Mengisahkan tentang kehidupan pasangan yang berbeda latar belakang,antara keluarga elit dengan seorang gadis dari kalangan keluarga biasa dan sederhana.Kayyisa Virly Putri(Kay) terpaksa menikah secara diam-diam di usianya yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas.Awalnya Kay tidak setuju untuk menikah,tapi keadaan ekonomi keluarganya yang pas-pasan dan terlilit banyak hutang.Memaksa Kay harus menyetujui pernikahan secara ikhlas untuk memperbaiki keuangan keluarganya.Namun,pernikahan rahasia yang ia jalani tidaklah mudah.Karena ia harus berjuang menyesuaikan diri dengan kehidupan mewah kelas atas dari keluargabarunya,dan mengharuskannya terus belajar berbagai banyak hal sambil terus berusaha beradaptasi dengan suami yang tidak menyenangkan,yang memiliki hati dingin dan angkuh yang bernama Ben Nathan Hartanto(Ben).Seorang CEO muda ternama sekaligus pewaris tunggal dari keluarga Hartanto.Keduanya saling tak menyukai,tapi tetap menjalankan pernikahan tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuliastro, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kejutan dari teman.
Di sekolah,Kay yang baru tiba,berjalan dengan lesu memasuki kelasnya.
Tatapan tajam dari murid-murid perempuan,yang membicarakannya dari belakang.Membuat Kay merasa sangat tidak nyaman.
Kay menghela napas panjang sambil membatin," Kenapa anak-anak perempuan itu memandangku dengan tatapan aneh?apakah mereka semua tahu,jika hubunganku dengan Juju dan Bilbil tidak sedang baik-baik saja?."
Kemudian Kay tidak mempedulikan tatapan sinis dari mereka,karena sudah melihat kedua sahabatnya sedang asyik mengobrol.
Kay tersenyum sembari berusaha menyapa teman-temannya dan mengajak mereka bercanda.Tapi mereka hanya diam dan tiba-tiba marah mengusir Kay untuk menjauh.
Tentu saja Kay merasa kecewa dan beranjak ke tempat duduknya.
Sementara itu,Ben bersama tiga sahabatnya yang lain sedang menghadiri acara fashion show Dea di sebuah hotel mewah.
Ben menatap Dea dengan ekspresi takjub.
Wanita itu terlihat sangat cantik dan menawan,dengan balutan gaun mewah yang menampakkan punggung mulusnya.
Dea tersenyum tipis melihat reaksi kagum yang diperlihatkan Ben.
Kemudian Ben juga membalas senyuman tipis Dea dan buru-buru memalingkan wajahnya.
Teman-teman Ben menggoda Ben dan membuat Ben terlihat kebingungan.
"Dea sangat cantik dan menawan kan Ben?apa kau kini menyesal sudah menikahi gadis biasa itu?"ucap Gavin.
Bram dan Varo terkekeh mendengarnya.
"Tapi dari tatapan Dea dan caranya tersenyum padamu.Terlihat jelas jika dia masih sangat mencintaimu"kata Bram.
Wajah Ben terlihat kaku,lalu tersenyum simpul merespon kata-kata teman-temannya.
Setelah acara fashion show selesai.
Ben menghampiri Dea di backstage.
Mereka bicara hanya berdua,setelah Ben meminta ketiga sahabatnya untuk mengosongkan area tersebut.
Ben memberikan karangan bunga untuk mengapresiasi penampilan Dea.
Wanita itu tersenyum senang mendapatkan perhatian khusus dari Ben.
"Terima kasih Ben.Aku menyukainya,"ucap Dea, sambil mencium karangan bunga hidup yang masih segar.
Ben tersenyum tipis,lalu hendak berbalik pergi.
Tiba-tiba tangan Dea menarik lengan Ben,lalu dengan cepat wanita itu memeluk erat Ben.
"Apakah kita tidak bisa memulainya lagi dari awal Ben?Aku sangat merindukanmu?"ucap Dea lirih.
Tanpa Ben dan Dea sadari,diam-diam seorang pria suruhan Mama Zidan mengambil foto mereka berdua.
Ben menghela napas dan menahan perasaannya,lalu ia melepaskan pelukan Dea dari tubuhnya untuk menjauh.
