[ BUKAN NOVEL TERJEMAHAN!! ]
Jangan lupa follow sebelum membaca!
•
•
Anatari Renavold, seorang gadis modern di abad 21 yang bekerja sebagai pembunuh bayaran. Harus mati ketika menjalankan misi nya karena menyerahkan diri kepada musuh untuk menjaga rekan nya tetap hidup.
Alih-alih mati takdir justru berkata lain, dia diberi kesempatan hidup dengan terlempar ke zaman kerajaan.
Akankah anatari dapat melanjutkan hidupnya di zaman itu? Kisah apa yang akan terjadi di kehidupan barunya? Ayo saksikan perjalanan Anatari di kisah Permaisuri Kaisar
Jangan lupa like dan komen yaaa^^
See you readers
Pict : pinterest
Edit by me
________________________
⚠️WARNING⚠️
Cerita ini bukanlah cerita yang mengusung secara resmi pada kerajaan Cina atau negara manapun. ini murni karangan author, jadi jika ada sistem, adat dan kebiasaan yang tidak sesuai dengan kerajaan biasanya harap dimengerti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kakama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 2 — Akhir Kisah
Sebuah gedung tua dan kotor adalah tempat mereka menjalankan tugas kali ini. Target nya berada disini, maka disinilah mereka berada.
" Semuanya sudah siap?" tanya Ana meyakinkan.
" Ya, semua sudah sesuai rencana kita An"
" Bagus"
Ana menatap 8 orang anggotanya satu persatu sambil tersenyum.
" Kembalilah dengan selamat, dan utuh"
Mereka semua mengangguk lalu saling memeluk satu sama lain.
" Ayo!!!"
Semua orang berpencar sesuai posisi masing masing, 4 orang pergi ke arah barat, 4 orang pergi ke timur, dan Ana pergi ke arah utara. Ini adalah rencananya, kedua kelompoknya akan mengepung dari dua sisi yang berbeda dan membuat musuh terkecoh dengan mengira bahwa Ana hanya sendiri.
Langkah demi langkah mulai Ana tapaki, ruangan demi ruangan mulai ia masuki satu persatu. Aneh, tidak ada satupun orang Disana. Jika ini adalah tempat persembunyian biasanya akan ada beberapa jebakan dan penjagaan, tapi ini tidak ada sama sekali.
Ini mencurigakan, pikirnya.
Ana mulai siaga dan menyiapkan senjata ditangannya, dia mengedarkan pandangan nya ke seluruh penjuru ruangan. Tidak ada jebakan sama sekali, Ana kembali melangkahkan kakinya. Beberapa langkah setelahnya sesuatu terjadi.
DUAAARRRRRRR!!!!
Tiba-tiba terdengar suara ledakan yang menghentikan langkah kaki Ana.
tunggu, ini bukan bagian dari rencananya, kenapa secepat ini. batin nya.
Suara langkah kaki terdengar dari arah depan, suara itu keleuar dari kegelapam membuat Ana menajamkan penglihatan nya dan membuat posisi siaga. Ana mengarahkan pandangan nya ke seluruh penjuru namun yang ia lihat hanya kegelapan.
" Anatari renavold"
Suara itu.....
Ana seperti mengenalnya. Suara itu sangat tidak asing, tapi siapa? kenapa dia tidak bisa mengingat sosoknya. Langkah kaki itu terdengar semakin dekat, lalu muncul lah seorang pria muda berjalan mendekati Ana, memakai pakaian serba hitam, tidak lupa juga dengan kacamata hitam yang ia pakai.
" Kau!!"
Dia adalah Henry, dia anak dari salah satu target Ana dahulu. Ayah Henry membuat kesalahan dengan rekan bisnis nya sehingga mengharuskan Ana mengakhiri hidupnya. Akan tetapi, Henry dan Ana adalah seorang teman semasa sekolah dulu.
" Ya, ini aku. Aku senang kau masih mengingatku"
" Kenapa kau ada disini? apa ini..."
" Ya. ini semua rencanaku"
Ana tersenyum miris, bagaimana bisa dia menerima pekerjaan konyol kali ini. Apakah ini yang ayah maksud? Apakah pimpinannya mempermainkannya? Tidak mungkin. Rodrigo bukanlah orang yang seperti itu, jika dia tau hal ini sudah pasti dia akan memberitahu Ana.
" Aku tidak punya waktu meladeni kekonyolanmu Henry"
" Tentu kau punya Ana"
Pria bernama Henry itu menjentikan tangan nya, lalu tiba-tiba keluarlah beberapa orang berbadan kekar memakai kaos hitam sambil menyeret anggota Ana yang sudah terluka.
Terkejut. Hanya itu yang Ana rasakan. Tapi, sedetik kemudian tatapan ana berubah. Tatapan nya sangat dingin dan penuh amarah, itu tertuju pada Henry.
