Karna menolong seseorang membuat Rafdelia menjalani kehidupan yang tidak di inginkan nya tetapi seiring berjalannya waktu Rafdelia menjadi menerima takdir kehidupannya.
ketahui kelanjutan kisah hidup Rafdelia dengan membaca cerita ini dari awal ya teman.
SELAMAT MEMBACA..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febri inike putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34
"Kok jadi kamu yang marah sih? Harusnya kan aku! Tapi ngapain kamu berlama-lama berduaan sama Tony padahal aku udah nunggu di mobil."
"Justru aku sengaja nungguin dia biar pergi dulu baru masuk ke mobil kamu, supaya dia gak tau kalau mas lah yang sedang aku tunggu. Aku udah susah-susah biar gak ada yang tahu tentang kita, eh malah mas sendiri yang membukanya. Berantakan semuanya kan!" ungkap Rafdelia kesal.
"Sepertinya yang aku bilang tadi, memang sebaiknya Tony tau kalau kamu istri aku jadi dia gak deketin kamu lagi. terus tadi bisa-bisanya kamu bilang sama dia kalau aku galak. Maksudnya apa!"
"Gak ada maksud apa-apa. Aku cuma bilang keluarga aku yang mau jemput Aku itu galak. Tujuannya biar dia takut dan segera pergi. Tapi dia malah merasa tertantang katanya." jelas Rafdelia.
"Mana mungkin Tony takut sama geratakan gertakan kayak gitu. Kamu pikir dia penakut!"
"O ya? Mana aku tau... Biasanya cowok kalau dengar keluarga cewek galak pasti takut dan langsung mundur. Makanya aku coba cara kayak gitu. Lagian gak salah juga, mas emang galak kan! Dingin..." ungkap Rafdelia yang membuat Zein melotot padanya.
"tapi kalau dokter Tony gak penakut, berarti dia gentle banget ya. Aku suka sama cowok gentle. Uuuuh coba aja aku masih singel, kalau dokter Tony suka sama aku, pasti udah aku terima langsung." ucap Rafdelia datar sambil melipat kedua tangannya didada.
"Kamu bilang apa??!! Jangan coba-coba ya. Aku gak setuju kalau kamu berhubungan sama salah satu sahabat aku." Zein menatap tajam kearah manik mata Rafdelia, menunjukkan ketidaksukaan nya atas ucapan gadis itu yang memuji-muji pria lain dihadapannya.
"Kalau gitu setelah kita resmi bercerai aja, boleh?" Rafdelia menunggu respon Zein lagi.
"Tetap tidak boleh!!" tegas Zein.
"Ya sudahlah! Kalau gitu aku cari cowok lain aja!" ucap Rafdelia ketus.
"Rafdelia! Jangan memancing kemarahan aku ya! Selama pernikahan kita, kamu gak bole berhubungan dengan pria manapun, kamu paham!"
"Lhaa sejak kapan ada peraturan kayak gitu. Kamu aja kalau nanti Gina kembali, gak aku larang larang sama dia... Kenapa aku gak boleh? Egois banget!" Rafdelia manyun.
"Pokoknya kalau aku bilang gak boleh, kamu jangan membantah lagi!" tegas Zein mendekatkan wajahnya ke wajah Rafdelia.
"Arogan!" Rafdelia cemberut dan langsung masuk ke kamarnya.
Zein lagi-lagi menahan tangan Rafdelia sehingga posisi mereka malah semakin dekat.
"Mas, bisa gak kamu gak nyentuh nyentuh aku terus? perjanjian yang kamu buat sendiri itu udah jelas kan kalau gak boleh ada kontak fisik antara kita." Rafdelia mengingatkan karena Zein selalu sembarangan memegangnya.
"Gak semua kontak fisik." jawab Zein santai.
"Maksudnya apa, gak semua? Tanya Rafdelia bingung.
"Kontrak fisik yang tidak itu maksudnya berhubungan suami istri, kalau cuma sekedar megang doang ya gak apa-apa." jawab Zein asal.
"Ishh enak aja kamu mas. Enak di kamu doang..." Rafdelia protes.
"Aku cuma megang tangan doang, apanya yang enak?" Zein mengalihkan pandangannya kearah lain.
"Kamu lupa? Tadi sore kamu hampir nyium aku? Kamu bilang cuma megang doang?" Rafdelia mengingatkan.
"Kapan aku hampir cium kamu. Jangan kegeeran kamu, aku cuma mau lihat anting kamu aja apa masih utuh dua-duanya, makanya aku mendekat ke wajah kamu." Zein beralasan terus.
"O jadi bukan mau nyium ya? Baguslah, karena kalau sempat kamu nyuri nyuri kesempatan, siap-siap aja tangan aku mendarat mulus di pipi kamu. Lagian aku gak rela ciuman pertama aku kamu ambil. Cuma suami aku yang boleh!" ungkap Rafdelia kesal.
"Ciuman pertama? Jadi kamu belum pernah ciuman??" Zein kaget rasanya tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Rafdelia barusan.
"Kenapa? Emang aneh kalau belum pernah!!" Rafdelia semakin kesal karena merasa Zein seperti sedang mengejeknya.
"Jadi selama ini kamu ngapain aja kalau pacaran??" tanya Zein lagi.
Rafdelia terdiam.....
"Jangan bilang kalau kamu juga belum pernah pacaran... Serius Rafdelia? kamu juga belum pernah pegangan tangan gitu sama cowok?" Zein menatap Rafdelia dengan tatapan penuh tanya dan sulit diartikan.
"Kenapa? Jangan meremehkan aku ya mas.. Mungkin menurut kamu aku kampungan dan gak laku, tapi aku memang gak ada waktu aja buat pacaran, buang-buang waktu!" Rafdelia tidak mau kalah.
