cerita ini masih bersetting di Dunia Globus di sebuah benua besar yang bernama Fangkea .
Menceritakan tentang seorang anak manusia , dimana kedua orang tua nya di bunuh secara sadis dan kejam serta licik oleh sekelompok pendekar kultivator .
Trauma masa kecil , terbawa hingga usia remaja , yang membuahkan sebuah dendam kesumat .
Dalam pelarian nya , dia terpisah dari sang kakak sebagai pelindung satu satu nya .
Bagai manakah dia menapaki jalan nya dalam hidup sebatang kara dengan usia yang masih sangat belia .
Bisakah dia mengungkap motif pembunuhan kedua orang tua nya , serta mampu kah dia membalas dendam ? .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mendapat Pelajaran Pahit.
Di jalan depan rumah kediaman keluarga Ran, terlihat Swi Lian dan Cin Hai sudah saling berdiri berhadap hadapan.
"Bersiaplah Koko, kau harus berhati hati, karena tinju ku tidak memiliki mata, jangan sampai wajah tampan mu itu menjadi bonyok karena nya" ucap dara cantik itu dengan jumawa nya.
"Tidak usah sungkan moi moi, serang lah, aku juga perlu belajar banyak dari mu" jawab Cin Hai merendah.
Dengan gerakan yang sangat cepat, mempergunakan jurus Kim Tiauw Shan Phok (Rajawali Emas menyambar gunung) tingkat sembilan, atau tingkat akhir. Dara Swi Lian menerjang kearah Cin Hai berdiri.
Tangan kanan nya terjulur ke depan , dengan kaki kanan yang juga menjulur kearah depan.
Cin Hai masih berkelit menghindar, sambil memperhatikan jurus jurus yang dilancarkan oleh dara itu.
Hingga sepuluh jurus berlalu dengan begitu cepat nya, sedikitpun Swi Lian tidak mampu mendaratkan pukulan nya ke tubuh Cin Hai. Kejadian ini tentu saja membuat rasa penasaran di hati dara itu semakin menjadi jadi.
"Koko!, kata nya kau bisa melihat kelemahan jurus seseorang, kenapa sekarang kau cuma pandai menghindar saja, apakah sanjungan mereka terlalu berlebihan kepada mu?" ujar Swi Lian mencoba memprovokasi perasaan Cin Hai agar mau menyerang diri nya, karena dia benar benar ingin mempermalukan anak muda yang disanjung kakak nya itu.
"Baiklah moi moi, dengarkan, jurus mu itu terlalu renggang dan kurang cepat, sehingga mudah dimasuki lawan mu di celah celah nya" ujar Cin Hai sambil terus bergerak.
"pemuda pendusta!, kau cuma pandai bicara saja, kau pikir aku tidak mengetahui akal licik mu, cepat tunjukan kepada ku bila apa yang kau ucapkan memang benar, jangan cuma omong kosong saja" hardik Swi Lian mulai geram.
Swi Lian kini meningkatkan kecepatan serangan nya hingga ke level maksimal yang dia miliki. Dia menyerang Cin Hai kali ini benar benar ingin menumbangkan anak muda itu secepatnya.
Namun tiba tiba Cin Hai melompat mundur sejauh satu lompatan, ditangan kanan nya terlihat sebuah kupu kupu emas, hiasan baju yang di sematkan di dada Swi Lian.
Sebenar nya Swi Lian mengerti, jika dia sudah di kalahkan dengan telak oleh anak muda yang dia benci itu, tetapi rasa penasaran dan rasa malu, beradu menjadi satu, hingga menutup mata nya dari kebenaran.
"Sreng!"...
Sebilah pedang muncul di genggaman dara itu. Dan tanpa memberikan aba aba lagi, Swi Lian segera menyerang Cin Hai dengan membabi buta.
Namun tiba tiba tubuh Swi Lian terdiam kaku , sedangkan tangan nya masih terangkat keatas menggenggam pedang nya.
Rupanya Cin Hai sudah mentok jalan darah nya, sehingga tubuh dara itu menjadi kaku.
Cema dengan tepukan lembut di pergelangan tangan dara itu, pedang ditangan nya pun terlempar ke udara, dan disambut oleh Cin Hai dengan tangan kanan nya.
Semua orang yang kebetulan melihat kejadian itu, melongo hampir tidak mempercayai penglihatan mereka semua.
Mata Swi Lian terbelalak menyaksikan diri nya, cuma dalam sekali gebrakan, sudah berhasil ditotok, dan pedang nya direbut.
Didalam pertarungan, bila senjata bisa direbut oleh pihak lawan, itu berarti kekalahan telak yang teramat memalukan.
Cin Hai melemparkan pedang ditangan nya kearah pohon Tao hingga amblas sampai ke gagang pedang itu. Hal yang sangat mustahil di lakukan pendekar mana pun juga.
Cin Hai memutar tubuh nya menghadap kearah Swi Lian, lalu membungkukan badan nya sekali, "maafkan saya siocia!, saya bukanlah seorang pendekar kultivator, saya cuma seorang pemuda yatim piatu yang sudah tidak memiliki sanak saudara lagi, sekali lagi, maafkan saya"...
