Sinta Ardila,gadis ini tidak perna menyangka jika ia akan di jual oleh sahabatnya sendiri yang bernama Anita,kepada seorang pria yang bernama Bara yang ternyata seorang bos narkoba.Anita lebih memili uang lima puluh ribu dolar di bandingkan sahabatnya yang sejak kecil sudah tumbuk besar bersama.bagai mana nasib Sinta.apakah gadis sembilan belas tahun ini akan menjadi budak Bara?apakah akan muncul benih cinta antara Bara dan Sinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alesya Aqilla putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16
Ingus yang hendak jatuh mendadak masuk lagi ketika Sinta mendengar suara berisik dari arah pintu kamar,tak berapa lama, tiba-tiba saja pintu kamar terbuka.ternyata Bara sengaja merusak pintu kamar agar bisa masuk.
"Menangis terus,apa kau tangisi? Aku ini suami mu wajar bagiku menyentuhmi?ucap Bara sambari berkacak pinggang.
Tapi aku masih di bawah umur,"ucap Sinta dengan mata sembapnya.
"Di bawah umur matamu!kau sudah sembilan belas tahun,"jawab Bara yang mulai kesal.
"Aku lapar tuan,sudikah kau memberiku sesuap nasi?"
Bara menghembuskan nafas panjang,ingin sekali menendang Sinta tapi ia harus sabar.
Salahmu sendiri bukan salahku karena kau yang mengurung diri di kamar,"ucap rbt..9uut . Sudahlah Sinta terima nasibmu. Selama kau bersikap baik dan menjadi penurut,aku akan baik padamu.
Sinta memutar bola matanya malas, gadis yang sudah tidak gadis lagi ini memilih masuk kedalam kamar mandi untuk mencuci wajahya yang terasa lengket.
"Ingin minta maaf tapi sudah pasti dia ngelunjak,"ucap Bara yang merasa serba salah.
Pria ini lebih memilih merapikan tempat tidur yang berantakan. Ada hal yang harus ia rubah di dalam kamar ini. Bara mengeluarkan ponselnya lalu mengirim pesan pada seseorang.
"Kembalikan keperawanan ku!"pinta Sinta yang baru saja keluar dari kamar mandi.
"kembalikan juga keperjakaan ku,"ucap Bara dengan santai.
Kau masih perjaka?"tanya Sinta yang masih tidak percaya.
Sinta tertawa,ia tidak bisa percaya dengan apa yang di katakan Bara barusan.
"Serius,aku masih perjaka,"ucap Bara yang mencoba menyakinkan Sinta.
"terlihat jelas dari wajahmu jika kau seorang pemain,jika tidak,kenapa kau membeliku hah?
Bara tidak menjawab, sampai saat ini ia tidak tahu alasannya kenapa ia membeli Sinta ,gadis kurus dan sebatang kara.
"Bibirmu luka?"tanya Bara yang hendak menyentuh bibir Sinta tapi dengan cepat di tepisnya. Kenapa bisa luka sampai seperti ini?siapa yang melukaimu?"tanya Bara yang mulai naik pitam.
"Hemmm, bodohnya lelaki satu ini,kau yang membuat bibirku luka sampai seperti ini .kau menciumku seperti ikan piranha yang sedang kelaparan.menurutmu siapa yang harus di salahkan?"jerit Sinta yang merasa kesal.
"oh,aku ya?"ucap Bara menanggapi dengan biasa saja.salahmu terlalu kurus!"seru Bara.
Hina aku sepuas hatimu karena pada dasarnya orang yang beruang itu memang suka sekali menghina orang lain,ucap Sinta dengan mata yang kembali berkaca-kaca.
"Jangan menangis lagi,aku hanya bercanda.
"Bercandamu menghina fisikku padahal aku ini ciptaan tuhan. Itu artinya kau sudah menghina Tuhanmu!"
"Aku minta maaf,"ucap Bara yang merasa bersalah dan sadar akan ucapanya yang salah.jangan marah,ayo pergi makan,"ajak Bara membujuk.
Sinta membuang pandangan kemudian berjalan lebih dulu keluar dari kamar. Bara menahan tawanya ketika ia melihat cara jalan Sinta dengan langkah yang sedikit lebar dan pincang.
"Sinta apa itu terasa sakit?"tanya Bara yang penasaran.
"Apanya?"tanya Sinta tanpa menoleh ke arah Bara.
"Selangkangmu,apakah terasa sakit?
Jelas sekali pertanyaan mu tanpa di sensor, menurutmu bagaimana?"kesal Sinta.
