Sherin mempunyai perasaan lebih pada Abimanyu, pria yang di kenalnya sejak masuk kuliah.
Sherin tak pantang menyerah meski Abi sama sekali tidak pernah menganggap Sherin sebagai wanita yang spesial di dalam hidupnya.
Hingga suatu ketika, perjuangan Sherin itu harus terhenti ketika Abi ternyata mencintai sahabat Sherin sendiri, yaitu Ana.
Lalu bagaimana kisah mereka setelah beberapa tahun berlalu, Abi datang lagi dalam kehidupannya sebagai salah satu kreditor di perusahaan Sherin sedangkan Sherin sendiri sudah mempunyai pria lain di hatinya??
Apa masih ada rasa yang tertinggal di hati Sherin untuk Abi??
"Apa sudah tidak ada lagi rasa cinta yang tertinggal di hati mu untuk ku??" Abimanyu...
"Tidak!! Yang ada hanya rasa penyesalan karena pernah mencintaimu" Sherina Mahesa....
Lalu, bagaimana jika Abi baru menyadari perasaanya pada Sherin ketika Sherin bukan lagi wanita yang selalu menatapnya dengan penuh cinta??
Apa Abi akan mendapatkan cinta Sherin lagi??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Maaf yang tiada arti
Mobil Abi sudah semakin menjauh dari Resort tempat mereka menginap semalam.
"Ini buat kamu, makanlah. Aku tau kalau kamu belum sempat makan malam kan??"
Abi mengulurkan paper bag berisi kotak makanan yang sengaja ia pesan dari Resort untuk Sherin, agar bisa di makan Sherin di dalam mobil.
"Makasih" Jawab Sherin singkat. Jujur Sherin memang lapar. Dia hanya sarapan roti dan telur tadi pagi, setelah itu dia pergi sampai kehujanan dan akhirnya sekarang harus kembali ke Jakarta.
Dia hanya bisa berdoa agar badannya tetap sehat karena banyak sekali pekerjaan yang menanti dirinya.
"Hemm, makanlah"
Mana bisa Sherin makan di samping Abi seperti itu. Mobil yang di kendarai Abi saja terus berjalan tanpa mau mencari tempat dulu agar Sherin bisa makan di luar.
Sungguh berdua dengan Abi seperti itu membuatnya tidak nyaman. Abi bahkan tidak mengijinkannya duduk di belakang.
Sherin memalingkan wajahnya ke jendela karena suara perutnya yang sudah tak sabaran minta di isi secepatnya. Betapa malunya dia saat ini.
"Makan aja nggak papa, aku tadi udah makan kok. Nggak usah sungkan" Abi berusaha menahan senyumnya agar tak membuat Sherin malu.
Sherin tak menjawab namun dia perlahan membuka paper bag berwarna coklat di pangkuannya itu.
Mengambil kotak yang makanan yang berisi nasi, udang goreng tepung dan juga cah brokoli jamur kesukaan Sherin.
Dia tidak tau kenapa makanan kesukaannya itu ada di hadapannya sekarang ini. Entah apa sebenarnya maksud Abi melakukan itu.
Sherin yang sadar jika Abi sengaja memesan makanan kesukaannya itu tetap tenang. Bahkan tak bertanya atau menyinggung apapun kepada Abi tentang makanan itu.
Sherin mulai melahap makanannya dengan tenang, tetap berusaha abai pada pria di sampingnya itu.
Pria yang kini sudah tercium bau wangi dari parfum mahal yang di kenakan pria itu. Bukan lagi bau lemari yang dulu sering di cium Sherin saat berboncengan di motor Abi.
Tapi ya jelas saja, walau sekarang perusahaan miliknya lebih besar di banding milik Abi, tapi perusahaan Abi itu tidak bisa di bilang kecil juga. Jadi tidak menutup kemungkinan kalau sekarang Abi telah mengubah seluruh hidupnya dengan pundi-pundi uang yang ia dapat dari kerja kerasnya selama ini.
"Minumnya" Baru saja Sherin menutup kotak makanan itu. Tapi Abi sudah menyodorkan air mineral pada Sherin.
Sherin sempat melirik Abi, ingin berteriak di wajah pria itu. Menanyakan apa maksud semua itu. Tapi Sherin hanya diam dan meraih botol air mineral itu.
"Makasih" Lagi-lagi hanya itu yang bisa Sherin ucapkan.
Susana di dalam mobil itu kembali hening, bahkan Sherin sempat tertidur karena merasakan kepalanya yang sedikit pusing. Mungkin karena kehujanan tadi.
"Sherin??" Panggil Abi lagi membuat Sherin menoleh.
"Maaf karena aku nggak sopan seperti biasanya, cuma saat ini memang aku mau ngomong sama kamu bukan sebagai rekan kerja. Tapi seperti kita dulu" Abi sesekali melihat ke arah Sherin dan juga jalanan di depannya.
"Dulu yang seperti apa maksud Pak Abi??"
Api tersenyum kecut karena Sherin sama sekali tidak mau menghilangkan sikap formal di antara mereka. Menegaskan batas di antara mereka.
"Aku tau aku salah, maafkan aku Sherin. Untuk semuanya. Untuk waktu empat tahun yang aku sia-siakan. Untuk semua luka yang aku berikan sama kamu"
Sherin tak mau menatap Abi sama sekali. Mungkin seharusnya tadi dia tidak bangun dan pura-pura tidur saja supaya tidak di ajak bicara oleh Abi.