"Maafkan aku Dea,tapi aku sudah menikah"ucap Ben dingin.
Mata Dea membulat sempurna dan terperanjat kaget mendengar kata-kata Ben.
"Aku tahu kau menikahi gadis itu karena terpaksa kan?Aku tahu kau masih mencintaiku Ben?." Dea memandang tajam wajah Ben yang dingin.
"Aku akan meninggalkan semuanya,termasuk karirku di dunia model.Asalkan kita dapat bersama"imbuh Dea.
Ben tersenyum tipis lalu beranjak pergi dari backstage.
Dea hanya bisa memandangi kepergian Ben dengan sedih.
***
Juju dan Bilbil sedang makan di kantin.
Kay yang membuat kue khusus untuk kedua sahabatnya itu datang bergabung.
Tapi dua sahabatnya itu terlihat tidak suka
dengan kehadiran Kay.
"Aku membuat kue ini khusus untuk kalian berdua,"kata Kay,langsung meletakkan kotak berisi kue buatannya di meja.
Kay berharap dua sahabatnya itu merespon.
"Beruntung sekali ya,seorang gadis biasa tiba-tiba menjadi cinderella!,"celetuk Bilbil tanpa menoleh ke arah Kay.
Mendengar kata-kata Bilbil membuat Kay kecewa dan sedih.Karena bukan itu yang ingin ia dengar.
"Aku harus mengatakan pada kalian berdua!"kata Kay ketus.
Tapi dua sahabatnya itu diam dan seolah-olah tidak mendengar yang Kay katakan.
Kay berusaha menahan emosinya sambil berkata," Aku bukan cinderella.Aku memang seorang gadis biasa.Aku adalah Kay dan tetap akan menjadi diriku sendiri.
Jika kalian masih marah dan tidak ingin berteman lagi denganku.Ya sudah,aku tidak akan memaksa. Terima kasih sudah menjadi sahabatku selama ini dan memberi warna indah dalam hidupku.
Aku tidak akan pernah melupakan kalian."
Kay lalu menjauh pergi.
Sementara dua sahabatnya hanya bisa diam sambil melihat kue buatan Kay yang terlihat sangat cantik,dengan dekorasi gambar 3D mereka bertiga sebagai figuratifnya.
***
Kay duduk di kafetaria,setelah kelas kursus pastry selesai.Wajahnya terlihat sedih,karena dua sahabatnya tidak ada yang mempedulikannya.
Kay tersenyum tipis,mengingat sikap perhatian Juju dan Bilbil pada dirinya.
Mendadak senyum itu hilang saat mengingat sikap buruk dua sahabatnya terakhir kali ketika di kantin sekolah.
"Sepertinya mereka tidak ingin berteman lagi denganku"ucap Kay lirih.
Zidan menghampiri Kay dan langsung duduk di hadapannya,dengan meja bundar yang memisahkan jarak keduanya.
"Tidak perlu memikirkan sesuatu yang akan membuatmu sedih,Kay.Hadapi semuanya dengan tenang dan jangan terlalu khawatir.Kau gadis yang tangguh,aku percaya kau bisa melaluinya dengan mudah"tutur Zidan berusaha menyemangati Kay.
Kay tersenyum,"Terima kasih Mas Zidan.Kata-kata Mas Zidan membuatku merasa lebih nyaman."
Kay menghela napas panjang sambil bergumam di dalam hatinya,"Jika saja pria aneh itu bersikap lembut seperti Mas Zidan.Pasti aku akan sangat senang." Kay tersentak dalam lamunannya.
"Ah,kenapa aku harus mengharapkan hal itu darinya.Dia akan bersikap baik hanya pada gadis yang dia cintai.Yang jelas gadis itu bukanlah aku,"imbuh Kay,membatin dengan kepala sedikit tertunduk.
Zidan tersenyum tipis memandangi wajah Kay.Lalu beranjak dari duduknya untuk menghubungi seseorang.
Kay tidak memperhatikan Zidan.
Dia terbenam akan pikirannya yang mendadak mengingat Ben.
Tiba-tiba Juju dan Bilbil masuk ke kafetaria.Lalu menyemprot Kay dengan party popper dan snow spray.
Sementara Zidan sudah berdiri di dekat Kay membawa kue tart cokelat dan karangan bunga.