" Apa yang telah kau lakukan pada mereka dalam waktu secepat ini Henry" nadanya sangat datar, tanpa emosi dan tanpa penekanan apapun.
Henry tersenyum mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Ana
" Tak mungkin kau tak mendengar suara ledakan itu An"
" Kau gila!!!"
" Ya. Aku gila. Aku tidak ingin berlama-lama untuk menghabisimu An"
Ana diam terpatung, jadi targetnya adalah dirinya. Ana mengerti apa yang coba henry lakukan.
" Kau mencoba membalas dendam atas kematian ayahmu, Henry? Baiklah. Jika itu maumu, maka itu akan terwujud"
Henry terkejut dengan apa yang Ana katakan. Tidak ada perlawanan sama sekali? mana mungkin!
" Tapi dengan tiga syarat" lanjut Ana
Henry tertawa sarkastik.
sudah kuduga, batinnya.
" Apa itu" Tanya Henry.
" Pertama, lepaskan teman-temanku"
" Baik"
Henry memberi kode kepada pria berbadan kekar yang memegang teman-teman nya itu. Luka mereka tidak parah karna mereka tidak terkena dampak langsung dari ledakan nya. Beberapa hanya luka kecil karna mengalami benturan akibat gaya ledak dari bom nya,dan beberapa terlihat baik-baik saja.
Setelah Henry melepas anggotanya, Ana langsung menghampiri mereka dan memeluknya.
" Ana kau tidak bisa melakukan ini, kita bisa melawan nya" ucap Jo berusaha meyakinkan Ana.
Ana hanya tersenyum, lalu kembali ke tempatnya semula.
" Kedua, aku ingin bajingan yang membuatku datang kesini, aku menginginkan kepalanya "
Henry tersenyum puas.
" Ini adalah Ana yang ku kenal, permintaan dikabulkan"
Henry memberikan kode kepada salah satu bawahan nya, lalu datanglah seorang pria berbadan kekar lainnya sambil membawa target yang Ana incar. Targetnya sudah terikat oleh tali, tidak lupa mulutnya juga sudah disumpal oleh kain.
Hal ini membuat Ana bahagia.
" Kau memudahkan tugasku Henry, terimakasih"
Lekas Ana mengeluarkan sebuah pedang dari punggungnya, pedang itu terlihat mengkilat, sangat tajam. Hal itu membuat target nya sangat ketakutan dan berusaha memberontak.
" Bungkukan dia jika kau tak ingin kepalamu juga ikut terpenggal" titah Ana pada pria berbadan kekar tadi.
Target berhasil dibungkukan, dan sedetik kemudian...
Sraaatttt.....
Darah segar memenuhi pakaian dan wajah Ana. Kepala itu berhasil terlepas dari badan nya dengan mata yang melotot.
" Bawa itu Jo"
Mendengar perintah dari Ana, Jo langsung membawa kepala itu dan memasukan nya kedalam wadah yang mereka bawa.
" Apa yang terakhir Ana" tanya Henry tidak sabar.
Ana membalikan badan nya untuk menghadap Henry, dia tersenyum, bukan senyuman yang manis, tapi senyuman seorang pembunuh. Ditambah dengan darah yang ada pada wajahnya, membuatnya terlihat sangat sadis dan tidak berperasaan.
" Terakhir, aku ingin anggotaku keluar terlebih dahulu dari tempat tua ini, aku tidak ingin mereka melihat aku menyerahkan diri padamu, aku adalah pemimpin nya, sangat memalukan jika anggotaku melihatku tidak berdaya, setelah itu lakukan apa yang kau mau"
Henry mengangkat alisnya " Semudah itu ?"
" Ya "
" Baiklah, ku rasa bukan hanya anggotamu, tapi anggotaku juga"
Ana menatap Henry dengan bingung, apa yang dia maksud?
Henry membalikkan badannya ke arah kelompoknya. Melihat mereka dengan senyuman yang hangat, ini seperti Henry yang berbeda dengan tadi.
" Terimakasih telah bekerja bersama keluargaku selama ini, upah kalian sudahdi kirimkan tadi pagi, jika kalian masih ingin hidup keluarlah dari gedung ini"
" Tuan!!"
" Keluarlah! dan seret anggota nona Ana keluar, ini adalah perintah terakhir dariku!!!"
Tanpa berbasa-basi mereka semua bergegas keluar, tak lupa membawa anggota Ana keluar secara paksa. Sesaat gedung itu dipenuhi oleh teriakan teriakan memanggil Ana.
Jo yang telah selesai membungkus kepala targetnya itu bahkan langsung diseret keluar, tak diberikan kesempatan untuk menghampiri Ana sama sekali.
" ANNAAAAAA KAU TIDAK BISA MELAKUKAN ITU ANAAA!!"
