"sudah aku katakan sedari dulu, saat aku dewasa nanti, aku akan menjadikan kakak sebagai pacar, lupa?" gadis cantik itu bersedekap dada, bibirnya tak hentinya bercerocos, dia dengan berani masuk ke ruang pribadi pria di depannya.
tidak menjawab, Vallerio membiarkannya bicara seorang diri sementara dia sibuk periksa tugas para muridnya.
"kakak.."
"aku gurumu Au, bisa nggak panggil sesuai profesi gitu?"
"iya tahu, tapi kalau berdua begini nggak perlu!"
"sekarang kamu keluar!" ujar Vallerio masih dengan suara lembutnya.
tidak mengindahkan perintah pria tampan itu, Aurora malah mengikis jarak, dengan gerakan cepat dia mengecup bibir pria itu, baru berlari keluar.
Vallerio-Aurora, here!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaluBerkarya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
malas
"sayang, aku mau bicara sesuatu" ujar Vallerio usai makan. saat ini mereka tengah berada di restaurant untuk sekedar makan siang bersama.
"bicara sesuatu? kenapa kudu bilang dulu? kan bisa tinggal bicara gitu" sahut Aurora sembari ngelap mulutnya dengan tisu.dia menatap Vallerio dengan tatapan penuh curiga lantaran tidak biasanya pria itu harus izin dulu jika bicara dengannya.
"hmm, cuma mau bilang kalau minggu depan aku sudah kerja di kantor papa" jelas Vallerio berhasil membuat Aurora membulatkan matanya tak percaya dengan apa yang dia dengar.
"serius???" tanyanya lagi lagi memastikan. Vallerio mengangguk pelan. melihat itu mood Aurora seketika tidak terlihat baik baik saja, wajahnya berubah total, dan kali ini dia diam.
"tapi bukankah dua bulan di sekolah?" lanjutnya. Vallerio menghela nafas berat
"pak Karlo sudah balik, sudah sembuh jadi tidak ada alasan untukku tetap disana kan?" jelas Vallerio di angguki oleh Aurora.
cepat banget sembuhnya!! seperti biasa, Aurora akan selalu menggerutu dalam hati.
"aku mau pulang!" moodnya sudah tidak baik, Aurora bangkit berdiri dari kursinya, berjalan lebih dulu keluar.
"sayang tunggu, kok aku di tinggal sih?" buru buru Vallerio membayar makanan, kemudian ikut keluar menyusul gadisnya.
memasuki mobil, Vallerio masih bisa melihat wajah bete Aurora. menyesal dia menyampaikan hal itu tadi.
"sayang.." panggilnya lagi denhan suara lembut. tanpa di duga, Aurora menoleh san langsung duduk di pangkuannya.
"aku mau di peluk sepanjang hari" mode manja, Aurora membenamkan wajahnya di ceruk leher Vallerio dengan senang hati pria itu membalas pelukan Aurora, dia bahkan mengusap lembut punggung gadis itu.
"janji dulu nanti tidak boleh dekat dekat dengan bocah itu jika aku sudah tidak mengajar disana?" Aurora mengangguk cepat sembari mengeratkan pelukannya.
"good girl" bibir Vallerio tertarik tipis.
"kita pulang sekarang" ujarnya berharap Aurora bisa turun karena dia ingin mengemudi.
"tidak, aku mau begini dulu!!" jawab gadis cantik itu tak mau turun. terpaksa Vallerio membiarkannya sebentar, menunggu mood Aurora balik lebih baik.
.
.
tepat seminggu berlalu, pagi ini rasa malas menghantui Aurora. untuk sekedar bangun dari ranjang saja dia enggan, apalagi jika harus ke sekolah, sungguh gadis itu tak ada niat sama sekali.
tapi mau bagaimana pun rasa malas itu, kembali lagi Aurora harus terbangun kala seperti biasa bocah kecil menyebalkan itu kembali menggedor pintu kamarnya dari luar.
"haissss, kenapa harus ada Aira sih disini!!" ketusnya tak langsung membuka pintu kamar. Aurora berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan diri,membiarkan Aira yang mungkin sedang berteriak di depan, dia tidak peduli sama sekali.
lima menit dia menyelsaikan ritual mandinya, gegas berganti pakaian sekolah, lalu turun.
"napa Uty lama cih???" protes Aira yang ternyata masih betah duduk di depan kamar Aurora.
"ckkk, kenapa Aira selalu saja menganggu??" bukannya menjawab, Aurora malah bertanya balik dengan wajah yang cemberut.