Ternyata Zidan dari tadi menghubungi Juju dan Bilbil untuk segera memberi kejutan pada Kay.
Kay kaget.
Dua sahabatnya langsung memeluknya sambil berbisik,"Selamat atas pernikahanmu Kay.Kami ikut bahagia karenanya."
Kay terharu dan sangat gembira,lalu membalas erat pelukan dua sahabatnya itu.
"Apa kalian sudah tidak marah lagi padaku?,"tanya Kay memandang lekat wajah kedua sahabatnya itu.
Wajah Juju terlihat tegas menatap tajam Kay.
"Jangan terlalu gembira,Kayyisa Virly Putri. Sekarang kau sudah menikah.Hidupmu sudah berakhir sekarang.Kehidupanmu tidak akan seperti dulu. Apa kau sadar itu?"kata Juju pelan sambil menepuk pelan pipi Kay.
"Kau beruntung menjadi tuan putri.Tapi ingat,jangan lupakan kami dan sering-seringlah mentraktir kami,Kay!"sahut Bilbil menggoda Kay.
"Kami juga mengikhlaskan Ben untuk menjadi milikmu.Karna sekarang sudah ada Mas Zidan sebagai gantinya"celetuk Juju tersenyum malu-malu.
Kay dan Zidan terkekeh mendengarnya.
"Bagaimana bisa kalian membuat kejutan seperti ini?,"tanya Kay heran,menyeka air matanya sesekali.
"Semua ini ide Mas Zidan"jawab Juju.
Kay memandang ke arah Zidan.
"Jadi,Mas Zidan ikut terlibat mengerjaiku?."
Zidan mengangguk,"Tentu saja Kay.Aku juga yang meminta Juju dan Bilbil untuk bersikap cuek padamu di sekolah.Karena itu bagian dari rencana." Zidan tersenyum lebar menatap lekat wajah Kay.
"Tunggu apa lagi Kay?sekarang tiuplah lilinnya!"kata Juju.
Kay memandang haru ke arah teman-temannya lalu meniup lilin,setelah selesai Bilbil dan Juju mengotori wajah Kay dengan colekan kue di tangannya.
Kay tidak tinggal diam dan langsung membalas dua sahabatnya itu dengan tindakan yang serupa.
Suasana di kafetaria berubah menjadi riuh.
Zidan tersenyum lebar melihat Kay yang tertawa bahagia.
Tiba-tiba Kay menghampiri Zidan sambil tersenyum.Zidan membalas senyuman indah Kay.
Dengan cepat,Kay juga mengotori wajah tampan Zidan dengan kue.
Untuk beberapa saat, Zidan terenyuh memandang wajah Kay dengan kaku.
Dia bahkan tidak marah atas tindakan Kay.
Melainkan merasakan hal berbeda,saat telapak tangan Kay yang lembut mengusap pipinya.
"Ternyata,Mas Zidan adalah dalang dari semua kejutan ini yah?"ucap Kay tersenyum.
Zidan kembali membeku,senyuman indah Kay langsung membuat jantungnya tiba-tiba berdetak kencang.
Kay menatap bingung pada sikap Zidan yang mematung.
"Mas?Mas Zidan?Apakah Mas baik-baik saja?"panggil Kay.
Zidan tersentak dari lamunannya,saat Juju dan Bilbil ikut-ikutan mengoles kue di wajahnya.
"Ada apa Kay?"tanya Zidan bingung.
"Apa Mas Zidan baik-baik saja?." Kay mengulang lagi pertanyaannya.
Zidan mengangguk mengiyakan.
Kay tersenyum tipis,"Terima kasih banyak untuk semuanya Mas Zidan."
"Terlalu banyak mengucapkan terima kasih akan membuatmu berhutang banyak padaku,Kay"ucap Zidan.
"Lalu bagaimana caraku untuk membayarnya?"tanya Kay.
Juju dan Bilbil menatap takjub pada wajah Zidan yang begitu terlihat menawan.
"Jangan khawatir Kay.Aku tentu akan mengambil keuntungan dari semua hal yang kulakukan padamu." Zidan tertawa renyah sehingga menampilkan dua lesung pipi di kedua pipinya.
Wajah tampan dengan tubuh tinggi tegap, menjadi perpaduan yang sempurna dengan warna kulitnya yang putih.
