MAS MONTIR KU SAYANG, TERNYATA ORANG KAYA!! Mungkin begitu judul clickbait yang cocok untuk novel ini😉
Seharusnya pernikahan dilangsungkan bersama pria matang yang sedari kecil digadang-gadang menjadi jodoh Khadijah.
Namun, takdir berkenan lain hingga masa lajang Khadijah harus berakhir dengan pemuda asing yang menabraknya hingga lumpuh.
Kedatangan Athalla di Kalimantan Barat untuk memenuhi panggilan balap liar, justru disambut dengan jodoh tidak terduga-duga.
Pasalnya, kecelakaan malam itu membuat calon suami Khadijah lebih memilih menikahi adik kandungnya; Nayya.
Khadijah dibuat remuk oleh pengkhianatan calon suami dan adiknya. Lantas, di waktu yang sama, Athalla menawarkan pernikahan sebagai bentuk tanggung jawabnya.
Romantis/Komedi/Sangar mendekati keseharian. Thanks buat yg sudah mampir ya💋❤️🫂
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ISTALLA DUA DUA
Papa Gantara bilang, Athalla harus segera menyelesaikan urusan Alessia sebelum membawa pulang Khadijah untuk Oma Aisha dan Opa King Miller. Athalla harus bisa membuktikan bahwa bukan dia ayah dari janin yang dikandung Alessia.
Sejauh ini, Alessia belum mau dihubungi kembali. Alessia mematikan telepon seakan menghilang setelah barusan mencak-mencak di Rumah Sakit dan mengancam akan menuntut jika Athalla tidak mau menikahinya.
Athalla yakin benar, dia tidak pernah terlibat sentuhan fisik dengan Alessia. Walau dia pemabuk, anak motor, bahkan pernah mencicipi daun dan serbuk haram, tapi kalau soal perempuan, Athalla pastikan Athalla tidak pernah sembarangan bermain-main.
Sekarang yang jadi pertanyaan, siapa orang yang menghamili Alessia? Bukankah selama ini Alessia tampak baik, penurut, tidak pernah macam-macam dengan pria lain? Ah, Athalla dibuat bingung oleh kehamilan tunangannya.
"Dijah--" Setidaknya, Athalla bersyukur, Athalla memiliki istri yang mampu meluruhkan segala kerumitan pikirnya. "Hmm?"
Keduanya terbaring di tempat tidur berukuran Queen yang sama, berdua bersisian, sempit memang tapi mereka suka sekali mengobrol sebelum tidur. Biasanya, Athalla akan turun ke karpet saat Khadijah sudah mulai tertidur.
Khadijah lurus menatap langit-langit, sedang Athalla ada di sisi kanannya. Sesekali, Athalla memainkan rambut panjangnya bahkan tak segan menyamakannya dengan rambut kunti.
"Kalau seandainya aku memang ayah dari janin yang Alessia kandung. Kamu masih mau terima aku nggak?"
Khadijah cukup kecewa jika itu memang benar, tapi, Khadijah sadar bahwa keberadaan Khadijah di sini hanya sebagai wanita kedua.
"Insya Allah, selama Mas Athalla nggak menceraikan, Khadijah, Dijah nggak akan meminta cerai."
Athalla tersenyum, ternyata memang semanis itu kalimat teduh, Khadijah. Athalla gemas, hingga tanpa sadar jari-jemarinya memainkan bagian perut istrinya. "Mas--"
"Kenapa?" Athalla suka dengan ekspresi wajah polos itu. "Geli?" Khadijah menepis pelan kali ini, bukan sentuhan mesra, justru lebih seperti menggelitiknya.
"Boleh aku tanya lagi?" Khadijah mengangguk, dia akan jawab semua tanya sebelum kantuk.
"Misalnya, Alessia bisa membuktikan aku ayah dari anaknya. Lalu, Alessia benar-benar meminta aku menceraikan mu, mmh, bagaimana tanggapan kamu soal ini?"
