidak ada seorangpun yang memandang hormat keluarga mereka lagi. Tuan muda dan Adiknya selalu baik kepadanya. Malahan dirinya yang harus bersyukur bisa melayani keluarga dari klan terbaik di dunia.
Melihat punggung Tuan muda yang semakin menjauh, Xu Fang hanya mampu memanjatkan doa yang terbaik.
Pergi ke markas dari kelompok para penjahat sama saja seperti masuk ke kandang singa. Tidak ada yang mengetahui kemampuan kultivator di sana dan berapa jumlah mereka, tetapi Tuan muda tampak sangat marah sekarang. Antara ular-ular itu melawan manusia yang dipenuhi amarah, siapa yang akan memenangkan pertarungan diantara mereka?
"Tolong kembali dengan selamat Tuan muda."
***
Istana Ular atau markas dari Kelompok Ular Putih.
Yang Jie sedang berlutut di depan seniornya. Dia berhasil lolos dari maut, monster dengan penampakan yang kejam dan berdarah dingin. Mengingat kejadian itu, tubuhnya selalu bergetar ketakutan.
"Memalukan sekali." Salah satu senior di depannya memandangi Yang Jie dengan tatapan dingin dari atas ke bawah.
"Maafkan kami Senior Wu Dao. Kami sama sekali tidak setara dengan monster itu."
"Meskipun kau membawa sampai setengah jumlah anggota kita?" Wu Dao mendengus tentang alasan Yang Jie, yang terlihat dibuat-buat.
"Katakan padaku kebenaran yang sebenarnya, Yang Jie? Bagaimana bisa seorang pemuda berusia dua puluh tahun membunuh tiga puluh orang kultivator, Tahap-Master dari anggota kita?"
Akan lebih masuk akal jika Wu Dao menerima laporan bahwa seorang senior telah turun dari gunung dan membantai mereka semua.
Apa-apaan dengan cerita pemuda bernama Zhen Liang itu? Jika memang dirinya sekuat itu, rumor tentang seorang jenius telah lahir akan tersebar di semua benua. Karena sampai sekarang mereka tidak mendapat kabar jenius kultivator bernama Zhen Liang.
Jika Zhen Liang memang sekuat itu maka Klan Zhen juga tidak pernah mengalami kebuntuan seperti sekarang.
"Salah satu dompet berharga kita, sedang mencoba untuk menggigit kami huh?" Berbeda dengan Wu Dao. Liu Qiang memiliki pandangan yang berbeda, bagaimana mungkin Yang Jie berbohong mengenai hal seperti itu.
Yang Jie menundukkan kepalanya dan mohon bantuan kepada Lima Ular Raksasa dari Kelompok Ular Putih. Apalagi Yang Jie memiliki harga diri setinggi langit, mengingat orang dengan tingkat kultivasi yang sudah hampir mencapai puncak Tahap-Master dan akan menerobos begitu ketakutan.
Pemuda bernama Zhen Liang pasti seorang jenius kultivator yang tidak tersebar namanya. Dia melirik kearah Hu Tian dan Deng Kai, mereka bertiga adalah kultivator dengan tahap yang sama dengannya dan Wu Dao.
"Mungkin kita akan mengirimkan, salah satu dari kita berlima untuk mencari tahu." Liu Qiang menghela napas karena sudah tidak ada pilihan lain.
"Mustahil! Mengirimkan kekuatan terkuat dari Kelompok Ular Putih? Hanya untuk memenggal kepala seorang bocah? Mau ditaruh dimana wajah kelompok kita?!"
Wu Dao menolak keras ide itu dengan menggebrak meja di depannya, tetapi dirinya harus menerima usulan Liu Qiang karena keempat Ular Raksasa yang lain menerimanya begitu saja.
"Baiklah, jika itu adalah keputusan idiot dari kalian berempat. Bagaimana jika dari Lima Ular Raksasa yang bergerak adalah aku?!"
Wu Dao berdiri. Tidak butuh waktu lama, dirinya sudah memutuskan seenaknya sendiri. Keempat Ular Raksasa lain hanya menggelengkan kepala dengan sikapnya.
"Yang Jie ikut denganku! Tunjukkan jalan dimana kediaman Klan Zhen sekarang! Kita pergi membenamkan Klan Zhen ke dalam tanah!"
Yang Jie menganggukkan kepalanya. Dia berdiri dan menuntun Wu Dao kearah kediaman Klan Zhen.
***
Perbatasan Distrik Utara, Desa Xiaoyao.
Zhen Liang memutuskan untuk berhenti di sebuah kedai restoran yang bernama Kedai Lautan Rindu. Di masa depan, kedai tersebut akan mendapatkan berbagai pujian karena makanan yang disajikannya sangat luar biasa. Dia ingin mencobanya meski sekali seumur hidupnya, kebetulan sekarang sebuah kesempatan datang.
Belum sempat masuk ke dalam restoran, saat dirinya baru membuka pintunya seseorang sudah terbang saja kearahnya.
\=\=\=
Ps. Namanya jika bahasa inggris keren ges, Lautan Rindu \= Ocean of Longing.