" ANAAA KELUARLAHH!!"
" LEPASKAN AKU BODOH! ANAAAAAA JANGAN LAKUKAN ITU KU MOHON!
Ana hanya menatap mereka dengan senyuman, bukan senyuman seorang pembunuh, tapi senyuman yang sangat manis dari seorang Anatari Renavold.
"TERIMAKASIH! LANJUTKAN TUGASKU DAN JAGA DIRI KALIAN!" Ana berteriak guna membalas teriakan teman-temannya.
Ana terus memandangi nya sambil tersenyum, sampai tubuh mereka sudah tidak terlihat lagi, suara nyaring tadi kini telah terdengar sangat samar, itu artinya mereka telah berhasil menjauh.
Kini hanya tersisa Henry dan Ana diruangan itu.
" Kepergian ayahku membuatku sangat gila , dan itu semua karnamu Ana. Aku tau itu hanya tugas untukmu tapi tetap saja aku sangat membencimu"
" Aku mengerti "
Ana memandangi pedangnya sambil tersenyum, lalu mengarahkan pedang itu pada Henry. Tepat pada lehernya.
Sontak Henry memundurkan langkahnya kebelakang.
" Dengan pedang ini aku membunuh ayahmu, kau berhak jika ingin membunuhku dengan ini"
Henry tersenyum kecut " Aku tidak ingin mengotori tanganku dengan membunuhmu"
Ana mengernyitkan dahinya, sesaat dia tidak mengerti maksud dari perkataan Henry.
Hingga akhirnya dia mengerti ketika melihat Henry mengeluarkan sebuah granat dari dalam sakunya.
" Bukankah ini jadi terlihat romantis Henry, kau ingin mati bersamaku?"
Henry tertawa " Haha ya kau benar, tapi jangan berharap lebih Ana, ini tidak seperti apa yang kau pikirkan"
" Well aku hanya mencoba mencairkan suasana "
" Ada kata kata terakhir ?" tanya Henry sambil menarik tuas dari granat itu.
" Terimakasih"
Ana menjatuhkan pedangnya ke lantai, melipat tangnya dibelakang badan seperti posisi istirahat saat sedang upacara, lalu menengadahkan kepalanya ke atas, memejamkan matanya dan tersenyum.
" Terimakasih"
" Terimakasih"
" Terimakasih"
Henry tak mengerti mengapa Ana mengatakan hal itu berulang kali, namun dia tak peduli.
Kini Henry pun melakukan hal yang sama, menengadah kepalanya menatap langit-langit yang hampir roboh.
'Ayah kita akan segera bertemu, maafkan aku' Batinnya.
Lalu Henry melempar granat nya tepat ditengah-tengah antara dirinya dan Ana.
" Terimakasih " ucap Ana.
" Tunggu aku ayah" Henry tersenyum ketika mengatakan nya.
Dan terdengarlah bunyi ledakan dari dalam rumah tua itu, ledakan nya sangat besar sehingga rumah itupun ambruk dan rata dengan tanah. Tidak ada yang menyangka bahwa Henry akan meledakan dirinya dengan Ana. Semua orang menyangka Henry akan membunuh Ana atau mungkin mencabik-cabiknya tanpa ampun, tapi semua perkiraan meleset.
Semua rekan Ana menjatuhkan badannya ke tanah, tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. Tidak ada harapan bagi mereka untuk berharap Ana akan bertahan. Ledakan itu sangat jelas bahkan dengan jarak mereka yang cukup jauh, bangunan tua itu ambruk. Itu bukanlah ledakan biasa, ledakan itu benar benar menghancurkan seluruh hal yang berada dekat bangunan itu.
Kabar kematian Anggota terbaik itu dengan cepat menyebar. The crue berduka selama satu minggu, kehilangan anggota terbaik, anak terbaik, ketua terbaik, teman terbaik dan sahabat terbaik. Tidak dapat dipungkiri semua merasa sedih saat mendengar kabar bahwa Ana telah tewas, namun tugasnya tetap terpenuhi, janjinya pun terlaksanakan, bahwa dia akan menjaga anggotanya tetap aman, utuh dan selamat. Namun dia tidak berjanji untuk menjaga dirinya sendiri tetap aman.
Anatari Renavold, nama yang akan selalu dikenang oleh orang-orang terdekatnya, nama yang membuktikan bahwa seorang perempuan bisa melakukan segalanya, nama yang akan selalu teringat oleh musuh-musuhnya karna mereka tidak bisa lagi menghadapi Ana secara langsung dan merebut gelar terbaik miliknya.
Ini adalah perjalanan terakhir seorang Anatari, takdirnya mengatakan bahwa kisahnya berakhir disini, kisahnya kini telah usai.
|
|
|
|
bersambung.....
kagak paham g, emang si Yanran cwok ya, trus mreka guy
isa ae lo thor