Ini berat jujur saja. Tak dipungkiri, Khadijah sudah benar-benar menyukai kebersamaan yang dilaluinya dengan Athalla.
Di bengkel ini, semua kenangan manis tercetak, terkadang saat Athalla ada lemburan hingga larut malam, Khadijah membaca kitab dan Athalla mendengarnya dari kolong mobil.
Kisah indah ini, rasanya enggan Khadijah lepaskan begitu saja. Dia juga manusia biasa yang bisa serakah, yah, Khadijah serakah karena tak ingin dipisahkan dari suaminya.
Namun, demi kebaikan, Athalla. "Dijah terima apa pun keputusan Mas," katanya.
"Ck!" Bukan bangga, bahagia, atau sejenisnya, Athalla justru berdecak. "Mas kenapa?"
"Kalau memang aku bukan tipe kamu, setidaknya bertahan demi harta yang aku miliki ini, Dijah! Jangan terlalu pasrah! Apa menurut mu, aku tidak menarik? Setidaknya, jadikan kekayaan ku ini alasan untuk kamu tetap bertahan bersama ku!" kesal Athalla.
Khadijah tertawa, bahkan tak berhenti tertawa meski Athalla mencubit pipinya. "Nggak ada yang lucu, jangan ketawa!" protesnya.
Khadijah tidak habis pikir, ada laki-laki yang mau istrinya bertahan, minimal walaupun karena hartanya. "Mas Atha lucu."
Athalla mendengus. "Sebenernya, kamu lebih lucu dariku, makanya aku nggak mau cerai dari kamu," lirihnya menyentuh.
"Masya Allah, ini serius?"
"Masya Allah, ini siriyis?"
Athalla menirukan gaya ucapan Khadijah dengan logat bibir yang meleyot miring berlebihan. Dan itu juga yang membuat Khadijah lebih tergelitik untuk tertawa.
"Ternyata menyebalkan juga punya istri shalihah. Jadi merasa nggak dibutuhkan."
Khadijah meraih tangan Athalla, mengecup tangan itu lembut. "Kalau Mas merasa nggak dibutuhkan, Dijah minta maaf."
"Utuk utuk utuk--" Sontak, termometer mood Athalla bergeser dari merah ke hijau secara cepat. Khadijah memang tak pernah gagal membuat suaminya meleleh.
"Gemes banget sama kamu!!" Dicubitnya pipi Khadijah dengan gemas. Gadis itu tertawa lebih geli, dan sungguh, sebenarnya inilah hal-hal yang tidak rela Khadijah lepas jika memang Athalla harus menceraikan dirinya.
Athalla sempat menatap dalam diam, wajah teduh nan sejuk. "Kamu tahu nggak kalau kamu diciptakan sangat cantik?"
"Gombalnya, Masya Allah." Khadijah tersentuh, tersanjung bahkan memerah tersipu malu-malu oleh pujian suaminya.
Athalla merangsek memeluk. "Maaf. Sekarang Pak montir masih belum bisa terima kamu, setidaknya sampai aku bisa buktiin ke mereka kalau aku bersih dari tuduhan kehamilan Alessia."
Khadijah maklum, Khadijah paham, dan Khadijah tahu kondisi. "Tapi, Mas yakin kan nggak pernah ngelakuinnya?"
"Kamu nggak percaya?" tukas Athalla.
Hanya ada senyum sebagai balasan ketus pemuda kesal itu. "Kak Alessia itu cantik, dan kalian sudah lama berhubungan kan?"
Oh, Athalla mulai paham ke mana arah bicara mereka sekarang. Dan, Athalla juga tidak akan pernah lupa bila mana Khadijah pernah memiliki kekasih yang dahulunya sahabat.
"Kamu lagi samain kisah aku sama Alessia dengan kisah kamu sama Andre, begitu?"