"cuka cuka Aya.." jawab Aira sambil mengikuti langkah panjang Aurora.
"wuahhhh, kenapaa tuh wajah di tekuk?" goda Alena saat Aurora sudah sampai di meja makan. dia sudah tahu mengenai Vallerio yang tidak lagi mengajar mulai hari ini, jadi Alena gencar menggoda adik iparnya.
"malas aja ke sekolah kak, boleh nggak sih izin sehari saja!" baru juga menyampaikan niat terselubungnya, pandangan mata tajam Wiliam yang mengarah padanya membuat gadis cantik iru meneguk ludah.
hendak tidak dia pedulikan tapi tidak bisa, orang Wiliam duduk tepat berhadapan dengannya.
"kalau tidak mau ke sekolah maka hari ini juga kau ke singapura, gantian menjaga nenek, mau?" ancam Wiliam ada ada saja.
"kakak kenapa sih, Aurora hanya becanda loh, lihat nih baju seragam sudah nempel di tubuh Rora."
"padahal dulu dia seenaknya tidak pergi ke sekolah, kenapa aku harus rajin sih? jelas kalau kita adu otak imbang tuh" kalimat terakhir ini Aurora ucapkan dengan pelan tapi masih bisa di dengar oleh Wiliam.
"sayang, lagian apa sih yang membuat kamu malas ke sekolah? nggak biasanya seperti itu, selama ini kamu rajin rajin aja" deddy Xavier mulai menimpali dan di angguki oleh Wiliam tentunya.
"kan sudah Rora bilang hanya becanda deddy ku sayang, kali aja Rora nggak ikut ke sekolah, rugi dong.." ujarnya pura pura bersemangat padahal jauh di dalam lubuk hatinya dia menyesal mengeluarkan kata kata itu.
Alena dan mommy Alisia hanya bisa mengulum senyum, tidak ada dari mereka yang memberitahu pada para suami terkait hubungan Aurora dan Vallerio.
cukup mereka saja yang tahu dulu, nanti kalau sudah waktunya baru Wiliam dan deddy Xavier di beritahu. itu semua atas permintaan Aurora, gadis itu tidak mau sikap protektif deddy dan kakaknya kembali dominan.
"aichhhh kentala cekali bulamnya.." ledek Aira lagi lagi membuat Aurora mendengus sebel. musuh bebuyutannya adalah anak kecil itu, kenapa Alena harus melahirkan musuh untuk Aurora, begitulah pikir Aurora selama ini.
"diam lu cil!!" bukannya diam, tawa Aira malah menggema di ruang makan, berhasil membuat semua orang yang ada disana ikut ikutan.
"aku pamit ke sekolah ya" seperti biasa, orang pertama yang dia cium adalah deddynya.
"dadada uty..."
...----------------...
Rasa malas itu ternyata sampai menghantuinya sampai ke sekolah. apalagi hal pertama yang Aurora lihat saat masuk ke halaman sekolah adalah Pak Karlo yang mungkin baru datang dan kini pergi ke ruangannya.
"si pak tua itu, sudah datang saja.." dumelnya sambil menendang sembarang apapun yang ada di depannya.
hingga tanpa sadar kakinya menendang batu dan berakhir mengenai kepala seseorang.
"haiss siapa sih.." suara berat orang itu sambil memegang kepalanya karena sakit akibat kena batu itu.
"maaf, maafin aku ya.." buru buru Aurora menghampiri murid tersebut, meminta maaf atas kesalahannya. murid itu mendongak, wajah yang sangat asing di mata Aurora.
"kamu anak baru atau??" tanyanya memastikan karena Aurora memang tidak kenal semua murid di sekolah ini.
"hai, kenalkan aku Devon Masello, murid baru disini" ujar murid pria itu yang terlihat begitu semangat melihat Aurora. tampangnya sangat tampan, berwajah kebaratan, hidung mancung dan kulit putih.
Aurora tidak punya alasan untuk mengabaikan perkenalan anak baru itu, dia mengulurkan tangan lentiknya "Aurora" balasnya sangat singkat.
"sekali lagi aku minta maaf ya" Devon mengangguk cepat.
"permisi" Aurora meninggalkan pria itu setelahnya.
"cantik." guman Devon dengan pandangan terus tertuju pada Aurora hingga gadis cantik itu hilang dari pandangannya.
setelah di pastikan Aurora benar benar menghilang, Devon dengan langkah semangat pergi menuju ruang kepala sekolah.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
lagian knpa emgga bilng kalo udah punya pacar .. 🗿🔪