"Aku akan memintamu untuk mentraktirku sebagai balasannya"imbuh Zidan.
"Baiklah Mas Zidan,aku pasti akan melakukannya,supaya aku tidak dibebani rasa bersalah karena berhutang banyak padamu." Kay tersenyum lebar.
"Hmm, bagaimana kalau sekarang aku yang mentraktir kalian semua makan es krim."
"SETUJU!"pekik Juju dan Bilbil bersamaan.
Kay tersenyum lalu memandang ke arah Zidan untuk mengetahui jawaban pria itu.
"Dengan senang hati,aku menerima traktiran mu...Nona Kay."
Kay tersenyum malu-malu dan membuat Zidan senang melihatnya.
***
Setelah jadwal belajar selesai,Kay bertemu dengan nenek saat ingin kembali ke kediamannya.
Nenek meminta Kay untuk memanggil Ben dan menemuinya di ruang keluarga.
Kay ingin menolak permintaan nenek,tapi ia tahu tidak akan bisa melakukannya.
Dengan terpaksa,Kay mengangguk mengiyakan permintaan nenek.
Saat Kay hendak beranjak,nenek tiba-tiba memanggilnya kembali dan menoleh ke arah nenek sembari menghampirinya.
"Nenek ingin kau juga ikut menemui nenek di ruang keluarga bersama Ben."
Kay tersentak mendengarnya,padahal niat hatinya ingin menghindar dari Ben.
Nenek memandang lekat Kay,"Ada apa sayang? apakah kau sedang tidak enak badan?."
Kay menggeleng pelan,"Tidak Nek,aku baik-baik saja."
"Apa kau sedih karena kemarin tidak sempat bertemu dengan kedua orang tuamu?."Nenek berusaha menerka dibalik wajah sendu Kay.
Kay terdiam dan bingung untuk mengatakan apa, hanya tatapan nanar yang dapat ia tunjukkan pada sorot matanya.
"Nenek rasa,kemarin kedua orang tuamu terburu-buru menyelesaikan pekerjaan mereka.Jangan sedih sayang, secepatnya jika pekerjaan Ben tidak terlalu padat.Nenek akan memintanya untuk mengajakmu menemui kedua orang tuamu .
"Benarkah nek?"tanya Kay senang.
Nenek mengangguk sambil tersenyum.
Kay langsung memeluk Nenek Ben dan mengucapkan terima kasih.
Nenek pun membalas pelukan Kay dengan usapan lembut di punggung gadis itu.
"Sekarang panggil Ben dan ajak dia untuk menemui nenek."
"Baik nek." Kay tersenyum senang sambil beranjak menuju kediamannya bersama Ben.
Sesampainya Kay di kediamannya,ia langsung mencari keberadaan Ben.
Ternyata Ben berada di kamarnya.
Beberapa kali Kay mengetuk pintu dan memanggil Ben,tapi tidak ada sahutan sama sekali.
"Apa dia tidak ada di dalam kamarnya?"ucap Kay pelan.
Kay berpikir untuk kembali menemui nenek dan mengatakan jika Ben tidak ada.
Tapi dia mengurungkan niatnya dan mencoba memeriksa ke dalam kamar, memastikan Ben berada di sana atau tidak.
Kay memegang gagang pintu,lalu sedikit mendorongnya.Ternyata pintu kamarnya tidak dikunci.
Kay merasa gugup,karena untuk pertama kalinya ia menginjakkan kakinya ke dalam kamar pria itu.
Kay berusaha memanggil Ben berulang kali dan tetap tidak ada jawaban.
Saat ia akan berbalik pergi,tak sengaja ia melihat Ben sedang berbaring di sofa bed.
Pria itu tidak tidur,dia terlihat santai sembari mendengarkan musik dengan ear bud yang terpasang di kedua sisi telinganya.
Kay menghela napas pendek lalu menghembuskannya perlahan.
"Dia benar-benar sengaja tidak menghiraukan aku,"ucap Kay kesal, sembari berjalan mendekati Ben.
"Jika bukan nenek yang memintaku untuk menemuinya.Aku pasti enggan datang kemari dan melihat wajahnya yang menyebalkan"gerutu Kay.