Khadijah bergeming mendadak, karena sejatinya memang benar apa yang diduga-duga oleh Athalla barusan. Khadijah juga pernah menjalin hubungan yang dimulai dari sahabat dan sudah sedari kecil, lamanya.
Andre juga sering meminta ciuman, bahkan meminta hal-hal yang haram. Jadi, Khadijah pikir, mungkin saja Athalla juga pernah khilaf, apa lagi jika melihat kesempurnaan yang Alessia tawarkan lewat fisiknya.
"Kedudukan kita seri, kan? Mas Athalla punya mantan yang sudah bertahun-tahun. Begitu juga dengan Khadijah," jawabnya kemudian.
"Hmm." Athalla menghela. "Menurut kamu, kalau waktu bisa diputar, kamu akan tetap menikah sama Andre, atau tetap--"
Tak tunggu bicara selesai, Athalla sudah dibuat tersentak oleh kecupan manis Khadijah yang mendarat di pipinya. Sempat terdiam sejenak, sebelum Athalla bangkit dari tempat tidur, demi memukul-mukul tembok.
Entah ini dinamakan selebrasi atau hanya salah tingkah, yang jelas Khadijah dibuat tertawa geli karena itu. "Kamu kenapa sih, Mas!?"
Athalla kembali ke tempat tidurnya, menyodorkan sebelah pipi yang belum terjamah kecupan Khadijah. "Boleh tambahin yang satu lagi? Takut kepala Mas pincang kalo kiss-nya cuma sebelah."
Bukannya memberikan kecupan, Khadijah hanya bisa tertawa. "Ya salam!!" Tapi, di detik-detik setelah tawa itu habis, Khadijah menghadiahi satu kecupan lagi untuk Athalla.
Itu jawaban dari pertanyaan, andai waktu bisa diputar, Khadijah lebih memilih skenario Tuhan yang sudah dilaluinya saat ini. Yaitu, bertemu dan menikah dengan Athalla meski harus lumpuh sekalipun.
Athalla terharu, hingga membalas jawaban itu dengan kecupan di bibir bahkan terpejam menikmatinya. Pertama kalinya Athalla memagut kenyal bibir sang istri.
Kalau kemarin Athalla masih belum berani, bukan karena tidak ingin, dia hanya takut kebablasan.
Khadijah masih belum sembuh benar. Athalla tidak ingin perawatan yang dilalui Khadijah akan menjadi sia-sia karena guncangannya.
Lihat, baru mulai meremas lembut saja, ada sesuatu yang meronta. Di bawah sana ada ketegangan yang Athalla rasakan dan sesak.
"Kenapa?" Khadijah menatap Athalla serius, pasalnya pria muda itu justru berpaling dan menelungkup di sisinya. "Dia sangat tegang dan ingin masuk ke sarang."
"Apa sih?" Khadijah terkikik, bahasa yang Athalla gunakan selalu aneh, dan ambigu.
Pelan-pelan, Athalla memutar kepalanya, kembali ia menatap Khadijah, masih dengan posisi tubuh menelungkup. "Sembuh dulu kakinya. Biar aku nggak bingung, bedain sakit keenakan kamu sama sakit kaki kamu."
"Masya Allah." Khadijah tertawa kembali, kali ini lebih geli lagi. "Pengertian sekali suamiku."
Ah, Athalla bukan laki-laki yang pengertian sebenarnya. Dia juga bingung, kenapa Khadijah mampu membuatnya menjadi laki-laki yang mirip dengan Gantara.
"Dijah--" Athalla memelas.
"Kenapa lagi?"
Athalla tengah memikirkan nasib springbed yang dia telungkupi sekarang. Agaknya tidak lucu sama sekali jika besok pagi kasur itu berlubang oleh tusukan ketegangannya.
"Aku takut matrasnya yang nggak perawan."
jodohnya sama2 transit duluuuuu
dan cinta lama belum usaiiiiii 🤓😆
suit2 sama istri orang 😆