Secara ajaib, cuma dengan membungkukan badan nya saja. Totokan ditubuh Swi Lian pun terlepas.
Kekaguman di hati Swan Niang semakin besar melihat betapa Swi Lian bisa di taklukan oleh Cin Hai cuma dalam beberapa jurus saja.
Cin Hai bermaksud keluar dari kediaman Ma Qiau, hati nya sudah terlanjur tidak enak berada di tempat itu. Namun tiba tiba, Ma Qiau yang melihat gelagat itu, segera melompat kedepan Cin Hai, menahan jalan pemuda itu.
"Saudara ku Cin Hai, jangan kau anggap terlalu berat tindakan adik bodoh ku ini, pandanglah persaudaraan kita, aku atas nama adik ku meminta maaf sepenuh hati kepada mu, ayolah, kita bersaudara" ucap Ma Qiau berusaha membujuk Cin Hai.
Cin Hai menatap kearah Ma Qiau sambil tersenyum ramah, lalu melangkah duduk di teras depan rumah itu.
"Aku tidak marah Ma Qiau, aku datang menemui mu, karena aku kangen dengan kalian berdua, di Dunia ini, cuma kalian berdua lah sahabat yang ku miliki, tetapi bila kehadiran ku dikira akan memperalat diri mu, aku akan mohon diri, aku ingin mencari keberadaan kakak ku, aku merasa jika kakakku masih hidup dan berada disuatu tempat, aku pasti akan menemukan nya" ucap Cin Hai. Ada getar kesedihan di dalam ucapan nya itu.
"Ku mohon sahabat, demi persaudaraan kita, jangan ambil hati masalah dengan Swi Lian, dia memang gadis yang masih tolol, ayolah sahabat, aku yang berlutut di hadapan mu, memohon maaf untuk moi moi ku" ujar Ma Qiau bermaksud untuk berlutut di hadapan Cin Hai.
Cin Hai menarik tangan Ma Qiau agar jangan sampai melakukan hal itu. Cin Hai memeluk tubuh Ma Qiau dengan erat, "Saudara ku, jangan lakukan itu, aku tidak marah pada siapa pun juga, jangan buat dosa ku bertambah berat di hadapan mu, aku sudah mengganggap Swan Niang dan Swi Lian moi moi ku sendiri, tenanglah saudara ku"...
Swi Lian berdiri termangu menatap ke bawah, hati nya benar benar terpukul berat, ingin menunjukan kehebatan nya di depan Ma Qiau dan Yi Feng dengan niat mempermalukan Cin Hai, tetapi roda berputar balik, bukan nya Cin Hai yang dia permalukan, malahan dirinya sendiri lah yang menanggung malu. Diam diam, kekaguman muncul di dasar hati dara cantik itu, dan keraguan pada tingkat kultivasi muncul, benarkah tingkat kultivasi bukan segala gala nya, buktinya diri nya bisa dikalahkan seorang pemuda yang tingkat kultivasi nya jauh berada dibawah nya.
"Maafkan sikap ku koko Cin Hai, aku salah, aku terlalu jumawa dengan ilmu yang ku miliki, dan tingkat kultivasi yang ku dapat, janganlah mengganggap kebodohan ku ini koko" ujar Swi Lian sambil terus menundukkan kepala nya.
"Tidak apa apa moi moi, aku juga salah, jurus jurus mu sudah sangat sempurna, hanya saja jurus jurus itu memang sedari awal nya, sudah memiliki banyak celah dan kekurangan, bila itu kau benahi, aku yakin, sulit mencari lawan yang mampu menjatuhkan mu, ingatlah moi moi, jurus paling hebat di dunia itu bukan nya jurus silat tertinggi, atau tingkat kultivasi tertinggi, tetapi kecerdasan untuk memanfaatkan celah dan situasi lah yang utama, tingkat kultivasi yang tinggi namun tidak di dukung otak yang cerdas, akan mudah di manfaatkan oleh seseorang yang berotak cerdas, aku tidak bermaksud menggurui. Tetapi sekedar berbagi ilmu yang aku tahu, aku memang bukan siapa siapa, cuma seorang pemuda Yatim piatu" ujar Cin Hai sambil menangkupkan kedua telapak tangan nya di depan dadanya, dan membungkuk di hadapan dara itu.
Swi Lian terdiam membisu, entah apa yang ada didalam pikiran nya saat itu.
Dara itu melangkah lesu mendekati pohon Tao yang tertua pedang nya hingga mencapai gagang nya itu. Dia berusaha menarik nya, namun pohon itu menjepit pedang itu dengan begitu kuatnya, sehingga pedang itu tidak bergerak sama sekali. Akhirnya, dengan wajah lesu, dara itu melangkah masuk kedalam rumah, di ikuti oleh Swan Niang dari belakang.
...****************...
/Good//Good//Good//Good/
/Grin//Grin//Grin/
/Grin//Grin//Grin/
/Grin//Grin//Grin/