Kay memandang ke wajah Ben yang
seolah -olah tidak melihat kehadirannya.
"Maaf aku terpaksa masuk ke kamarmu.Aku sudah berusaha mengetuk pintu dan memanggilmu berulang kali,tapi kau tidak menjawab." Kay menghentikan kata-katanya untuk melihat respon Ben.
Pria itu masih bersikap santai dan mengabaikan Kay.Tapi Kay tidak peduli dan memberitahu alasannya datang.
"Aku kemari,karena nenek memintaku. memanggilmu untuk menemuinya di ruang keluarga bersamaku."
Ben tidak bergeming dan justru asyik mengambil sebuah buku dan membacanya.
Kay menjadi kesal dan mengulang beberapa kali kata-katanya.
"Kau ini benar-benar tidak mendengar perkataanku atau sengaja mempermainkan aku lagi"bentak Kay.
Kay ingin segera keluar dari kamar Ben.Tapi ia tidak tega membuat nenek menunggu.
Merasa lelah Kay menarik kursi bulat kecil untuk duduk,lalu menariknya mendekati sofa bed.
Kay memandang tajam wajah Ben yang dingin.
"Aku tahu kau masih menyukai Mbak Dea kan?karena itulah kau sangat membenciku."
Ben tidak merespon kata-katanya.Kay pikir volume suara ear bud yang dipakai Ben pasti tinggi sehingga tidak dapat mendengar suaranya.Tanpa ragu Kay meneruskan kata-katanya tanpa melihat ke arah Ben.
"Terkadang aku berpikir,jika saja mendiang kakek kita tidak membuat perjanjian seperti ini, tentunya kita pasti tidak akan menikah.Dan tentunya,kau pasti akan menikah dengan wanita yang kau cintai itu kan?Itu pasti...karena dia satu-satunya wanita yang sangat kau cintai.Bahkan,saat kau menerima telepon darinya.Kau terlihat senang." Kay menghela napas panjang lalu menghembuskannya perlahan.
"Jika kau dapat menikahinya,aku rasa kau pasti akan sangat bahagia karena bisa bersama dengannya saat ini.Jujur,aku merasa bersalah padamu dan Mbak Dea.Karena kehadiranku yang menjadi benalu diantara hubungan kalian berdua.
Tapi kenapa kau tiba-tiba menciumku?apakah kau sengaja melakukannya untuk mempermainkan perasaanku?atau kau hanya ingin melampiaskan hasratmu?
Aku bahkan lebih buruk dari sekedar mainanmu.Kau pria yang jahat! Jika kau menginginkan pernikahan ini hanya sementara,maka jangan permainkan perasaanku.Aku sangat tertekan dengan sikapmu.Saat aku berpikir,sebaiknya kau menikah dengan wanita itu.Entah kenapa,aku merasa sedih." Kay tersenyum tipis dalam wajah sendunya.
"Aku ini benar-benar aneh!."
Kay menghentikan kata-katanya,karena Ben menutup bukunya dengan sangat keras.
Kay kaget dan langsung beradu pandang dengan Ben.
Matanya membulat besar menatap wajah dingin Ben.
Tiba-tiba Ben melepaskan ear bud nya.
"Aku akan ke toilet sebentar, setelah itu kita temui nenek bersama"ucapnya sambil berlalu pergi.
Kay tersentak mendengar kata-kata Ben,lalu dengan cepat mengambil ear bud Ben dan memakainya,tapi tidak terdengar apapun juga bahkan beberapa kali ia mencoba menekannya tetap tidak ada musik yang terdengar.
Kay panik dan gugup,"Apa dia sejak tadi mendengar kata-kata ku?."
Kay menjadi salah tingkah,"Dia berpura-pura mengabaikan aku, padahal mendengar semua yang ku katakan."
Kemudian Kay buru-buru pergi dari kamar Ben dan segera masuk ke kamarnya.
Ben yang hanya berpura-pura ke toilet, hanya bisa memandang kepergian Kay dengan raut wajah sedih.
Ben terdiam sambil mengingat kembali perkataan Kay.
"Saat aku berpikir,sebaiknya kau menikah dengan wanita itu.Entah kenapa,aku merasa sedih." Mendadak senyuman kecil terurai dari wajah dinginnya,saat mengingat kembali kata-kata Kay.