Zein masih speechless dengan ucapan Rafdelia barusan.
"Berarti kamu masih Virgin..." lirih Zein.
"Ya ampun mas, kamu pikir aku cewek apaan mau ngasi keperawanan aku gitu aja ke orang. Aku tu jaga banget cuma buat suami aku nanti!" tegas Rafdelia lagi.
"Aku suami kamu...." ucap Zein pelan.
"Bukan kamu! Tapi suami aku sesungguhnya nanti, suami masa depan aku. Ayah dari anak-anak aku... Kalau kamu cuma suami sementara yang expired datenya cuma 6 bulan. Paham!" Rafdelia segera masuk ke kamarnya karena tidak ingin lagi berdebat dengan Zein.
Sementara Zein masih terdiam ditempatnya berdiri, didepan kamar Rafdelia. Ada rasa senang dihatinya mendengar pengakuan gadis itu bahwa ia belum pernah berpacaran sama sekali, namun sekaligus ada rasa tak rela di hatinya membayangkan suatu saat nanti Rafdelia bersama laki-laki lain yang gadis itu sebut-sebut sebagai suami masa depannya...
***************
Subuh menjelang, adzan pun berkumandang memanggil manggil setiap insan setiap muslim yang terlelap dalam tidur nyenyak nya untuk segera memenuhi panggilan indah itu.
Tak terkecuali Rafdelia, ia terjaga dari tidurnya ingin segera menunaikan kewajiban sholat subuhnya seperti biasanya.
Pukul 05.10 wolib...
Rafdelia yang telah selesai menunaikan sholat, segera mengetuk pintu kamar Zein untuk membangunkan pria itu seperti biasanya setiap pagi jika ia sedang tidak shift malam.
Tok tok tok....
"Mas udah bangun? aku masuk ya..." ia minta izin untuk menyiapkan air mandi suaminya itu.
Rafdelia masuk kedalam kamar Zein karena tidak ada jawaban sama sekali, seperti biasanya pria itu masih tidur saat Rafdelia akan membangunkannya.
"Mas.... Bangun yuk udah subuh." Rafdelia menggoyang pelan lengan Zein.
Zein menggeliat dan memaksa membuka matanya yang masih berat.
"Kok cepat banget banguninnya? Ini masih subuh Rafdelia..." Zein mengucek matanya sambil melihat jam Beker yang berada di nakas samping ranjangnya.
"Iya, sengaja agak cepat banguninnya biar mas bisa sholat subuh dulu..." Rafdelia bicara dengan sangat pelan sembari menunggu respon Zein, takut-takut Zein akan memarahinya namun tetap ia lakukan karena merasa kewajiban mengingatkan pria itu untuk sholat.
Zein terdiam sesaat...
"Kalau mas gak mau sholat, ya udah aku siapin air mandinya aja kalau gitu..." Rafdelia melangkah kedalam kamar mandi untuk menyiapkan air hangat. Ia tidak mau terlalu memaksa Zein untuk sholat, baginya yang penting sudah mengingatkan, terserah Zein mau melakukannya atau tidak.
Rafdelia keluar dari kamar mandi, tiba-tiba ia terkejut karena Zein sudah berada didepan pintu kamar mandi dengan telanjang dada hanya memakai handuk yang melilit di pinggangnya.
"Aya ampun mas... Kenapa tiba-tiba berdiri disini? Kaget aku!" Rafdelia memegang dadanya dan membuang wajahnya kearah lain karena tidak ingin menodai matanya dengan pemandangan indah didepannya itu.
"Aku kan mau mandi makanya disini." jawab Zein datar menatap wajah Rafdelia yang terlihat malu karena melihat dirinya yang bertelanjang dada itu.
"Iya iya... Mandilah. Airnya udah siap. Aku keluar dulu..." Rafdelia langsung berjalan cepat melewati Zein.
"Rafdelia..." panggil Zein menghentikan langkah gadis itu.
"Jadi kamu juga belum pernah melihat tubuh laki-laki seperti ini sebelumnya?" tanya Zein yang masih saja membahas pembicaraan mereka semalam, membuat Rafdelia spontan membalikkan tubuhnya menghadap pria itu. Dapat Rafdelia lihat dengan jelas tubuh atletis Zein yang perut sixpack nya yang menggoda iman, tiba-tiba wajahnya bersemu merah.
"Kamu coba pegang?" Zein langsung mengambil tangan Rafdelia dan meletakkannya di dada bidangnya turun ke perut sixpack nya itu. Rafdelia terkejut dengan tindakan Zein barusan yang membuat nya terlihat seperti wanita nakal, begitulah pikiran Rafdelia.
"Apaan sih mas, siapa bilang aku pengen megang!" Rafdelia menarik tangannya dari perut Zein, segera meneruskan langkah keluar dari kamar itu.
Zein? Ia menghembuskan nafas panjang karena sempat terbakar gairah hanya dengan sentuhan halus tangan Rafdelia, yang dengan mudah membangunkan sesuatu yang sedang tertidur dibawah sana. Zein benar-benar sangat penasaran dengan gadis itu, tepatnya setelah pembicaraan mereka semalam tentang Rafdelia yang belum pernah berpacaran sama sekali dan belum pernah terjamah oleh lelaki manapun. Gadis itu benar-benar menjaga dirinya disaat banyak wanita zaman sekarang yang sudah tidak bisa lagi menjaga kesucian diri mereka, termasuk Gina mantan kekasihnya itu yang sejak awal dia dapatkan memang sudah tidak tersegel lagi. Namun cintanya yang begitu besar pada wanita itu membuatnya tidak terlalu memperdulikan tentang hal seperti itu lagi. Ia benar-benar suda menerima Gina apa adanya.....