"Aku memang bodoh karena percaya begitu saja dengan omongan Ana. Sungguh aku menyesal Sherin. Maafkan aku"
"Aku tau kata maaf ku ini nggak ada gunanya sama sekali buat kamu. Tapi ijinkan aku menebus semua kesalahan ku"
Sherin menyeringai, enak sekali Abi bicara semudah itu pada Sherin. Ingin menebus kesalahannya dengan cara apapun tetap tidak akan bisa menyembuhkan luka Sherin.
"Maaf Pak Abi, saya sudah bilang kalau saya sama sekali tidak mau membahas masa lalu. Bagi saya semuanya sudah saya hapus, bahkan menganggap semua itu tidak pernah terjadi dalam hidup saya"
"Kalau sikap Pak Abi yang berubah seperti ini gara-gara masalah tadi, saya sangat berterimakasih. Saya sangat berterimakasih karena tadi Pak Abi sudah mencari saya sampai hujan-hujanan seperti itu. Tapi semua itu tidak akan merubah apapun. Jadi saya mohon Pak Abi mengerti"
Nyess....
Dada Abi terasa begitu perih saat Sherin begitu tegas menjelaskan bagaimana hubungan mereka saat ini.
Sherin dulu sudah tidak ada lagi. Sherin yang selalu mengumbar senyum kepadanya, Sherin yang selalu bertingkah manis dan menggemaskan kini berubah menjadi sosok wanita lain di hadapan Abi. Dan parahnya lagi itu karena perbuatannya sendiri.
"Maafkan aku" Lirih Abi.
"Tapi apa yang aku lakukan sama kamu benar-benar tulus karena aku ingin memperbaiki hubungan kita"
Sherin langsung menoleh pada Abi, hubungan apa yang pria itu maksud.
"Jangan salah paham dulu, aku hanya berharap setidaknya kita masih bisa berteman seperti kamu dan Anjas"
Sherin kembali memalingkan wajahnya. Pria di sampingnya itu benar-benar tak tau diri. Dulu dia sendiri yang membuang Sherin seperti wanita yang tak ada harganya. Sekarang dengan mudahnya dia ingin kembali dengan alasan menjadi teman.
"Maaf, tapi hubungan antara kita lebih baik hanya sebatas rekan kerja saja Pak Abi. Sudah jelas keuntungannya ada di mana. Daripada lebih dari itu, sama sekali nggak ada untungnya buat saya"
Deg...
Abi kini bisa merasakan sakitnya hari Sherin saat dulu dia berkali-kali menolaknya.
Ini baru sekali dua kali Abi rasakan selama hampir dua bulan bertemu lagi dengan Sherin. Tapi dulu Sherin empat tahun menunggunya dengan rasa sakit yang Abi berikan setiap hari, dan Abi belum pernah mendengar Sherin mengeluh sama sekali.
"Halo??" Pembicaraan mereka harus terhenti karena Sherin menerima telepon dari seseorang.
"Sayang, kamu udah sampai mana??"
"Udah mau masuk Jakarta kok, kira-kira satu jam lagi sampai"
Karena jarak mereka yang dekat. Abi bisa mendengar jelas ucapan pria yang menelpon Sherin.
"Sayang?? Apa dia pria yang jalan sama Sherin waktu itu?? Kenapa dada gue sesak??"
"Kamu sama Nana kan?? Aku jemput aja ya?? Nanti biar Nana langsung pulang, nggak usah antar kamu dulu??"
"Iya boleh, kamu jemput di kantor aku aja ya??"
Abi semakin merasa iri pada pria itu karena dia bisa mendapatkan Sherin yang lembut seperti itu. Padahal dulu suara lembut itu adalah miliknya. Tapi setelah apa yang Abi lalukan, apa dia pantas mengklaim semua itu.
"Iya sayang. Ya udah kamu hati-hati. Nanti kalau sudah dekat kasih kabar"
"Iya, daa"
Sherin sama sekali tak merasa canggung mengangkat telepon dari Zain di samping Abi. Sudah Sherin katakan kalau dia tidak peduli.
Satu jam perjalanan pun mereka lalui tanpa ada suara sedikitpun. Mereka berdua memilih diam antara Sherin yang memang tak mau dan Abi yang sedang merasakan sesak di dadanya.
Kenyataan jika Sherin sudah memiliki kekasih entah mengapa membuat hati tak terima. Padahal siapa saja berhak mempunyai pasangan apalagi waktu lima tahun tentu saja membuat hati Sherin berubah.
Abi saja sudah mempunyai Ana selama ini. Lantas apa yang membuat Abi seperti itu??
Abi tiba di depan area perkantoran Sherin, di ikuti oleh mobil Sherin yang di kendarai Anjas di belakangnya.
"Makasih ya Pak Abi, saya sudah ngerepotin Pak Abi dari kemarin" Sherin terlihat membuka tasnya mencari sesuatu.
"Nggak papa, aku sama sekali nggak merasa direpotkan" Justru Abi sangat senang karena bisa lebih dekat dengan Abi.
"Ini untuk Pak Abi, saya juga titip untuk Anjas. Saya permisi, tunangan saya sudah menunggu" Abi mengikuti arah pandang Sherin yang tertuju pada pria bule yang sedang bersandar di mobilnya.
"Tunangan??" Abi menatap apa yang di berikan Sherin kepadanya.
Abi bahkan tak sadar jika Sherin sudah keluar dari mobilnya. Wanita itu tampak berlari kecil masuk ke dalam pelukan pria bule itu.
Tanpa sadar Abi menggenggam erat sesuatu yang di berikan Sherin tadi. Hatinya semakin panas melihat pria itu memeluk tubuh indah Sherin. Bahkan Sherin pun dengan leluasa menyandarkan kepalanya di pelukan pria itu.