Mata Sinta berbinar ketika ia melihat banyak menu di meja makan. Tanpa memperdulikan Bara apa lagi minta izin,ia langsung mengambil piring dan menikmati makanan di sore menjelang senja ini.
"Apa kau ingin mencari orang tuamu?"tanya Bara.
Aku tidak butuh mereka,bagiku mereka sudah mati.selesai dan jangan bertanya lagi.,"ucap Sinta yang merasa tidak terima jika bara membahas perihal orang tua.
"Terdengar jahat sekali,"sahut Bara.
"Aku atau mereka yang jahat?"tanya Sinta dengan raut wajah dingin."jika mereka tidak menginginkan seorang anak,lalu mengapa mereka melakukannya? Sudahlah,jangan bahas mereka.dari pada mencari mereka,lebih baik mencari Anita untukku.
"Anita maksud mu?"
"Menurutmu Anita jeruk?"kesal Sinta membuat Bara tertawa.
"jika bertemu dengan Anita apa yang akan kau lakukan?"tanya Bara penasaran.
Menukar posisiku menjadi dia agar Anita tahu bagaimana sakitnya menjadi aku,"ucap Sinta jujur.
Bara diam tidak menanggapi,ia membiarkan Sinta menikmati makanannya sampai selesai.
"Aku harus pergi sekarang,"ucap Bara memberi tahu.
Aku tidak peduli,"seru Sinta.
"Kau harus peduli,"ucap Bara memaksa.
"Kenapa aku harus peduli?
Karena aku suamimu cinta atau tidak,yang jelas aku adalah suamimu!"tegas Bara kemudian pergi begitu saja.
Sinta mendengus kesal, sebenarnya ia ingin menjadi penurut tapi tetap saja ketika melihat Bara bawaanya selalu saja ingin emosi. Setelah Bara pergi,paman Sam memberanikan diri untuk duduk di hadapan Sinta.
"ada baiknya nona bersikap baik kepada tuan Bara karena sepertinya dia menyukai nona,"ucap paman Sam menyarankan.
"paman tau sendiri bagaimana sikap Bara padaku,apakah aku harus bersikap baik pada dia?"ucap Sinta kesal.
"Coba saja dulu,percaya padaku,"ucap paman Sam yang terlihat begitu menyakinkan,"tuan Bara kalau cinta sudah pasti dia akan menuruti wanitanya.
"Hem,begitu ya paman?"siapa sofia?tanya Sinta yang penasaran.
"Oh,dia adalah wanita yang sudah bertahun-tahun mengejar cinta tuan Bara tapi tidak perna dapat, padahal cantik.tapi entah kenapa tuan Bara tidak menyukai dirinya,"
Sinta diam,dalam hatinya bertanya-tanya bagaimana reaksi Sofia jika ia tahu Bara sudah memiliki istri.
"Hiburan baru, sepertinya akan sangat seru jika perempuan itu tahu jika aku yang tak layak ini adalah istri Bara,ucap Sinta dalam hati.
Banyak hal yang paman Sam ceritakan pada Sinta meskipun ada beberapa rahasia yang harus ia jaga. Setelah selesai makan,Sinta mengisi waktu dengan menonton televisi,meskipun.bosan tapi ia tidak dapat berbuat banyak.
Sebenarnya tidak buruk tinggal di rumah ini, tidur di ranjang empuk,makan enak dan mengenakan pakaian mahal. Minusnya aku seperti hidup di dalam penjara dengan seorang laki-laki gila,"ucap Sinta kemudian tertawa.
Andai Bara mendengarnya sudah pasti akan ada keributan di antara keduanya.
****
"Damai sekali rasanya,"ucap Sinta yang merasa tenang karena sejak semalam Bara tak kunjung pulang.
Sinta tidak tahu kemana perginya Bara, bahkan ia sendiri enggan untuk bertanya. Dari pagi sampai kembali pagi,Sinta yang selesai sarapan beniat jalan-jalan pagi di sekitar rumah Bara tapi Tomo memintanya untuk masuk ke dalam rumah sekarang juga.
aku tidak akan kabur,aku hanya ingin menikmati udara pagi,apa itu salah?"protes Sinta yang mulai merasa kesal.
"masuk sekarang,"titah Tomo.
Sinta berdecak kesal kemudian ia masuk ke dalam rumah.sebenarnya dalam hati Sinta merasa penasaran kenapa rumah Bara memiliki banyak penjaga yang menggunakan pakaian serba hitam.
Pagi berganti siang,tapi Bara belum juga pulang,tidak masalah bagi Sinta karena ia bisa melakukan apa saja meskipun kerjanya cuma nonton.